BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Sejarah
merupakan pengetahuan mengenai kejadian kejadian, peristiwa-peristiwa dan
keadaan manusia di masa lampau dan ada kaitannya dengan keadaan masa kini.
Sejarah juga merupakan pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak menguasai
kehidupan masa lampau, yang diperoleh melalui penyelidikan dan analisis atau
peristiwa-peristiwa masa lampau.
Sejarah
peradaban Islam diartikan sebagai perekembangan atau kemajuan kebudayaan Islam
dalam perspektif sejarahnya, dan peradaban Islam. Dalam perspektif Islam,
manusia sebagai pelaku sekaligus pembuat peradaban memiliki kedudukan dan peran
inti. Kedudukan dan posisi manusia di kisahkan dalam Al Qur’an diantaranya:
manusia adalah ciptaan Allah yang paling sempurna dan paling utama Allah
berfirman: Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan
kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk
yang Telah kami ciptakan.[1]
Pada bab
selanjutnya pemakalah akan membahas tentang metode mengajar Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI) secara lebih rinci lagi.
B. Rumusan
Masalah
A. Apa yang
dimaksud dengan SKI ?
B. Apa
pentingnya belajar SKI Pada Madrasah?
C. Metode
apa saja yang bisa dipakai dalam mengajar SKI ?
D.
Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Penetapan Metode Yang Akan
Digunakan dalam mengajar
BAB II
PEMBAHASAN
METODIK
PENGAJARAN SKI PADA MADRASAH
A. Pengertian Metodik
Metode
berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang
ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara
kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Jadi metode bisa juga berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pengertian
sejarah secara etimologis berasal dari kata arab “syajarah” yang
mempunyai arti “pohon kehidupan” dan yang kita kenal didalam bahasa
ilmiyah yakni History, dan makna sehjarah mempunyai 2 konsep yaitu: pertama,
konsep sejarah yang memberikan pemahaman akan arti objektif tentang masa
lampau. Kedua, sejarah menunjukan maknanya yang subjektif, karena masa
lampau tersebut telah menjadi sebuah kisah atau cerita.[2]
Sejarah
kebudayaan (peradaban) Islam diartikan sebagai perekembangan atau kemajuan
kebudayaan Islam dalam perspektif sejarahnya, dan peradaban Islam mempunyai
berbagai macam pengetian lain diantaranya: pertama, sejarah peradaban
Islam merupakan kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang di hasilkan dalam
satu periode kekuasaan Islam mulai dari periode nabi Muhammad Saw sampai
perkembangan kekuasaan Islam sekarang. Kedua, sejarah peradaban Islam
merupakan hasil hasil yang dicapai oleh ummat Islam dalam lapangan kesustraan,
ilmu pengetahuan dan kesenian. Ketiga, sejarah perdaban Islam merupakan
kemajuan politik atau kekuasaan Islam yang berperan melindungi pandangan hidup
Islam terutama dalam hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaan bahasa, dan
kebiasaan hidup bermasyarakat.
Sedangkan
SKI adalah singkatan dari Sejarah Kebudayaan Islam yang merupakan sebuah mata
pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk mengenal, memahami,
menghayati sejarah Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way
of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, keteladan,
penggunaan pengalaman dan pembiasaan.[3]
Berdasarkan
pengertian di atas, maka metode pengajaran SKI merupakan cara-cara yang
ditempuh oleh para guru dalam pelajaran SKI agar tujuan pelajaran SKI dapat
tercapai.
B. Pentingnya pelajaran Tarikh atau SKI
Ada
pribahasa yang mengatakan “bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai
pahlawannya”. Atas dasar itulah betapa kedudukan sejarah amat penting dalam
suatu Negara dan agama. Selain itu nilai sejarah (history) menjadi salah
satu pondasi dasar dalam pembentukan pendidikan di suatu Negara yang bertujuan
untuk mengembang kan pendidikan secara optimal.[4]
Jadi dapat
disimpulkan betapa pentingnya pelajaran Tarikh dalam pendidikan formal untuk
menciptakan dan membangun generasi yang meneladani perjuangan dan pencapaian
para pahlawan islam dalam membela dan menyebarkan agama islam.
C. Metode Mengajar SKI Pada Madrasah
Pengetahuan
tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik, sebab
berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat tergantung pada tepat atau tidaknya
metode mengajar yang digunakan oleh guru.
Berbagai
macam metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru terhadap semua mata
pelajaran. Salah satunya adalah mata pelajaran SKI. Metode yang dapat digunakan
dalam mata pelajaran SKI diantaranya adalah:
1.
Metode Ceramah
Metode ceramah ialah suatu cara penyajian bahan
pelajaran dengan melalui penuturan (penjelasan lisan) oleh guru kepada siswa.
Dalam metode ceramah proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru
umumnya didominasi dengan cara ceramah. Jadimelalui metode ceramah ini guru
menceritakan/menyampaikan kejadian-kejadian masa lampau dan menjelaskan hikmah
apa yang bisa diambil dari sejarah tersebut.[5]
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya
jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi yang ada dalam
pelajaran SKI. Metoda Tanya Jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi
topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan
yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang
jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan
banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang menarik.[6]
3. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara
mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau
analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Suatu
diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua
anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah.
4. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara
pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa
suatu proses, situasi, benda yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan
dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan
disertai dengan penjelasan lisan.
Demonstrasi
akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya
dilakukan oleh siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya
terbatas tetapi akan dilakukan terus-menerus dan berulang-ulang oleh siswa.[7]
5. Metode
Timeline (Garis
Waktu)
Metode ini tergolong tepat untuk
pembelajaran sejarah karena di dalamnya termuat kronologi terjadinya peristiwa.
Dengan metode ini, peserta didik bisa melihat urutan kejadian dan akhirnya juga
bisa menyimpulkan hukum-hukum seperti sebab akibat dan bahkan bisa meramalkan
apa yang akan terjadi dengan bantuan penguasaan Timeline beserta
rentetan peristiwanya.
Timeline dipakai untuk melihat
perjalanan dan perkembangan satu kebudayaan oleh karena itu dia bisa dibuat
panjang atau hanya sekedar periode tertentu. Timeline untuk sejarah kebudayaan
Islam bisa dibuat mualai dari zaman Jahiliyah menjelang Islam. hadir sampai
pada saat ini; timeline juga hanya bisa dibuat menggambarkan perjalanan
peristiwa dalam satu kurun atau periode tertentu. Ini adalah metode survey
sejarah yang sangat baik karena peserta didik akan melihat benang merah atau
hubungan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
Langkah-langkah:
a. Sampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang
harus dikuasai peserta didik dalam pembelajaran hari itu.
b. Tunjukkan pentingnya mempelajari sejarah melalui
timeline.
c. Buat timeline dengan cara menarik garis lurus
horizontal dan menuliskan waktu tertentu dan beberapa kejadian penting yang
terjadi di dalamnya. Waktu berikutnya juga ditulis seperti cara titik waktu
pertama dan begitu terus sampai pada waktu tertentu yang sesuai dengan materi
pembelajaran. Berikut ini adalah dua contoh timeline yang dibuat dengan cara
yang sedikit berbeda pada masa nabi sampai menjelang hijrah.
Timeline yang pertama ditulis dengan format
satu tahun satu peristiwa penting.
Timeline yang kedua memungkinkan satu tahun
memuat banyak peristiwa penting secara simultan
d. Jelaskan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi
pada tahun-tahun tertentu dan menjelaskan hubungannya dari tahun ke tahun.
e. Adakan tanya jawab mengenai peristiwa-peristiwa dan
hubungannya satu dengan yang lain.
f. Buat kesimpulan.
g. Minta peserta didik untuk membuat timeline yang
berhubungan dengan mereka masing-masing mulai dari lahir sampai saat ini.
Pengembangan:
1. Guru bisa meminta peserta didik untuk mengisi tahun
atau peristiwa-peristiwa sejarah dari format timeline yang disediakan.
Hal ini sangat penting dipakai untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami
peristiwa sejarah dan bagaimana mereka mengakaitkan satu peristiwa dengan
lainnya.
2. Guru juga bisa meminta siswa membuat timeline untuk
sejarah keluarga masing-masing, mulai dari pernikahan orang tua sampai waktu
sekarang. Hal ini dimaksudkan untuk melatih ketrampilan berpikir sejarah yang
kronologis. Di samping itu, peserta didik juga bisa menghargai sejarah keluarga
dan dirinya.[8]
6. Metode Concept Map (Peta
Konsep)
Peta konsep adalah cara yang praktis
untuk mendeskripsikan gagasan yang ada dalam benak. Nilai praktisnya terletak
pada kelenturan dan kemudahan pembuatannya. Guru bisa memanfaatkan peta konsep
untuk dijadikan sebagai metode penyampaian materi sejarah. Penyampaian materi
dengan peta konsep akan memudahkan siswa untuk mengikuti dan memahami alur
sejarah dan memahami secara menyeluruh. Peserta didik sendiri nantinya yang
akan membuat kaitan antara satu konsep dengan lainnya. Peta konsep sangat tepat
dipakai untuk
pembelajaran sejarah karena banyak konsep yang harus
dikuasai oleh siswa untuk mengembangkan proses berpikir. Dengan peta konsep, peserta
didik tidak akan mengingat dan menghafal materi sejarah secara verbatim, kata
per-kata. Mereka punya kesempatan untuk membangun kata-kata mereka sendiri
untuk menjelaskan hubungan satu konsep dengan lainnya. Di samping itu, Peta
konsep bisa mengatasi hambatan verbal atau bahasa untuk menyampaikan gagasannya
dan dalam saat yang sama bisa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
yang pada akhirnya akan mendorong kemampuan verbalnya,
penggunaan kata-kata untuk menyampaikan gagasannya.
Terkadang istilah Peta Konsep (Concept
Map) disejajarkan dengan Peta Pikiran (Mind Map). Keduanya memang
mempunyai kesamaan dalam hal pembuatannya; keduanya menggunakan cara kerja
pembuatan peta. Sedikit perbedaan yang bisa digaris bawahi adalah bahwa Peta
Pikiran lebih cenderung dipakai untuk menyampaikan gagasan-gagasan ilmiah yang
menjadi kesepakatan umum, sementara itu, Peta Pikiran lebih bersifat personal,
yaitu untuk menggambarkan ide-ide atau segala yang ada dalam pikiran seseorang.
Peta pikiran merupakan metode yang sangan bagus untuk mencurahkan gagasan.
Langkah-langkah:
a. Jelaskan tujuan pembelajaran dan sebutkan jenis
kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.
b. Kaitkan materi yang akan dipelajari dengan keadaan
peserta didik dan tunjukkan pentingnya mempelajari materi sejarah ini untuk
kehidupan mereka.
c. Tunjukkan pentingnya cara belajar dengan Peta
Konsep dan berikan contoh-contohnya, artinya cukup tulisan setiap gagasan yang
ada dalam pikiran ke dalam papan atau kertas. Minta semua peserta didik untuk
menuliskan satu kata, konsep, gagasan, atau perasaan yang sekarang dirasakan.
Dan tanyakan diakhir pelajar kenapa mereka menuliskannya dan diskusikan
sebentar.
d. Buat sebuah gambar yang melambangkan topik utama
sekaligus merupakan garis besar di tengah atau di atas kertas kalau hubungan
antar konsepnya bersifat hirarkis, seperti silsilah keturunan. Setiap kali
membuat gambar atau garis, jelaskan maksud dan hubungannya.
e. Buat garis tebal berlekuk-lekuk yang menyambung
dari gambar di tengah kertas ke masing-masing cabang untuk setiap ide utama
yang ada atau sebagai subjek. Cabang utama dalam
mind map melambangkan sub topik utama.
f. Beri nama pada setiap ide di atas atau boleh juga
menambahkan gambar-gambar kecil mengenai masing-masing ide tersebut. Hal ini
dilakukan untuk merangsang penggunaan kedua sisi otak.
g. Dari setiap ide yang ada, tarik garis penghubung
lainnya, yang menyebar seperti cabang-cabang pohon. Kemudian tambahkan buah
pikiran ke setiap ide tadi. Cabang-cabang tambahan ini melambangkan
detail-detail yang ada.
h. Buat kelompok untuk mendiskusikan Peta Konsep yang
dibuat guru dipapan tulis dan minta salah satu dari masing-masing kelompok
menjelaskan atau membaca Peta Konsep itu dalam
kelompoknya secara bergantian.
Pengembangan:
1. Guru bisa meminta siswa untuk membuat peta konsep
sendiri untuk mendeskripsikan silsilah keluarganya. Di pertemuan berikutnya,
cara pembuatan konsep tersebut didiskusikan. Materi yang didiskusikan adalah
bagaimana peserta didik bisa mengetahui silsilah keluarganya; siapa saja yang
dijadikan sumbernya. Dengan cara pembelajaran seperti ini, peserta didik tidak
hanya mengetahui dan menghafal sejarah orang lain tapi juga mereka bisa
melakukan cara berpikir sejarah untuk menuliskan silsilah sejarahnya sendiri.
2. Guru juga bisa meminta siswa untuk membuat Peta
Konsep dari beberapa materi yang dianggap dasar dan harus mereka kuasai.[9]
7. Role Playing (Bermain Peran)
Bermain peran bisa berbentuk
memerankan dialog tokoh-tokoh dalam sejarah atau memerankan diri atau kelompok
sebagai ahli sejarah. Bentuk yang pertama bisa mengajak peserta didik untuk
menjiwai karakter atau tokoh sejarah. Dengan cara ini, siswa merasakan dirinya
sebagai aktor sejarah dan akan sangat berkesan bagi mereka. Dialog-dialog yang
dipakai diusahakan untuk sederhana dengan tanpa meninggalkan gagasan-gagasan
utamanya.
Langkah-langkah:
1. Susun/siapkan skenario beberapa hari minimal satu
minggu sebelum tatap muka.
2. Tunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario
dua hari sebelum kegiatan pembelajaran.
3. Bentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 siswa atau
sesuai dengan kebutuhan.
4. Beri penjelasan tentang kompetensi yang ingin
dicapai.
5. Panggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk
memainkan skenario yang sudah dipersiapkan.
6. Minta masing-masing siswa duduk di kelompoknya,
masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan.
7. Beri kertas kepada peserta didik sebagai audiens
setelah selesai pementasan untuk membahas masalah yang diangkat.
8. Minta masing-masing masing-masing kelompok
menyampaikan hasil kesimpulannya.
9. Berikan kesimpulan secara umum.
Pengembangan:
1. Setelah kegiatan bermain peran usai, guru bisa
meminta peserta didik yang memainkan peran untuk merefleksikan apa yang mereka
alami dan rasakan saat mempersiapkan dan memerankan
tokoh sejarah tersebut.
2. Bermain peran bisa dilaksanakan untuk kelas
terbuka, terutama setelah melakukan banyak latihan dan peserta didik meras
percaya diri untuk naik ke pentas memerankan dialog-dialog dan kejadian sejarah
lainnya.
8. Active Knowledge Sharing (Aktif
Berbagi Pengetahuan)
Ini adalah satu yang dapat membawa
peserta didik untuk siap belajar dengan efektif dan melibatkan unsur afektif.
Metode ini dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan siswa di samping untuk
membentuk kerja-sama kelompok.
Langkah-langkah:
1. Siapkan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan
materi pelajaran yang akan diajarkan. Pertanyaan itu bisa menyangkut:
a. Definisi suatu istilah
b. Pertanyaan dalam bentuk Pilihan Ganda
c. Mengidentifikasi tokoh sejarah
d. Menanyakan sikap atau tindakan yang harus dilakukan
e. Melengkapi kalimat, dll.
2. Minta peserta didik untuk menjawab dengan
sebaik-baiknya.
3. Minta peserta didik untuk mencari teman yang dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak diketahui. Tekankan pada mereka untuk
saling membantu.
4. Minta peserta didik untuk kembali ke tempat duduk
masingmasing.
5. Periksa jawaban siswa, klarifikasi kalau ada
jawaban kurang tepat dan jawab pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab.[10]
Pengembangan
Guru bisa mengkombinasi metode ini dengan Binggo,
yaitu mengisi matrik atau kotak-kotak yang berupa informasi yang harus diisi
oleh peserta didik. Mereka yang selesai mengisi semua
kotak tersebut bilang “Bingo”!
E. Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam
Penetapan Metode Yang Akan Digunakan dalam mengajar
Dalam
menentukan metode pengajaran seorang guru tidak boleh gegabah dalam penetapan
metode yang akan digunakan hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Tujuan yang hendak dicapai
Guru
haruslah mengetahui dengan jelas tujuan yang hendak dicapainya, supaya metode
dan media pendujungnya bias digunakan secara optimal dan maksimal.
2. Audiens (siswa)
Seorang guru
hendaknya memperhatikan Audiens (siswa) terlebih dahulu sebelum menentukan
metode yang akan digunakan, karna jumlah dan karakter siswa,sangat berpengaruh
pada umpan balik dan tujuan yang diharapkan seorang guru.
3. Fasilitas
Fasilitas
menjadi pertimbangan yang sangat penting dalam penetapan metode pengajaran,
namun harus kita ingat fasilitas disini tidak hanya berkutat kepada materi
semata namun non materi seperti waktu yang diberikan untuk seorang guru dalam
menyampaikan materinya.
4. keunggulan dan kelemahan metode tertentu
tidak ada
satu metode yang dapat dikatakan lebih baik karena metode-metode yang ada bisa
bersifat tidak efektif apabila tidak tercapainya tujuan yang diharapkan atas
dasar itulah hendaknya guru memperhatikan beberapa fakto-faktor yang telah di
jelaskan di atas.[11]
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Metode
pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Adapun
pentingnya belajar SKI yaitu untuk menciptakan dan membangun generasi yang
meneladani perjuangan dan pencapaian para pahlawan islam dalam membela dan
menyebarkan agama islam.
Dalam
pembelajaran SKI ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: ceramah, demonstrasi,
diskusi, tanya jawab, timeline, concept map, Role Playing (Bermain
Peran), Active Knowledge Sharing (Aktif Berbagi Pengetahuan), dan
sebagainya sesuai dengan materi apa yang ingin disampaikan ketika pelajaran SKI
belangsung.
Faktor-Faktor
Yang Harus Diperhatikan Dalam Penetapan Metode Yang Akan Digunakan dalam
mengajar : Tujuan yang hendak dicapai, Audiens (siswa), Fasilitas, keunggulan
dan kelemahan metode tertentu.
B. Saran
1. Seorang guru hendaknya
terampil dan dapat menguasai berbagai metode
pembelajaran agar peserta didik lebih mudah memahami materi pembelajaran.
2. Seorang guru harus selalu
aktif melibatkan peserta didik selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
3. Seorang guru harus dapat memilih
metode dan kreatif dalam mencoba ide baru
agar proses pembelajaran berhasil dengan baik
dan tidak membosankan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir,Yogyakarta:
PP. Al-Munawwir Krapyak, 1984.
Atabik Ali, Kamus Kontemporer
Arab Indonesia Cet. VIII; Yogyakarta: Multikarya Grafika, 2003.
http://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/04/sejarah-kebudayaan-Islam/Diakses Tanggal 28 April
2013, Pukul 17:54 WIB.
Mohammad Daud Ali, Pendidikan
Agama Islam. Cet. III; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.
Idris, M. M. (2008). Strategi dan
Metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif.
Yogyakarta, Ar-Ruzmedia.
Marno & M. Idris. (2008). Strategi
dan metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektif dan
Edukatif. Jogyakarta,Ar-Ruzmedia.
Prawiradilaja, Dewi Salma. (2008). Prinsip
Disain Pembelajaran: Instructional Design Principles. Jakarta, Kencana.
Sanjaya, W. (2003). Pembelajaran
dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta, Kencana.
Silberman, Melvin L. (2000). Active
Learning: 101 Strategies to Teach Any Suject. Massachusetts, Ally and
Bacon.
Zuhairini,dkk.Metodik Khusus Pendidikan Agama.Malang:Biro
Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel ,1983.
Ramayulis.Metodologi Pengajaran Agama Islam.Jakarta:Kalam
Mulia,2001
[3] http://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/04/sejarah-kebudayaan-Islam/ Diakses
Tanggal 28 April 2013,
[4] Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir,Yogyakarta:
PP. Al-Munawwir Krapyak, 1984.
[6]
Marno &
M. Idris. (2008). Strategi dan metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan
Mengajar yang Efektif dan Edukatif. Jogyakarta,Ar-Ruzmedia.hal:35
[7]
Idris, M. M.
(2008). Strategi dan Metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan Mengajar
yang Efektif dan Edukatif. Yogyakarta, Ar-Ruzmedia.hal:36
[8]. Silberman,
Melvin L. (2000). Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Suject.
Massachusetts, Ally and Bacon.hal:25
[9] Prawiradilaja, Dewi Salma. (2008). Prinsip
Disain Pembelajaran: Instructional Design Principles. Jakarta, Kencana.hal:23
[10] Sanjaya, W. (2003). Pembelajaran
dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta, Kencana.hal:45
[11] .Zuhairini,dkk.Metodik Khusus Pendidikan Agama.(Malang:Biro
Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel , 1983).hal:20
0 Response to "MAKALAH METODE PEMBELAJARAN SKI"
Post a Comment