Metodeloggi Filsafat Islam
Oleh:
NAMA
:Miratul Uli
Khairunnisak
Inayanti
DOSPEN :Hazairin A Jalil S.Pd.I
.
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ALMUSLIM
BIREUEN PROVINSI ACEH
TAHUSN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada awal tahun 1970-an berbicara
mengenai penelitian agama dianggap tabu. Orang akan berkata : kenapa agama yang
sudah begitu mapan mau diteliti ; agama adalah wahyu Allah. Sikap serupa
terjadi di Barat. Dalam pendahuluan buku Seven Theories Of Religion dikatakan,
dahulu orang Eropa menolak anggapan adanya kemungkinan meniliti agama. Sebab,
antara ilmu dan nilai, antara ilmu dan agama ( kepercayaan ), tidak bisa
disinkronkan.
Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi
Muhammad Saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang
sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan
manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadis,
tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan
progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual,
senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka,
demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti-feodalistik,
mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap
positif lainnya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian Metodelogi Filsafat Islam ?
2. Apa
Saja Ruang Lingkup Filsafat Islam ?
3. Apa
Tujuan Filsafat Islam ?
4. Apa Saja Metode Fislafat Islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Metodologi Filsafat Islam
Menurut bahasa (etimologi), metode
berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta (sepanjang), hodos (jalan). Jadi, metode adalah suatu
ilmu tentang cara atau langkah-langkah yang di tempuh dalam suatu disiplin tertentu
untuk mencapai tujuan tertentu. Metode berarti ilmu cara menyampaikan sesuatu
kepada orang lain. Metode juga disebut pengajaran atau penelitian.
Menurut istilah“metodologi” berasal dari bahasa yunani
yakni metodhos dan logos, methodos berarti cara, kiat dan seluk beluk yang
berkaitan dengan upaya menyelsaikan sesuatu, sementara logos berarti ilmu
pengetahuan, cakrawala dan wawasan. Dengan demikian metodologi adalah metode
atau cara-cara yang berlaku dalam kajian atau penelitian.
Metodologi adalah masalah yang
sangat penting dalam sejarah pertumbuhan ilmu, metode kognitif yang betul untuk
mencari kebenaran adalah lebih penting dari filsafat, sains, atau hanya
mempunyai bakat.
Cara dan prosedur untuk memperoleh
pengetahuan dapat ditentukan berdasarkan disiplin ilmu yang dikajinya, oleh
karena itu dalam menentukan disiplin ilmu kita harus menentukan metode yang
relevan dengan disiplin itu, masalah yang dihadapi dalam proses
verivikasi ini adalah bagaimana prosedur kajian dan cara dalam pengumpulsn dan
analisis data agar kesimpulan yang ditarik memenuhi persyaratan berfikir
induktif. Penetapan prosedur kajian dan cara ini disebut metodologi kajian atau
metodologi penelitian
Selain itu metodelogi adalah
pengetahuan tentang metode-metode, jadi metode penelitian adalah
pengetahuan tentang berbagai metode yang digunakan dalam penelitian. Louay safi
mendefinisaikan metodologi sebagai bidang peenelitian ilmiah yang berhubungan
dengan pembahasan tentang metode-metode yang digunakan dalam mengkaji fenomena
alam dan manusia atau dengan kata lain metodologi adalah bidang penelitian
ilmiah yang membenarkan, mendeskripsikan dan menjelaskan aturan-aturan,
prosedur-prosedur sebagai metode ilmiah. Maka Metodologi adalah ilmu cara- cara dan langkah-
langkah yang tepat ( untuk menganalisa sesuatu) penjelasan serta menerapkan cara.[1]
Filsafat
Islam menurut bahasa adalah susunan dari dua kalimat yang berbeda yaitu antara
filsafat dan Islam. Pengertian filsafat secara bahasa adalah berpikir dan Islam
adalah nama sebuah agama samawi yang oleh Allah diutuskan kepada kepada Nabi Muhammad
untuk menyebarkannya dengan perantara Malaikat Jibril.Sebelum sampai pada
devinisi istilah Filsafat Islam, terlebih dahulu kami akan memberikan makna
filsafat yang berkembang di kalangan para cendikiawan muslim.
.Al-Farabi
berkata, failusuf adalah orang yang menjadikan seluruh kesungguhan dari
kehidupannya dan seluruh maksud dari umurnya. Sedangkan Ibnu Sina mengatakan
hikmah adalah mencari kesempurnaan diri manusia dengan dapat menggambarkan
segala urusan dan membenarkan membenarkan segala hakikat, baik yang bersifat
teori maupun praktik menurut kamampuannya masing-masing. Dari sini, maka dapat
ditarik benang merah bahwa kata hikmah dapat berarti pengetahuan atau
kebijaksanaan dan pula dapat diartikan perkara yang tinggi, yang dapat dicapai
oleh manusia dengan melalui media-media tertentu di antranya adalah akal dan
metode-metode berpikir yang lain.Dengan demikian, hikmah yang diidentikkan
dengan filsafat adalah ilmu yang membahas tentang hakikat sesuatu, baik yang
bersifat teoritis maupun praktis, yaitu pengethuan yang harus diwujudkan dengan
amal baik.
Sampailah
kita pada pengertian Filsafat Islam yang merupakan gabungan dari kata filsafat
dan Islam. Pengertian Filsafat Islam secara istilah dpt diartikan sebagai suatu
ilmu yang dicelup ajaran Islam dalam membahas hkikat kebenaran segala sesuatu
Menurut
Musthafa Abdur Razik, Filsafat Islam adalah filsafat yang tumbuh dan berkembang
di negeri Islam dan di bawah naungan negara Islam, tanpa memandang agama dan
bahasa-bahasa pemiliknya. Pengertian ini diperkuat oleh Prof. Tara chand, bahwa
orang-orang Nashrani dan Yahudi yang telah menulis kitab-kitab filsafat yang
bersifat kritis atau terpengaruh oleh Islam sebaiknya dimasukkan ke dalam
Filsafat Islam.
Menurut Dr. Ibrahim Madzkur, Filsafat Islam adalah mencakup seluruh studi filosofis yang ditulis di bumi Islam, baik hasil karya orang Islam, Nashrani atau Yahudi, sehingga dia menganggap Filsafat Arab adalah bagian dari Filsafat Islam.
Menurut Dr. Ibrahim Madzkur, Filsafat Islam adalah mencakup seluruh studi filosofis yang ditulis di bumi Islam, baik hasil karya orang Islam, Nashrani atau Yahudi, sehingga dia menganggap Filsafat Arab adalah bagian dari Filsafat Islam.
Maka Istilah metodologi Filsafat islam digunakan
ketika seorang ingin membahas kajian- kajian seputar ragam metode yang biasa
digunakan dalam Filsafat islam. Sebut saja misalnya kajian atas metode bayani,
burhani, dan irfani dan lain sebagainya. Metodologi
Filsafat islam mengenal metode- metode itu sebatas teoritis. Seseorang yang
mempelajarinya juga belum menggunakannya dalam praktik. Ia masih dalam tahap
mempelajari secara teoritis bukan praktis.
B.
Ruang Lingkup
Filsafat Islam ’
Ruang lingkup
filsafat Islam menurut beberapa ahli filsafat di anataranya ::
Al Kindi :
Al Kindi :
Di kalangan
kaum muslimin, orang yang pertama-tama memberikan pengertian filsafat dan
lapangannya ialah Al-Kindi.
la membagi filsafat menjadi 3 bagian, yaitu :
1): Ilmu fisika
(ilmu-thabiyyat) sebagai tingkatan yang paling bawah.
2). IImu
matematika (al - ilmur - riyadhi) sebagai tingkatan tengah-tengah.
3).Ilmu
Ketuhanan (ilmur - rububiyyah) sebagai tingkatan yang paling tinggi.
Al Farabi :
Menurut Al-Farabi,
lapangan filsafat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Filsafat
teori, yaitu mengetahui sesuatu yang ada, dimana seseorang tidak bisa (tidak
perlu) mewujudkannya dalam perbuatan. Bagian ini meliputi :
-
ilmu matematika. - ilmu fisika.
-
ilmu metafisika.
2. Filsafat
amalan, yaitu mengetahui sesuatu yang seharusnya diwujudkan dalam perbuatan dan
yg menimbulkan kekuatan
Utk mengerjakan
bagian-bagian yg baik. Bagian ini meliputi :
Ilmu akhlak ; yaitu
amalan yg berhubungan dgn perbuatan perbuatan yg baik
Filsafat
politik: yaitu amalan yg berhubungan dg perbuatan perbuatan baik
yg seharusnya dikerjakan oleh penduduk negeri.
Ibnu Sina :
Pembagian
filsafat menurut Ibnu Sina pada pokoknya tidak berbeda dengan
pembagian-pembagian sebelumnya, yaitu filsafat teori dan filsafat amalan. Akan
tetapi ia menghubungkan kedua bagian tersebut kepada agama. Dasar-dasar
filsafat tersebut terdapat dalam agama atau syari'at Tuhan, hanya penjelasannya
didapatkan oleh kekuatan akal-pikiran manusia.
Pembagian filsafat
Ketuhanan menurut Ibnu Sina ialah :
l). Ilmu
tentang cara turunnya wahyu dan makhluk-makhluk rohani yang membawa wahyu itu;
demikian pula bagaimana cara wahyu itu disampaikan, dari sesuatu yang bersifat
rohani kepada sesuatu yang dapat dilihat dan didengar.
2). Ilmu
keakhiratan, antara lain memperkenalkan kepada kita bahwa manusia ini tidak
dihidupkan lagi badannya, maka rohnya yang abadi itulah yang akan mengalami
siksaan dan kesenangan.[2]
C.
Tujuan Fillsafat Islam
Tujuan filsafat
dalam Islam ialah bagaimana kita membuktikan adanya Tuhan, dengan memperhatikan
tanda-tanda yang ada di alam ini, sehingga nantinya akan didapat iman yang
sejati, keyakinan yang akurat. Karena dalam filsafat Islam bukan hanya meliputi
logika, fisika, dan metafisika melainkan meliputi pula problem-problem besar
filsafat seperti soal wujud, esa, teori mengenal dan hubungan Tuhan dengan
manusia.
Pada fase
pertama. Segi pemikiran ketuhana
pada kaum muslimin masih bercorak “Islam murni” yang msih berada dalam
lingkungan kepercayaan Islam dan dasar-dasarnya, seperti persoalan pengertian
iman (bertambah – berkurangnya), hukum perbuatan dosa besar, qadha dan ikhtiar
dan sebagainya.
Pada fase
kedua, segi aqidah perkembangan pada kaum muslimin telah megalami
perkembangan, yaitu sejak bergaul dengan golongan diluar Islam sampai pada
masa-masa selanjutnya. Pada fase ini dapat dibagi kedalam bebrapa masa yang
mempunyai corak masing-masing, yaitu ;
Ø Masa
penerjemahan dan pengulasanan buku-buku filsafat atau masa pemaduan anatara
pemikiran-pemikiran Yunani dengan ketentuan-ketentuan agama. Seperti yang
dialkukan oleh tokoh A-Kindi, Al-Farabi, Ikhwanussafa, dan Ibnu Sina
Ø Masa kritikan
terhadap filsafat Yunani, sepeti yang dilkuakan oleh Al-Ghazali
Ø Masa Pembelaan
terhadap filsafat Yunani dinegeri-negeri Islam bagian barat (Spanyol dan
sekitarnya), dan pada waktu yang sama filsafat
tidak dipakai untuk memperkuat kepercayaan, disamping upaya
mengintegrasikan dengan agama dengan cara lain. Tohohnya Ibn Rusyd
Ø Masa
melangsungkan kritik terhadap filsafat Yunani beserta ulasan-ulasannya dari
golongan rasionalis (failsafat-filsafat Islam) dibwah pengaruh buku Tahafutul
al-Falsifah dismping mempersempit daerah-daerah akal dalam memahami soal
akidah, diseponsori oleh tokoh Al-Iji, At-Thusi, dan Sa’aduddin At-Taftazani
Ø Masa kritikan
terhadap pemakaian metode pikiran dalam memahami soal-soal akidah, yang berarti
mengkritik cara aliran-aliran filsafat
dan teologi Islam dalam memperkuat kepercayaan. Tokoh masa ini ialah Ibnu
Taimiah & Ibn Al-Qayyim
Ø Masa kritikan
terhadap pemakaian metode pikiran dengan mengikuti madzhab-madzhab akidah tertentu dalam memahami kepercayaan
agama.[3]
Dengan demikian
wacana pemikiran Islam terus berkembang, dan tahap demi tahap filsafat mendapat
tempat tertentu dikalangan Muslimin. Dengan banyak penelitian terhadap filsafat
ini telah membuka cakrawala pemikir-pemikir Muslim dan banyak meklahirkan
ide-ide kreatif yang kontruktif dalam mengkaji dan menguji pelbagai teori dalam
filsafat itu sendiri.
D.
Metodelogi pemikiran filsafat Islam
Dalam khasanah filsafat Islam, dikenal ada tiga model
metodologi berpikir, yakni bayani, burhani, dan irfani.
Metode berpikir bayani adalah model berpikir yang didasarkan
pada teks. Teks sucilah yang memiliki otoritas penuh untuk memberikan arah dan
arti dari kebenaran yang dicari, sedangkan rasio berfungsi sebagai “pengawal”
untuk memahami kebenaran di balik otoritas teks tersebut. Metode berpikir burhani adalah
metode berpikir yang tidak didasarkan pada teks ataupun pengalaman spiritual,
melainkan atas dasar keruntutan logika. Bahkan, pada tahap tertentu, keberadaan
teks suci bahkan pengalaman spiritual baru dapat diterima jika sesuai dengan
aturan berpikir logis. Sedangkan metode berpikir irfani adalah
metodologi berpikir yang berbasis pada pengalaman batin yang bersifat langsung
(direct experience) atas realitas spiritual keagamaan. Karena itu,
nalar irfani menyasar pada dimensi esoteris dari kebenaran,
dan dalam hal ini rasio digunakan untuk menjelaskan pengalaman-pengalaman
spiritual tersebut secara logis dan sistematis.
Idealnya
ketiga model berpikir tersebut bekerja secara sinergis dan berjalin-kelindan
dalam mengurai makna tiap-tiap kebenaran berdasarkan disiplin ilmu dan
perspektif yang berbeda. Nalar bayani digunakan untuk memahami
teks dalam pendekatan kebahasaan dan aspek normatifnya, sedangkan nalar burhani menuntun
untuk memaksimalisasi kerja rasio dalam memahami teks dan sumber ilmu lainnya
dengan berdasarkan hokum-hukum logika, dan nalar irfani yang
menyasar aspek batin dari teks dan pengetahuan berfungsi untuk memahami
kebenaran secara langsung dengan kehadiran (knowledge by presence).[4]
Nalar bayani digunakan
dalam lapangan ilmu fiqh (yurispredensi Islam), nalar burhani digunakan
untuk mengembangkan lapangan keilmuan rasional, sperti filsafat, humaniora,
sains, dan lain-lain, sedangkan nalar irfani digunakan dalam
memahami bidang sufisme dan kajian esoterisme Islam. Ketiga model berpikir
tersebut masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihannya sendiri-sendiri,
yang jika digunakan secara parsial maka akan sangat rentan pada kelemapahan
pengembangan keilmuan dan sangat mustahil untuk bisa menghasilkan khasanah ilmu
Islam yang holistik. Ketiganya membentuk gugus epistemologi Islam yang komprrehensif-integratif
dalam bingkai keilmuan yang ilmiah-intuitif-normatif.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Metodelogi Filsafat Islam adalah Ilmu yang membahas
tentang cara berpikir tentang ilmu atau
pengetahuan dalam Islam. Tujuan filsafat dalam Islam ialah
bagaimana kita membuktikan adanya Tuhan, dengan memperhatikan tanda-tanda yang
ada di alam ini, sehingga nantinya akan didapat iman yang sejati, keyakinan
yang akurat. Karena dalam filsafat Islam bukan hanya meliputi logika, fisika,
dan metafisika melainkan meliputi pula problem-problem besar filsafat seperti
soal wujud, esa, teori mengenal dan hubungan Tuhan dengan manusia. Dalam
khasanah filsafat Islam, dikenal ada tiga model metodologi berpikir,
yakni bayani, burhani, dan irfani.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Rozak, Metodologi Studi Islam, Bandung : Pustaka Setia , 2008
Abuddin
Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pres, 2012
Atho Mudzahar, Pendekatan Studi Islam, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar , 2007
Mukti Ali, Metodologi Memahami Agama Islam, Jakarta :
Bulan Bintang, 1991
0 Response to "Metodeloggi Filsafat Islam"
Post a Comment