MAKALAH METODIK PEMBELAJARAN PAI SLTP

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang

Pendidikan agama merupakan bagian integral dari pendidikan nasional, hal tersebut dijelaskan dalam UU tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 33 ayat 2 bahwa "kurikulum pendidikan dasar dan menengaw wajib memuat antara lain pendidikan agama", termasuk salah satunya pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam dilaksanakan untuk mengembngkan potensi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia.
Menurut Daradjat, bahwa pendidikan agama adalah usaha yang secara sadar dilakukan guru untuk mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama. Sedangkan lebih khusus pengertian pendidikan agama Islam yang diungkapkan oleh Puskur Balitbang Depdiknas, sebagai berikut :
Upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mmenjalankan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur'an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan, serta penggunaan pengalaman.[1]
Pendidikan agama Islam demikian adalah untuk memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia. Menurut Azra, bahwa "kedudukan pendidikan agama Islam di berbagai tingkatan dalam sistem pendidikan nasional adalah untuk mewujudkan siswa yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia".[2]

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Metodik pembelajaran Pai?
2. Bagaimana Model yang digunakan untuk pembelajaran Pai anak tingkat   Sekolah Menengah Pertama (SMP)?
3. Bagaimana praktek penggunaan metode mengajar Pai ?
BAB II
PEMBAHASAN
METODIK KHUSUS PEMBELAJARAN PAI DI SMP
A.    Pengertian Metodik dan Pembelajran PAI
Secara harfiyah “ metodik” itu berasal dari kata “ metode”. Metode berasal dari dua suku kata, yaitu yaitu Meta yang berarti “jalan” dan Hodos yang berarti “melalui”. Jadi metode berarti jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Metode berarti suatu cara kerja yang sistimatik dan umum. Metodik khusus berarti suatu penyelidikan khusus untuk suatu proyek. Dalam hal ini metodik suatu cara dan siasat penyampaian bahan pelajaran tertentu dari suatu mata pelajaran , agar siswa dapat mengetahui, memahami, dan mempergunakan dan dengan kata lain menguasai bahan pelajaran tertentu. Metodik pengajaran agama Islam ialah suatu cara menyampaikan bahan pelajaran agama Islam. Jika metodik dihubungkan dengan kata khusus, maka ia berarti suatu cara khusus yang telah dipersiapkan dan dipertimbangkan untuk ditempuh dalam pengajaran agama Islam.
Jika kita kaitkan dengan pembelajaran Pia, maka metodologi pembelajaran Pai adalah suatu ilmu atau yang dipelajari untuk menyampaikan pelajaran Pai kepada peserta didik. [3]
Metode dibedakan dari pendekatan. Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam perencanaan, sedangkan metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya. Satu pendekatan yang direncanakan untuk satu pembelajaran mungkin dalam pelaksanaan proses tersebut digunakan beberapa metode.

Metode pendidikan dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka metode ini mempunyai dua fungsi ganda, yaitu fungsi bersifat polipragmatis dan monopragmatis. Polipragmatis berfunsi apabila metode tersebut mengandung kegunaan yang serba ganda(multipurpose), misalnya suatu mode tertentu pada suatu situasi dan kondisi tertentu dapat digunakan untuk merusak, da pada kondisi yang lain dapat dipergunakan untuk membangun dan memperbaiki. Kegunaannya dapat bergantung pada si pemakai atau pada corak, bentuk, dan kemampuan dari metode sebagai alat.
Sedangkan fungsi manopragmatis terjadi bilamana metode mengandung suatu macam kegunaan untuk satu macam tujuan. Penggunaan metode mengandung implikasi bersifat konsisiten, sistematis, dan makna menurut kondisi sasarannya, mengingat sasaran metodenya adalah manusia, sehingga pendidik dituntut untuk berhati-hati dalam penerapannya.
Pengertian Pembelajaran Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, mengayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.[4]
Pendidikan agama Islam demikian adalah untuk memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia. Menurut Azra bahwa "kedudukan pendidikan agama Islam di berbagai tingkatan dalam sistem pendidikan nasional adalah untuk mewujudkan siswa yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia".
Kedudukan tersebut menjadi lebih urgen lagi untuk jenjang pendidikan tingkat SMP, dimana mereka berusia antara 15-18 tahun yang hampir disepakati para ahli jiwa kelompok umur ini berada pada masa remaja, dengan situasi dan kondisi sosial dan emosionalnya yang belum stabil. Sementara tuntutan yang akan dihadapinya semakin besar dan rumit yaitu dunia perguruan tinggi atau dunia kerja/masyarakat. Karenanya rumusan tujuan pendidikan agama islam di sekolah Menengah Pertama adalah dalam rangka untuk :
Meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman siswa tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
Tujuan tersebut menggambarkan akan kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang memberikan kepedulian pada pembentukan manusia yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia. Keasadaran tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia akan dapat menciptakan keharmonisan dalam kehidupan baik pribadi, berbangsa dan bernegara. Menurut konsep islam, iman merupakan potensi rohani yang harus diaktualisasikan dalam bentuk amal shaleh, sehingga menghasilkan prestasi rohani yang disebut taqwa. Amal shaleh itu menyangkut keserasian dan keselarasan hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan dirinya yang membentuk keshalehan pribadi; hubungan manusia dengan sesamanya yang membentuk kesahalehan sosial (solidaritas sosial), serta hubungan manusia dengan alam sekitar.[5]
B. Model Pembelajaran yang digunakan Untuk anak Sekolah Menengah Pertama (SMP)
            Pada tingkatan SMP yakni rata-rata usia 12-15 tahun, ini masuk dalam golongan Pra-Remaja. Dalam fase ini ditandai dengan semakin meningkatnya sikap sosial pada anak. Gejala yang dominan pada masa ini adalah kecenderungan untuk bersaing yang berlangsung antara teman sebaya dan lingkungan jenis kelamin yang sama. Pada periode ini ada kesempatan yang sangat baik untuk membantu anak, disamping menguasai ilmu dan teknologi yang sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Juga menumbuhkan sikap tanggung jawab dan menghargai nilai-nilai, terutama yang bersumber dari agama Islam.
            Untuk tingkat SMP cara penyampaiannya diperluas yaitu dengan mengemukakan alsan-alasan/dalil-dalil baik naqli maupun aqli, sehingga anak didik yang telah meningkat remaja itu dapat menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam pikirannya. Dan selanjutnya dapat memahami alasan-alasan tersebut dan menjadikan sebuah keyakinan.
            Dari sekian banyaknya model-model pembelajaran, secara umum ada tiga model pembelajaran yang dapat digunakan untuk karakteristik anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu:
1.   Model Pembelajaran Langsung ( Direct Instruction )
Pengetahuan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu: pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu konsep. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana seseorang melakukan sesuatu. Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan procedural maupun pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari langkah demi langkah. Metode yang digunakan dalam model pembelajaran ini yang lebih dominan adalah metode Tanya Jawab, metode Ceramah, dan lain-lain. Model ini harus dikemas melibatkan terjadinya interaksi multi arah. Model pembelajaran langsung mempunyai fase-fase penting diantaranya:
-Fase pendahuluan, pada fase ini guru menyampaikan kompetensi apa yang harus dicapai siswa setelah proses pembelajaran,memotivasi belajar, mengingatkan materi prasyarat. Fase Presentasi materi, guru dengan menggunakan metode ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman dengan Tanya Jawab). Kemudian fase terakhir guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih, menyimpulkan hasil belajar dan memberikan umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Fase tersebut dapat disajikan seperti berikut :
-Fase
Pendahuluan Guru Menyampaikan kompetensi yang harus dikuasai siswa,memotivasi, mengingatkan materi sebelumnya, dan mem-persiapkan siswa.
-Presentase materi Mendemonstrasikan ketrampilan atau menyajikan informasi tahap demi tahap dengan metode ceramah dan resitasi.
-Membimbing pelatihan Memberikan latihan terbimbing.
-Memberikan umpan baik Mengecek kemampuan siswa dan memberikan umpan balik.
-kesimpulan Merangkum dengan Tanya Jawab dan memberikan tugas.

2. Model Pembelajaran Kooperatif
            Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk tujuan bersama. Model kooperatif merupakan model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mencapai kompetensinya dengan menekankan kerjasama antar siswa. Dengan demikian, metode mengajar yang digunakan guru adalah diskusi kelompok. Adapun ciri-ciri model pembelajaran kooperatif antara lain :
a. Untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan, siswa belajar dalam kelompok.
b. Kelompok dibentuk dari siswa dengan memperhatikan kemampuan, gender, ras, budaya dan suku.
c. Penghargaan diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
Pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan penting, yaitu :
1) Hasil Belajar Akademik Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan proses konstruksi siswa terhadap pengetahuan yang dipelajarinya.
2) Penerimaan terhadap keberagaman Menumbuhkembangkan interaksi sosial bagi siswa. Siswa akan lebih mudah menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang.
3) Pengembangan ketrampilan sosialMengembangkan saling percaya dengan berbagi tugas dalam kelompok, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mempresentasikan dan lain-lain.

Langkah dan kegiatan guru dalam Model Pembelajaraan Kooperatif.
1. Apersepsi Guru menyampaikan kompetensi yang harus ditunjukkan siswa, memotivasi siswa, meng-ingatkan materi prasyarat.
2. Menyajikan informasi Guru menyampaikan informasi secukupnya, be-rupa cara kerja, atau cara menyelesaikan tugas.
3. Membentuk kelompok Guru memberikan arahan cara membentuk ke-lompok.
4. Membimbing kelompok kerja Guru memberikan bimbingan kepada kelompok yang memerlukan.
5. Evaluasi Guru melakukan kesimpulan akhir, evaluasi proses maupun hasil belajar.
6. Memberikan penghargaan Guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok maupun individual.
3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah ( Problem Based Instruction )
            Model Problem Based Instruction adalah suatu metode yang diajarkan dengan melihat fakta yang berkembang atau berdasarkan masalah yang ada kemudian akan dilakukan diskusi dan pemecahan masalah tersebut. Model Pembelajaran berdasarkan pada masalah tertentu, bertujuan untuk:
a. Membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan memecahkan masalah.
b. Belajar menjadi peranan sebagai orang dewasa.
c. Belajar Mandiri.
            Pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah sebagai berikut :
1. Penetapan TujuanGuru mendeskripsikan tujuan model pembelajaran masalah.
2. Merancang situasi masalahGuru merumuskan masalah yang akan dipelajari/ diselidiki siswa. Masalah tersebut harus otentik, dan bermakna bagi siswa.[6]

 C. Praktek Penggunaan Metode Mengajar
            Proses belajar mengajar yang baik hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode mengajar secara bergantian atau saling bahu membahu satu sama lain. Masing-masing metode ada kelemahan serta keuntungannya. Tugas guru ialah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut sanngat bergantung kepada tujuan, isi proses belajar-mengajar dan kegiatan belajar mengajar.[7]
Dalam prakteknya, metode mengajar tidak digunakan sendiri-sendiri tetapi merupakan kombinasi dari beberapa metode mengajar.
1.    Ceramah, tanya jawab, dan tugas
            Mengingat ceramah banyak segi yang kurang menguntungkan, maka penggunaanya harus didukung dengan alat dan media atau dengan metode lain. Oleh sebab itu setelah guru selesai memberikan ceramahmaka dipandang dipandang perlu untuk memberikan kesempatan kepada muridnya untuk mengadakan tanya jawab. Tanya jawab ini diperlukan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap apa yang telah disampaikan guru melalui metode ceramah.
            Untuk lebih memantapkan penguasaaan siswa terhadap bahan/materi yang telah disampaikan, maka pada tahap selanjutnya siswa diberi tugas, misalnya membuat kesimpulan/generalisasi hasil ceramah, mengerjakan pekerjaan rumah, dan lain-lain. Selanutnya dilakukan Evaluasi sebagai berikut :
1. Menciptakan kondisi belajar siswa.
2. Penyajian, tahap guru menyampaikan bahan/materi pelajajaran (metode ceramah)
3. Asosiasi/komparasi, artinya memberi ke-sempatan kepada siswa untuk menghubungkan dan membandingkan materi ceramah yang telah diterimanya, melalui tanya jawab (metode tanya jawab)
4. Generalisasi/kesimpulan, memberikan tu-gas kepada siswa untuk membuat ke-simpulan melalui hsasil ceramah (metode tugas).
5. Mengadakan penilaian terhadap pemaham-an siswa mengenai bahan yang telah diterimanya, melalui tes lisan dan tulisan atau tugas lain.

2. Ceramah, diskusi, dan tugas
            Penggunaan ketiga jenis metode mengajar ini dapat dilakukan diawali dengan pemberian informasi kepada siswa tentang materi/bahan yang didiskusikan oleh siswa lalu memberikan masalah untuk didiskusikan, kemudian diikuti dengan tugas-tugas yang harrus dilakukan siswa.
            Ceramah dimaksudkan untuk memberikan penjelasan/informasi mengenai bahan yang akan dibahas dalam diskusi, sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pada akhir kegiatan diskusi siswa diberikan beberapa tugas yang harus dikerjakan saat itu juga. Maksudnya untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa melalui diskusi tersebut. Dengan demmikian, tugas ini sekaligus merupakan umpan balik bagi guru terhadap hasil diskusi yang dilakukan siswa.selanjutnya dilakukan Evaluasi sebagai berikut :
1. Mempersiapkan kondisi belajar siswa
2. Memberikan informasi/penjelasan tentang masalah tugas dalam diskusi (ceramah).
3. Mempersiapkan sarana prasarana untuk melakukan diskusi (tempat, peserta, dan waktu).
4. Siswa melakukan diskusi:
- Guru merangsang seluruh peserta ber-partisipasi dalam diskusi.
- Memberikan kesempatan kepada semua anggota untuk aktif.
- Mencatat tanggapan/saran dan ide-ide yang penting.
5. Memberikan tugas kepada siswa untuk:
- Membuat kesimpulan diskusi.
- Mencatat hasil diskusi.
- Menilai hasil diskusi.
- Dan sebagainya.

3. Ceramah, demonstrasi, dan eksperimen
            Penggunaan metode demonstrasi selalu diikuti dengan eksperimen. Apapun yang didemonstrasikan baik oleh guru maupun oleh siswa tanpa diikuti dengan eksperimen tidak akan mencapai hasil yang efektif.
            Dalam pelaksanaannya, metode demonstrasi dan eksperimen dapat digabungkan, artiya setelah dilakukan demonstrasi kemudian diikuti dengan eksperimen dengan disertai penjelasan secara lisan (ceramah), kemudian di tindak lanjuti dengan evaluasi seperti :
1. Menciptakan kondisi belajar siswa untuk melaksanakan demonstrasi dengan:
            - Menyediakan alat-alat demonstrasi.
            - Tempat duduk siswa.
2. Mengajukan masalah kepada siswa (cera-mah). Melaksanakan demonstrasi:
            - Menjelaskan dan mendemonstrasikan sesuatu prosedur atau proses.
            - Usahakan seluruh murid dapat meng-ikuti/mengamati demonstrasi dengan baik.
            - Beri penjelasan yang padat tapi singkat.
            - Hentikan demonstrasi kemudian adakan tanya jawab.
3. Beri kesempatan kepada siswa untuk men-coba melakukan sendiri (eksperimen).
4. Membuat kesimpulan hasil demonstrasi.
5. Mengajukan pertanyaan pada siswa.

4. Ceramah, sosiodrama, dan diskusi
Sebelum metode sosiodrama digunakan, terlebih dahulu harus diawali dengan penjelasan dari guru tentang situasi social yang akan didramatisasikan oleh para pelaku. Tanpa diberikan penjelasan tersebut, anak tidak akan dapat melakukan peranannya dengan baik. Sosiodrama akan menarik bila pada situasi yang sedang memuncak, kemudia dihentikan. Selanjutnya diadakan diskusi bagaimana jalan cerita seterusnya, atau pemecahan masalah selanjutnya. Dan dilakukan Evaluasi seperti :
1. Menentukan dan menceritakan situasi so-sial yang akan didramatisasikan (ceramah).
2. Memilih para pelaku.
3. Mempersiapkan pelaku untuk menentukan peranan masing-masing.
4. Siswa melakukan sosiodrama.
5.Guru menghentikan sosiodrama pada saat situasi sedang memuncak (tegang).
6.Akhiri sosiodrama dengan diskusi tentang jalan cerita, atau pemecahan masalah selanjutnya.
7. Siswa diberi tugas untuk menilai/memberi tanggapan terhadap pelaksanaan sosio-drama.
8. Siswa diberi kesempatan untuk membuat kesimpulan hasil sosiodrama.

5. Ceramah, problem solving, dan tugas
            Pada saat guru memberikan pelajaran kepada siswa, adakalanya timbul suatu persoalan/masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan hanya penjelasan secara lisan melalui ceramah. Untuk itu guru perlu menggunakan metode pemecahan masalah atau problem solving sebagai jalan keluarnya. Kemudian akhiri dengan tugas-tugas, baik individu maupun tugas kelompok sehingga siswa melakukan tukar pikiran dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Dan kemudian di Evaluasi bengan cara :
1. Menentukan dan menjelaskan masalah (ce-ramah)
2. Menyediakan alat/buku-buku yang relevan dengan masalah tersebut.
3. Mengadakan identifikasi masalah.
4. Merumuskan hipotesis dalam memecahkan masalah tersebut.
5. Mengumpulkan data atau keterangan yang relevan dengan masalah.
6. Menguji hipotesis (siswa berusaha me-mecahkan masalah yang dihadapinya de-ngan data yang ada).
7. Membuat kesimpulan pemecahan masalah.
8. Memberi tugas kepada siswa untuk men-catat hasil pemecahan masalah.

6. Ceramah, demonstrasi dan latihan

            Metode latihan umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari bahan yang dipelajarinya. Oleh sebab itu metode ceramah dapat digunakan sebelum maupun sesudah latihan dilakukan. Tujuan dari ceramah untuk member penjelasan pada siswa mengenai bentuk keterampilan tertentu yang hendak dilakukannya.
Sedangkan demonstrasi disini dimaksudkan untuk memperagakan atau mempertunjukkan suatu keterampilan yang akan dipelajari siswa. Dan kemudian dilakukan  tindak lanjut dengan Evaluasi sedagai berikut :
1. Menyediakan paeralatan yang diperlukan.
2. Menciptakan kondisi anak untuk belajar.
3. Memberikan pengertian/penjelasan sebe-lum latihan dimulai (ceramah).
4. Demonstrasikan proses/prosedur tersebut oleh guru dan siswa mengamatinya.
5. Siswa diberi kesempatan mengadakan la-tihan.
6. Siswa membuat kesimpulan dari latihan yang ia lakukan.
7. Guru bertanya kepada siswa.[8]















BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Metodik pengajaran agama Islam ialah suatu cara menyampaikan bahan pelajaran agama Islam. Jika metodik dihubungkan dengan kata khusus, maka ia berarti suatu cara khusus yang telah dipersiapkan dan dipertimbangkan untuk ditempuh dalam pengajaran agama Islam.
Pada tingkatan SMP yakni rata-rata usia 12-15 tahun, ini masuk dalam golongan Pra-Remaja. Dalam fase ini ditandai dengan semakin meningkatnya sikap sosial pada anak maka model pembelajarannya ada yang Model Pembelajaran Langsung ( Direct Instruction),Model Pembelajaran Kooperatif,Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah ( Problem Based Instruction ). Adapun Metode yang dipakai yaitu metode Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab dan Pembrian Tugas.
.
B. Saran
      Setelah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini, kami harapkan saran dan kritik dari bapak pembimbing dan rekan-rekan sekalian demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca. Amin.








DAFTAR PUSTAKA

       Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Semarang: Toha Putra, 1981.
Azra, A. (2002). Paradigma pendidikan Nasional : Rekonstruksi dan Demokratisasi, Jakarta : Penerbit Buku Kompas.
Daradjat, Z. (1976), Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Bumi Aksara.
        Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Cet III. Jakarta: Rineka Cipta.
        Nasution. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Cet IV. Jakarta: Bumi Aksara.
        Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Cet VII. Bandung: Sinar Baru Algensindo.




[1] . Daradjat, Z. (1976), Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Bumi Aksara.hal:5
[2] .Azra, A. (2002). Paradigma pendidikan Nasional : Rekonstruksi dan Demokratisasi, Jakarta : Penerbit Buku Kompas.hal: 15

[3] . Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Semarang: Toha Putra, 1981), hal. 61.
[4] Nasution. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Cet IV. Jakarta: Bumi Aksara.hal: 23

[5] Azra, A. (2002). Paradigma pendidikan Nasional : Rekonstruksi dan Demokratisasi, Jakarta : Penerbit Buku Kompas.hal:45

[6]. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Cet III. Jakarta: Rineka Cipta.hal: 35
[7]. Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Cet VII. Bandung: Sinar Baru Algensindo.hal:20

[8] Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Cet III. Jakarta: Rineka Cipta.hal: 40

0 Response to "MAKALAH METODIK PEMBELAJARAN PAI SLTP"

Post a Comment

Labels

Aceh ( 4 ) ARTIKEL ( 23 ) Bollywood ( 1 ) CERPEN ( 16 ) HABA ( 1 ) Hollywood ( 1 ) INDO ( 2 ) Makalah ( 97 ) Skript ( 1 ) SOSOK ( 10 ) Wisata ( 2 )