BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan agama merupakan bagian
integral dari pendidikan nasional, hal tersebut dijelaskan dalam UU tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 33 ayat 2 bahwa "kurikulum pendidikan
dasar dan menengaw wajib memuat antara lain pendidikan agama", termasuk
salah satunya pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam dilaksanakan untuk
mengembngkan potensi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta akhlak
mulia.
Menurut Daradjat, bahwa pendidikan
agama adalah usaha yang secara sadar dilakukan guru untuk mempengaruhi siswa
dalam rangka pembentukan manusia beragama. Sedangkan lebih khusus pengertian
pendidikan agama Islam yang diungkapkan oleh Puskur Balitbang Depdiknas,
sebagai berikut :
Upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani,
bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mmenjalankan ajaran agama Islam dari sumber
utamanya kitab suci Al-Qur'an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan latihan, serta penggunaan pengalaman.[1]
Pendidikan agama Islam demikian
adalah untuk memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta berakhlak
mulia. Menurut Azra, bahwa "kedudukan pendidikan agama Islam di berbagai
tingkatan dalam sistem pendidikan nasional adalah untuk mewujudkan siswa yang
beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia".[2]
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan Metodik
pembelajaran Pai?
2. Bagaimana Model yang digunakan untuk pembelajaran Pai anak tingkat
Sekolah
Menengah Pertama (SMP)?
3. Bagaimana
praktek penggunaan metode mengajar Pai ?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
METODIK KHUSUS PEMBELAJARAN PAI DI SMP
A. Pengertian
Metodik dan Pembelajran
PAI
Secara harfiyah “
metodik” itu berasal dari kata
“ metode”. Metode berasal dari dua suku
kata, yaitu yaitu Meta yang berarti “jalan” dan Hodos yang
berarti “melalui”. Jadi metode berarti jalan yang harus dilalui untuk
mencapai suatu tujuan.
Metode
berarti suatu cara kerja yang sistimatik dan umum. Metodik khusus berarti suatu
penyelidikan khusus untuk suatu proyek. Dalam hal ini metodik suatu cara dan
siasat penyampaian bahan pelajaran tertentu dari suatu mata pelajaran , agar
siswa dapat mengetahui, memahami, dan mempergunakan dan dengan kata lain
menguasai bahan pelajaran tertentu. Metodik pengajaran agama Islam ialah suatu
cara menyampaikan bahan pelajaran agama Islam. Jika metodik dihubungkan dengan
kata khusus, maka ia berarti suatu cara khusus yang telah dipersiapkan dan
dipertimbangkan untuk ditempuh dalam pengajaran agama Islam.
Jika kita
kaitkan dengan pembelajaran Pia, maka metodologi pembelajaran Pai adalah suatu
ilmu atau yang dipelajari untuk menyampaikan pelajaran Pai kepada peserta
didik. [3]
Metode dibedakan dari
pendekatan. Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam perencanaan,
sedangkan metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya. Satu pendekatan yang direncanakan untuk satu pembelajaran mungkin dalam
pelaksanaan proses tersebut digunakan beberapa metode.
Metode pendidikan dipandang
sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka metode ini mempunyai dua
fungsi ganda, yaitu fungsi bersifat polipragmatis dan monopragmatis.
Polipragmatis berfunsi apabila metode tersebut mengandung kegunaan yang serba
ganda(multipurpose), misalnya suatu mode tertentu pada suatu situasi dan
kondisi tertentu dapat digunakan untuk merusak, da pada kondisi yang lain dapat
dipergunakan untuk membangun dan memperbaiki. Kegunaannya dapat bergantung pada
si pemakai atau pada corak, bentuk, dan kemampuan dari metode sebagai alat.
Sedangkan fungsi manopragmatis terjadi
bilamana metode mengandung suatu macam kegunaan untuk satu macam tujuan.
Penggunaan metode mengandung implikasi bersifat konsisiten, sistematis, dan
makna menurut kondisi sasarannya, mengingat sasaran metodenya adalah manusia,
sehingga pendidik dituntut untuk berhati-hati dalam penerapannya.
Pengertian Pembelajaran Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, mengayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.[4]
Pendidikan agama Islam demikian
adalah untuk memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta berakhlak
mulia. Menurut Azra bahwa "kedudukan pendidikan agama Islam di berbagai
tingkatan dalam sistem pendidikan nasional adalah untuk mewujudkan siswa yang
beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia".
Kedudukan
tersebut menjadi lebih urgen lagi untuk jenjang pendidikan tingkat SMP, dimana
mereka berusia antara 15-18 tahun yang hampir disepakati para ahli jiwa
kelompok umur ini berada pada masa remaja, dengan situasi dan kondisi sosial
dan emosionalnya yang belum stabil. Sementara
tuntutan yang akan dihadapinya semakin besar dan rumit yaitu dunia perguruan
tinggi atau dunia kerja/masyarakat. Karenanya rumusan tujuan pendidikan agama
islam di sekolah Menengah Pertama adalah dalam rangka untuk :
Meningkatkan keyakinan, pemahaman,
penghayatan dan pengalaman siswa tentang agama islam sehingga menjadi manusia
muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
Tujuan tersebut menggambarkan akan
kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang memberikan kepedulian pada
pembentukan manusia yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia. Keasadaran
tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT serta berakhlak mulia akan dapat menciptakan keharmonisan dalam
kehidupan baik pribadi, berbangsa dan bernegara. Menurut konsep islam, iman
merupakan potensi rohani yang harus diaktualisasikan dalam bentuk amal shaleh,
sehingga menghasilkan prestasi rohani yang disebut taqwa. Amal shaleh itu
menyangkut keserasian dan keselarasan hubungan manusia dengan Allah dan
hubungan manusia dengan dirinya yang membentuk keshalehan pribadi; hubungan
manusia dengan sesamanya yang membentuk kesahalehan sosial (solidaritas
sosial), serta hubungan manusia dengan alam sekitar.[5]
B. Model Pembelajaran yang digunakan
Untuk anak Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Pada tingkatan SMP yakni rata-rata usia 12-15 tahun, ini masuk dalam golongan Pra-Remaja. Dalam fase ini ditandai dengan semakin meningkatnya sikap sosial pada anak. Gejala yang dominan pada masa ini adalah kecenderungan untuk bersaing yang berlangsung antara teman sebaya dan lingkungan jenis kelamin yang sama. Pada periode ini ada kesempatan yang sangat baik untuk membantu anak, disamping menguasai ilmu dan teknologi yang sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Juga menumbuhkan sikap tanggung jawab dan menghargai nilai-nilai, terutama yang bersumber dari agama Islam.
Untuk tingkat SMP cara penyampaiannya diperluas yaitu dengan mengemukakan alsan-alasan/dalil-dalil baik naqli maupun aqli, sehingga anak didik yang telah meningkat remaja itu dapat menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam pikirannya. Dan selanjutnya dapat memahami alasan-alasan tersebut dan menjadikan sebuah keyakinan.
Pada tingkatan SMP yakni rata-rata usia 12-15 tahun, ini masuk dalam golongan Pra-Remaja. Dalam fase ini ditandai dengan semakin meningkatnya sikap sosial pada anak. Gejala yang dominan pada masa ini adalah kecenderungan untuk bersaing yang berlangsung antara teman sebaya dan lingkungan jenis kelamin yang sama. Pada periode ini ada kesempatan yang sangat baik untuk membantu anak, disamping menguasai ilmu dan teknologi yang sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Juga menumbuhkan sikap tanggung jawab dan menghargai nilai-nilai, terutama yang bersumber dari agama Islam.
Untuk tingkat SMP cara penyampaiannya diperluas yaitu dengan mengemukakan alsan-alasan/dalil-dalil baik naqli maupun aqli, sehingga anak didik yang telah meningkat remaja itu dapat menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam pikirannya. Dan selanjutnya dapat memahami alasan-alasan tersebut dan menjadikan sebuah keyakinan.
Dari sekian banyaknya model-model
pembelajaran, secara umum ada tiga model pembelajaran yang dapat digunakan
untuk karakteristik anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu:
1.
Model
Pembelajaran Langsung ( Direct Instruction )
Pengetahuan dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu: pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural.
Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu konsep. Pengetahuan
prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana seseorang melakukan sesuatu.
Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses
belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan procedural maupun pengetahuan
deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari langkah demi langkah.
Metode yang digunakan dalam model pembelajaran ini yang lebih dominan adalah
metode Tanya Jawab, metode Ceramah, dan lain-lain. Model ini harus dikemas
melibatkan terjadinya interaksi multi arah. Model pembelajaran langsung
mempunyai fase-fase penting diantaranya:
-Fase pendahuluan, pada fase ini
guru menyampaikan kompetensi apa yang harus dicapai siswa setelah proses
pembelajaran,memotivasi belajar, mengingatkan materi prasyarat. Fase Presentasi
materi, guru dengan menggunakan metode ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman
dengan Tanya Jawab). Kemudian fase terakhir guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berlatih, menyimpulkan hasil belajar dan memberikan umpan balik
terhadap keberhasilan siswa. Fase tersebut dapat disajikan seperti berikut :
-Fase Pendahuluan Guru Menyampaikan kompetensi yang harus dikuasai siswa,memotivasi, mengingatkan materi sebelumnya, dan mem-persiapkan siswa.
-Fase Pendahuluan Guru Menyampaikan kompetensi yang harus dikuasai siswa,memotivasi, mengingatkan materi sebelumnya, dan mem-persiapkan siswa.
-Presentase materi Mendemonstrasikan ketrampilan atau
menyajikan informasi tahap demi tahap dengan metode ceramah dan resitasi.
-Membimbing pelatihan Memberikan latihan terbimbing.
-Memberikan umpan baik Mengecek kemampuan siswa dan
memberikan umpan balik.
-kesimpulan Merangkum dengan Tanya Jawab dan
memberikan tugas.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk tujuan bersama. Model kooperatif merupakan model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mencapai kompetensinya dengan menekankan kerjasama antar siswa. Dengan demikian, metode mengajar yang digunakan guru adalah diskusi kelompok. Adapun ciri-ciri model pembelajaran kooperatif antara lain :
a. Untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan, siswa belajar dalam kelompok.
b. Kelompok dibentuk dari siswa dengan memperhatikan kemampuan, gender, ras, budaya dan suku.
c. Penghargaan diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
Pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan penting, yaitu :
1) Hasil Belajar Akademik Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan proses konstruksi siswa terhadap pengetahuan yang dipelajarinya.
2) Penerimaan terhadap keberagaman Menumbuhkembangkan interaksi sosial bagi siswa. Siswa akan lebih mudah menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang.
3) Pengembangan ketrampilan sosialMengembangkan saling percaya dengan berbagi tugas dalam kelompok, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mempresentasikan dan lain-lain.
Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk tujuan bersama. Model kooperatif merupakan model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mencapai kompetensinya dengan menekankan kerjasama antar siswa. Dengan demikian, metode mengajar yang digunakan guru adalah diskusi kelompok. Adapun ciri-ciri model pembelajaran kooperatif antara lain :
a. Untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan, siswa belajar dalam kelompok.
b. Kelompok dibentuk dari siswa dengan memperhatikan kemampuan, gender, ras, budaya dan suku.
c. Penghargaan diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
Pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan penting, yaitu :
1) Hasil Belajar Akademik Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan proses konstruksi siswa terhadap pengetahuan yang dipelajarinya.
2) Penerimaan terhadap keberagaman Menumbuhkembangkan interaksi sosial bagi siswa. Siswa akan lebih mudah menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang.
3) Pengembangan ketrampilan sosialMengembangkan saling percaya dengan berbagi tugas dalam kelompok, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mempresentasikan dan lain-lain.
Langkah dan
kegiatan guru dalam Model Pembelajaraan Kooperatif.
1. Apersepsi Guru menyampaikan kompetensi yang harus ditunjukkan siswa, memotivasi siswa, meng-ingatkan materi prasyarat.
2. Menyajikan informasi Guru menyampaikan informasi secukupnya, be-rupa cara kerja, atau cara menyelesaikan tugas.
3. Membentuk kelompok Guru memberikan arahan cara membentuk ke-lompok.
4. Membimbing kelompok kerja Guru memberikan bimbingan kepada kelompok yang memerlukan.
5. Evaluasi Guru melakukan kesimpulan akhir, evaluasi proses maupun hasil belajar.
6. Memberikan penghargaan Guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok maupun individual.
1. Apersepsi Guru menyampaikan kompetensi yang harus ditunjukkan siswa, memotivasi siswa, meng-ingatkan materi prasyarat.
2. Menyajikan informasi Guru menyampaikan informasi secukupnya, be-rupa cara kerja, atau cara menyelesaikan tugas.
3. Membentuk kelompok Guru memberikan arahan cara membentuk ke-lompok.
4. Membimbing kelompok kerja Guru memberikan bimbingan kepada kelompok yang memerlukan.
5. Evaluasi Guru melakukan kesimpulan akhir, evaluasi proses maupun hasil belajar.
6. Memberikan penghargaan Guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok maupun individual.
3. Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah ( Problem Based Instruction )
Model Problem Based Instruction adalah suatu metode yang diajarkan dengan melihat fakta yang berkembang atau berdasarkan masalah yang ada kemudian akan dilakukan diskusi dan pemecahan masalah tersebut. Model Pembelajaran berdasarkan pada masalah tertentu, bertujuan untuk:
a. Membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan memecahkan masalah.
b. Belajar menjadi peranan sebagai orang dewasa.
c. Belajar Mandiri.
Model Problem Based Instruction adalah suatu metode yang diajarkan dengan melihat fakta yang berkembang atau berdasarkan masalah yang ada kemudian akan dilakukan diskusi dan pemecahan masalah tersebut. Model Pembelajaran berdasarkan pada masalah tertentu, bertujuan untuk:
a. Membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan memecahkan masalah.
b. Belajar menjadi peranan sebagai orang dewasa.
c. Belajar Mandiri.
Pelaksanaan
model pembelajaran berdasarkan masalah sebagai berikut :
1. Penetapan TujuanGuru mendeskripsikan tujuan model pembelajaran masalah.
2. Merancang situasi masalahGuru merumuskan masalah yang akan dipelajari/ diselidiki siswa. Masalah tersebut harus otentik, dan bermakna bagi siswa.[6]
1. Penetapan TujuanGuru mendeskripsikan tujuan model pembelajaran masalah.
2. Merancang situasi masalahGuru merumuskan masalah yang akan dipelajari/ diselidiki siswa. Masalah tersebut harus otentik, dan bermakna bagi siswa.[6]
C. Praktek Penggunaan Metode Mengajar
Proses belajar mengajar yang baik hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode mengajar secara bergantian atau saling bahu membahu satu sama lain. Masing-masing metode ada kelemahan serta keuntungannya. Tugas guru ialah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut sanngat bergantung kepada tujuan, isi proses belajar-mengajar dan kegiatan belajar mengajar.[7]
Proses belajar mengajar yang baik hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode mengajar secara bergantian atau saling bahu membahu satu sama lain. Masing-masing metode ada kelemahan serta keuntungannya. Tugas guru ialah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut sanngat bergantung kepada tujuan, isi proses belajar-mengajar dan kegiatan belajar mengajar.[7]
Dalam prakteknya, metode mengajar
tidak digunakan sendiri-sendiri tetapi merupakan
kombinasi dari beberapa metode mengajar.
1. Ceramah, tanya jawab, dan tugas
Mengingat ceramah banyak segi yang
kurang menguntungkan, maka penggunaanya harus didukung dengan alat dan media
atau dengan metode lain. Oleh sebab itu setelah guru selesai memberikan
ceramahmaka dipandang dipandang perlu untuk memberikan kesempatan kepada
muridnya untuk mengadakan tanya jawab. Tanya jawab ini diperlukan untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap apa yang telah disampaikan guru melalui
metode ceramah.
Untuk lebih memantapkan penguasaaan
siswa terhadap bahan/materi yang telah disampaikan, maka pada tahap selanjutnya
siswa diberi tugas, misalnya membuat kesimpulan/generalisasi hasil ceramah,
mengerjakan pekerjaan rumah, dan lain-lain. Selanutnya dilakukan Evaluasi
sebagai berikut :
1. Menciptakan kondisi belajar siswa.
2. Penyajian, tahap guru menyampaikan bahan/materi
pelajajaran (metode ceramah)
3. Asosiasi/komparasi, artinya memberi ke-sempatan
kepada siswa untuk menghubungkan dan membandingkan materi ceramah yang telah
diterimanya, melalui tanya jawab (metode tanya jawab)
4. Generalisasi/kesimpulan, memberikan tu-gas kepada
siswa untuk membuat ke-simpulan melalui hsasil ceramah (metode tugas).
5. Mengadakan penilaian terhadap pemaham-an siswa
mengenai bahan yang telah diterimanya, melalui tes lisan dan tulisan atau tugas
lain.
2. Ceramah, diskusi, dan tugas
Penggunaan ketiga jenis metode
mengajar ini dapat dilakukan diawali dengan pemberian informasi kepada siswa
tentang materi/bahan yang didiskusikan oleh siswa lalu memberikan masalah untuk
didiskusikan, kemudian diikuti dengan tugas-tugas yang harrus dilakukan siswa.
Ceramah dimaksudkan untuk memberikan
penjelasan/informasi mengenai bahan yang akan dibahas dalam diskusi, sehingga
diskusi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Pada akhir kegiatan diskusi siswa diberikan beberapa tugas yang harus
dikerjakan saat itu juga. Maksudnya untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa
melalui diskusi tersebut. Dengan demmikian, tugas ini sekaligus merupakan umpan
balik bagi guru terhadap hasil diskusi yang dilakukan siswa.selanjutnya
dilakukan Evaluasi sebagai berikut :
1. Mempersiapkan kondisi belajar siswa
2. Memberikan informasi/penjelasan tentang masalah
tugas dalam diskusi (ceramah).
3. Mempersiapkan sarana prasarana untuk melakukan
diskusi (tempat, peserta, dan waktu).
4. Siswa melakukan diskusi:
- Guru merangsang seluruh peserta
ber-partisipasi dalam diskusi.
- Memberikan kesempatan kepada semua
anggota untuk aktif.
- Mencatat tanggapan/saran dan
ide-ide yang penting.
5. Memberikan tugas kepada siswa untuk:
- Membuat kesimpulan diskusi.
- Mencatat hasil diskusi.
- Menilai hasil diskusi.
- Dan sebagainya.
3. Ceramah,
demonstrasi, dan eksperimen
Penggunaan metode demonstrasi selalu
diikuti dengan eksperimen. Apapun yang didemonstrasikan baik oleh guru maupun
oleh siswa tanpa diikuti dengan eksperimen tidak akan mencapai hasil yang
efektif.
Dalam pelaksanaannya, metode
demonstrasi dan eksperimen dapat digabungkan, artiya setelah dilakukan
demonstrasi kemudian diikuti dengan eksperimen dengan disertai penjelasan
secara lisan (ceramah), kemudian di tindak lanjuti dengan evaluasi seperti :
1.
Menciptakan kondisi belajar siswa untuk melaksanakan demonstrasi dengan:
- Menyediakan alat-alat demonstrasi.
- Tempat duduk siswa.
2. Mengajukan masalah kepada siswa (cera-mah). Melaksanakan demonstrasi:
- Menjelaskan dan mendemonstrasikan sesuatu prosedur atau proses.
- Usahakan seluruh murid dapat meng-ikuti/mengamati demonstrasi dengan baik.
- Beri penjelasan yang padat tapi singkat.
- Hentikan demonstrasi kemudian adakan tanya jawab.
3. Beri kesempatan kepada siswa untuk men-coba melakukan sendiri (eksperimen).
4. Membuat kesimpulan hasil demonstrasi.
5. Mengajukan pertanyaan pada siswa.
- Menyediakan alat-alat demonstrasi.
- Tempat duduk siswa.
2. Mengajukan masalah kepada siswa (cera-mah). Melaksanakan demonstrasi:
- Menjelaskan dan mendemonstrasikan sesuatu prosedur atau proses.
- Usahakan seluruh murid dapat meng-ikuti/mengamati demonstrasi dengan baik.
- Beri penjelasan yang padat tapi singkat.
- Hentikan demonstrasi kemudian adakan tanya jawab.
3. Beri kesempatan kepada siswa untuk men-coba melakukan sendiri (eksperimen).
4. Membuat kesimpulan hasil demonstrasi.
5. Mengajukan pertanyaan pada siswa.
4. Ceramah,
sosiodrama, dan diskusi
Sebelum metode sosiodrama digunakan,
terlebih dahulu harus diawali dengan penjelasan dari guru tentang situasi
social yang akan didramatisasikan oleh para pelaku. Tanpa diberikan penjelasan
tersebut, anak tidak akan dapat melakukan peranannya dengan baik. Sosiodrama
akan menarik bila pada situasi yang sedang memuncak, kemudia dihentikan.
Selanjutnya diadakan diskusi bagaimana jalan cerita seterusnya, atau pemecahan
masalah selanjutnya. Dan dilakukan Evaluasi seperti :
1.
Menentukan dan menceritakan situasi so-sial yang akan didramatisasikan
(ceramah).
2. Memilih para pelaku.
2. Memilih para pelaku.
3.
Mempersiapkan pelaku untuk menentukan peranan masing-masing.
4. Siswa
melakukan sosiodrama.
5.Guru
menghentikan sosiodrama pada saat situasi sedang memuncak (tegang).
6.Akhiri sosiodrama dengan diskusi tentang jalan cerita, atau pemecahan masalah selanjutnya.
7. Siswa diberi tugas untuk menilai/memberi tanggapan terhadap pelaksanaan sosio-drama.
8. Siswa diberi kesempatan untuk membuat kesimpulan hasil sosiodrama.
6.Akhiri sosiodrama dengan diskusi tentang jalan cerita, atau pemecahan masalah selanjutnya.
7. Siswa diberi tugas untuk menilai/memberi tanggapan terhadap pelaksanaan sosio-drama.
8. Siswa diberi kesempatan untuk membuat kesimpulan hasil sosiodrama.
5. Ceramah,
problem solving, dan tugas
Pada saat guru memberikan pelajaran
kepada siswa, adakalanya timbul suatu persoalan/masalah yang tidak dapat
diselesaikan dengan hanya penjelasan secara lisan melalui ceramah. Untuk itu
guru perlu menggunakan metode pemecahan masalah atau problem solving sebagai
jalan keluarnya. Kemudian akhiri dengan tugas-tugas, baik individu maupun tugas
kelompok sehingga siswa melakukan tukar pikiran dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya. Dan kemudian di Evaluasi bengan cara :
1. Menentukan dan menjelaskan masalah (ce-ramah)
2. Menyediakan alat/buku-buku yang relevan dengan
masalah tersebut.
3. Mengadakan identifikasi masalah.
4. Merumuskan hipotesis dalam memecahkan masalah
tersebut.
5. Mengumpulkan data atau keterangan yang relevan
dengan masalah.
6. Menguji hipotesis (siswa berusaha me-mecahkan
masalah yang dihadapinya de-ngan data yang ada).
7. Membuat kesimpulan pemecahan masalah.
8. Memberi tugas kepada siswa untuk men-catat hasil
pemecahan masalah.
6. Ceramah, demonstrasi dan latihan
Metode
latihan umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan
dari bahan yang dipelajarinya. Oleh sebab itu metode ceramah dapat digunakan
sebelum maupun sesudah latihan dilakukan. Tujuan dari ceramah untuk member
penjelasan pada siswa mengenai bentuk keterampilan tertentu yang hendak
dilakukannya.
Sedangkan demonstrasi disini dimaksudkan untuk memperagakan atau mempertunjukkan suatu keterampilan yang akan dipelajari siswa. Dan kemudian dilakukan tindak lanjut dengan Evaluasi sedagai berikut :
Sedangkan demonstrasi disini dimaksudkan untuk memperagakan atau mempertunjukkan suatu keterampilan yang akan dipelajari siswa. Dan kemudian dilakukan tindak lanjut dengan Evaluasi sedagai berikut :
1.
Menyediakan paeralatan yang diperlukan.
2. Menciptakan kondisi anak untuk belajar.
3. Memberikan pengertian/penjelasan sebe-lum latihan dimulai (ceramah).
4. Demonstrasikan proses/prosedur tersebut oleh guru dan siswa mengamatinya.
5. Siswa diberi kesempatan mengadakan la-tihan.
6. Siswa membuat kesimpulan dari latihan yang ia lakukan.
7. Guru bertanya kepada siswa.[8]
2. Menciptakan kondisi anak untuk belajar.
3. Memberikan pengertian/penjelasan sebe-lum latihan dimulai (ceramah).
4. Demonstrasikan proses/prosedur tersebut oleh guru dan siswa mengamatinya.
5. Siswa diberi kesempatan mengadakan la-tihan.
6. Siswa membuat kesimpulan dari latihan yang ia lakukan.
7. Guru bertanya kepada siswa.[8]
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Simpulan
Metodik
pengajaran agama Islam ialah suatu cara menyampaikan bahan pelajaran agama
Islam. Jika metodik dihubungkan dengan kata khusus, maka ia berarti suatu cara
khusus yang telah dipersiapkan dan dipertimbangkan untuk ditempuh dalam
pengajaran agama Islam.
Pada tingkatan SMP yakni rata-rata
usia 12-15 tahun, ini masuk dalam golongan Pra-Remaja. Dalam fase ini ditandai
dengan semakin meningkatnya
sikap sosial pada anak maka model pembelajarannya ada yang
Model
Pembelajaran Langsung ( Direct Instruction),Model
Pembelajaran Kooperatif,Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah ( Problem Based Instruction ). Adapun Metode yang dipakai yaitu metode Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab dan
Pembrian Tugas.
.
B. Saran
Setelah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini, kami harapkan saran dan kritik dari bapak pembimbing dan rekan-rekan sekalian demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca. Amin.
Setelah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini, kami harapkan saran dan kritik dari bapak pembimbing dan rekan-rekan sekalian demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam,
Semarang: Toha Putra, 1981.
Azra, A. (2002). Paradigma pendidikan Nasional : Rekonstruksi
dan Demokratisasi, Jakarta : Penerbit Buku Kompas.
Daradjat, Z. (1976), Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam.
Jakarta : Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Cet III. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Cet III. Jakarta: Rineka Cipta.
Nasution.
2006. Kurikulum dan Pengajaran. Cet
IV. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana,
Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar
Mengajar. Cet VII. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
[2]
.Azra, A.
(2002). Paradigma pendidikan Nasional :
Rekonstruksi dan Demokratisasi, Jakarta : Penerbit Buku Kompas.hal: 15
[5]
Azra, A.
(2002). Paradigma pendidikan Nasional :
Rekonstruksi dan Demokratisasi, Jakarta : Penerbit Buku Kompas.hal:45
[6]. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Cet III.
Jakarta: Rineka Cipta.hal: 35
[7]. Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Cet VII. Bandung: Sinar Baru Algensindo.hal:20
[8] Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan
Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.
Cet III. Jakarta: Rineka Cipta.hal: 40
0 Response to "MAKALAH METODIK PEMBELAJARAN PAI SLTP"
Post a Comment