BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Mengingat
mengajar pada hakekatnya merupakan upaya guru dalam menciptakan situasi belajar
yang harmonis dan menyenangkan, maka diharapkan mampu menumbuhkan berbagai
kegiatan belajar mengajar guru dengan perkataan lain proses belajar mengajar
merupakan proses intraksi edukatif antara guru dengan siswa dengan menciptakan
suasana belajar mengajar yang memberi respons terhadap usaha guru tersebut oleh
sebab itu metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan
kegiatan belajar bagi siswa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman
pengartian Metode Pembelajaran Al-Qur’an
Hadits ?
2. Metode
apa saja yang diguanakan Pada Pembelajran Al-Qur’an hadits di Madrasah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Mengajar
Al-Qur’an Hadits
Sebelum
membicarakan prinsi-prinsip metede mengajar Al-qur’an hadits, terlebih dahulu
perlu dibicarakan pengertian metode mengajar. Prof. DR. Ramayulis berpendapat bahwa metode adalah cara atau
jalan yang harus ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan tertentu dan
metode mengajar adalah jalan yang harus dilalui untuk mengajar anak-anak supaya
dapat mencapai tujuan belajar dan mengajar.[1]
Menurut Drs.
A. Muardi Chatib dan Drs. Paimun dalam buku Metodik Al-Qur’an Hadits metode mengajar adalah alat atau cara untuk
mencapai tujuan pengajaran,[2]
artinya tidak jauh beda dengan pendapat Prof. DR. Ramayulis.
Sedangkan
pengajaran Al-quran Hadits adalah kegiatan menyampaikan materi ilmu Al-quran
Hadits didalam proses pendidikan. Jadi metode mengajarkan Al-quran Hadits
adalah memberikan tuntunan tentang jalan yang harus ditempuh didalam kegiatan
menyampaikan materi ilmu Al-quran Hadits kepada anak didik.
B. Metode
Mengajar Al-Qur’an dan Hadits pada Madrasah
Ketika
mendengar nama salah satu pelajaran yang ada di madrasah ataupun di pesantren,
yakni pelajaran Al-Qur’n Hadis, mungkin akan terbayang di benak kita sebuah
pelajaran yang membosankan dan menjemukan. Ya, pantas saja kesan tersebut
segera menyeruak dalam benak kita. Sebab, selama ini pelajaran tersebut memang
disampaikan dengan cara dan metode yang membosankan. Metode yang ditempuh oleh
guru yang membimbing mata pelajaran tersebut hanya itu-itu saja, nyaris tidak
ada perubahan sama sekali. Membaca ayat atau hadis, mendengarkan ceramah guru
atau ustaz yang menjemukan dan membuat ngantuk, atau menghafal rangkaian ayat
Al-Qur’an dan hadis. Itulah rangkaian rutinitas pembelajaran Al-Qur’an Hadis
yang selama ini terjadi. Melihat tradisi pembelajaran Al-Qur’an Hadis yang
barusan disebut, pantas dan sangat wajar jika murid-murid merasa jenuh dan
bosan.
Dalam
kegiatan mengelola interaksi belajar mengajar guru paling tidak harus memiliki
dua modal dasar, yakni kemampuan mendisain program dan keterampilan mengkomunikasikan
program tersebut kepada anak didik. Seorang guru harus mampu memilih dan
memilah strategi apa yang akan digunakan dalam pembelajaran. Strategi tersebut
haruslah disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
Dalam
Al-Qur’an juga dijelaskan bahwa dalam berdakwah Nabi Muhammad saw juga
menggunakan strategi – strategi:
äí÷$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Artinya : Serulah (manusia) kepada
jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An-Nahl : 125)[3]
Strategi
pembelajaran berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai. Seorang guru yang
mengajarkan ilmu pengetahuan dengan tujuan agar siswa mendapat suatu pengetahuan
yang bersifat kognitif, dengan menggunakan strategi pembelajaran yang efektif
yaitu strategi yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif sejak memulai
pelajaran sampai selesai.
Jika
mencermati dunia pendidikan Barat, setiap waktu muncul silih berganti aneka
inovasi pembelajaran. Usaha yang ditempuh oleh para praktisi dunia pendidikan
Barat ini bertujuan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan,
memberdayakan siswa, sekaligus mencerahkan. Berikut ini antara lain inovasi
para praktisi pendidikan Barat: quantum learning temuan Bobbi DePorter dan Mike
Hernacki; quantum teaching temuan Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah
Singer-Nouri; accelerated learning temuan Dave Meier; multiple intelligences
temuan Howard Gardner, serta contextual teaching and learning (CTL) temuan
Elaine B. Johnson. Ini hanyalah beberapa contoh. Di luar itu masih banyak
teori-teori pembelajaran yang mencerahkan dan memberdayakan.
Jika
mencermati teori-teori dan konsep-konsep pembelajaran di atas, akan tersirat
bahwa inti pembelajaran yang digagas oleh para praktisi pendidikan Barat adalah
menciptakan suasana pembelajaran yang memandang siswa sebagai manusia secara
utuh, sebagai subjek bukan sebagai objek. Dengan demikian, kendali pembelajaran
bukan berada di tangan guru atau pendidik seutuhnya. Aktor pembelajaran adalah
siswa. Guru hanyalah sebagai fasilitator. Dengan suasana pembelajaran seperti
ini, praktis yang banyak terlibat adalah siswa. Dengan banyak terlibat secara
aktif, otomatis siswa tidak akan merasa bosan. Justru para siswa akan merasa
senang dan bergairah.[4]
Kembali pada
metode mengajar al-qur’an dan hadits yang menyenangkan. Para pembimbing
pelajaran Al-Qur’an Hadis perlu melakukan inovasi dalam melakukan kegiatan
belajar mengajar. Tujuannya adalah agar suasana pembelajaran tampak baru dan
menarik minat para siswa.
Berikut ini
metode untuk menyajikan pelajaran Al-Qur’an Hadis yang menyenangkan,
menggairahkan, dan mencerahkan.
Pertama,
pembelajaran Al-Qur’an Hadis boleh saja mengadopsi teori-teori pembelajaran
Barat seperti yang disebutkan di atas. Misalnya, dengan menerapkan teori
pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) temuan Elaine B. Johnson.
Asumsi dasar teori ini adalah bahwa seorang pembelajar akan mau dan mampu
menyerap materi pelajaran jika mereka dapat menangkap makna dari pelajaran
tersebut. Teori ini dapat diaplikasikan dengan cara mengaitkan isi dari sebuah
mata pelajaran, misalnya pelajaran Al-Qur’an Hadis, dengan pengalaman para
siswa. Dengan cara seperti ini, para siswa akan mampu menemukan makna dari
materi pelajaran yang dipelajarinya. Jika mereka mampu menemukan makna
(kegunaan) dari pelajaran tersebut, mereka akan lebih antusias dalam belajar,
karena mereka mempunyai alasan untuk belajar.
Kedua,
mencoba menggali metode pembelajaran yang menyenangkan dari sumber utama ajaran
Islam, yaitu Al-Qur’an dan hadis. Karena dalam deretan ayat Al-Qur’an dan
himpunan hadis Nabi terkandung metode pembelajaran yang dipakai oleh Allah dan
Rasul-Nya dalam mendidik umat ini.[5]
Sebagai
contoh, dalam ‘Ulumul Qur’an ada materi Qashash Al-Qur’an (kisah-kisah
Al-Qur’an) dan Amtsal Al-Qur’an (tamsil atau permisalan Al-Qur’an). Dua cabang
keilmuan Al-Qur’an ini sebenarnya bisa dijadikan sebagai salah satu strategi
pembelajaran Al-Qur’an Hadis. Dengan metode Qashash Al-Qur’an, pembelajaran
Al-Qur’an Hadis akan tampak lebih menyenangkan dan dramatis. Dan, dengan metode
Amtsal Al-Qur’an, pelajaran Al-Qur’an Hadis akan lebih menghunjam ke dalam
sanubari para siswa.
Demikian
juga dalam hadis Nabi, terdapat sekian puluh metode Rasulullah dalam mengajari
dan mendidik para sahabatnya. ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam ar-Rasuul
al-Mu‘allim wa Asaalibuhu fii at-Ta‘liim merangkum sekitar 40 metode
pembelajaran Rasulullah. Jika masing-masing metode pembelajaran Rasulullah ini
diimplementasikan dalam pelajaran Al-Qur’an Hadis, tentu pelajaran tersebut
akan lebih menyenangkan dan menggairahkan.
Salah satu
metode pembelajaran Rasulullah yang disebutkan dalam kitab ini adalah metode
interaktif-dialogis (tanya jawab).
Ketiga, dengan
memanfaatkan teknologi. Misalnya, pembelajaran Al-Qur’an Hadis diselenggarakan
dengan menggunakan LCD dan laptop lewat presentasi power point yang atraktif.
Atau, pembelajaran Al-Qur’an Hadis juga sesekali diselingi dengan pemutaran
film Islami yang inspiratif. Dengan cara seperti ini, insya Allah suasana
pembelajaran Al-Qur’an Hadis akan lebih menyenangkan dan menggairahkan.
Dampaknya, para siswa akan lebih antusias dalam mengikuti dan mencermati
pelajaran Al-Qur’an Hadis.
Ke depan,
seorang guru yang membimbing pelajaran Al-Qur’an Hadis harus lebih inovatif
dalam menyajikan pelajaran Al-Qur’an Hadis. Mereka juga dituntut agar selalu
meng-up grade pengetahuannya, baik pengetahuan tentang materi pelajaran
Al-Qur’an Hadis maupun materi tentang metode pembelajaran. Dengan setumpuk
pengetahuan yang dimiliki, bisa dipastikan para guru akan mampu mengemas
pelajaran Al-Qur’an Hadis dengan lebih baik. Mereka akan lebih atraktif, lebih
inovatif, dan selalu memiliki cara baru dalam menyajikan materi pelajaran Al-Qur’an
Hadis.
BAB II
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Metode
adalah cara atau jalan yang harus ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan
tertentu. Metode mengajar adalah jalan yang harus dilalui untuk mengajar
anak-anak supaya dapat mencapai tujuan belajar mengajar. Pengajaran Al-qur’an
Hadits adalah kegiatan menyampaikan materi ilmu Al-qur’an Hadits didalam proses
pendidikan. Jadi metode mengajar Al-qur’an Hadits adalah memberikan tuntunan
tentang jalan yang harus ditempuh didalam kegiatan menyampaikan materi ilmu
Al-qur’an Hadits kepada anak didik.
Kendali
pembelajaran bukan berada di tangan guru atau pendidik seutuhnya. Aktor
pembelajaran adalah siswa. Guru hanyalah sebagai fasilitator. Dengan banyak
terlibat secara aktif, otomatis siswa tidak akan merasa bosan. Justru para
siswa akan merasa senang dan bergairah.
Untuk itu
metode yang digunakan harus disesuaikan antara motivasi, kebutuhan, dan minat
dengan kematangan, perbedaan individu, pembawaan anak serta kemampuan anak.
Semua prinsip-prinsip itu harus diperhatikan atau deiketahui oleh seorang guru
dalam mengajar Al-Qur’an Hadits maupun pelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim
Arief,
Armai: Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Penerbit Ciputat Pers
Jakarta, 2002.
Chatib,
Muardi dan Paimun: Metodik Al-qur’an Hadits Direktirat Jendral Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam Depag 1982.
Ramayulis,
Metodologi Pengajaran Agama Islam Penerbit Kalam Mulia, 2001.
Mansyur,
Strategi Belajar Mengajar. Penerbit Depag, 1996.
[5] . Arief,
Armai: Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Penerbit Ciputat Pers
Jakarta, 2002.
0 Response to "MAKALAH METODE AL-QUR'AN"
Post a Comment