RESUME BUKU
“ISLAM” FAZLUR RAHMAN
1.
GERAKAN FISAFAT
Tradisi
Filosofis
Tradisi skolastik yang awal, yang dipengaruhi
karya-karya filsafat dan sains Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa
Arab pada abad ke-2 H/8 M, bercabang dan berkembang menjadi suatu gerakan
pemikiran filosofis dan ilmiah yang cemerlang dan kuat, yang menghasilkan
karya0karya yang orisinaldan bernilai tinggi pada abad ke-3 H/9 Msampai ke-6
H/12 M.
Bertentangan dengan ortodoks penciptaan, filsafat
Islam mengemukakan doktrin kekekalan alam. Tetapi untuk memberikan keadilan
kepada kesadaran beragama, ia menyatakan bahwa alam adalah eefek abadi Tuhan,
yang dengannya ia meempunyai hubungan unilateral dalam ketergantungan absolut.
Berdasarkan ide Plotinian tentang dasar asasi dan realita, yakni ide keesaan
dari Plotinus, sebagaimana ditafsirkan oleh pengikut-pengikutnya sebagai
‘pikiran’ (mind) yang menyimpan esenis segala sesuatu, para filosof menafsirkan
kembali dan memerinci doktrin Mu’tazillah tentang ketuhanan. Hingga muncul
perrtanyaan tentang kebenaran yang akhirnya disiasati dalam Islam dijawab
dengan penguatan atas wahyu.
Ortodoksi
Filsafat
Penolakan kaum ortodoks, yang telah dirumuskan oeh
al-Ghazali dalam karya klasiknya tahafut al-falasifah, mengajukan argumentasi terhadap
kedudukan kaum filosof dalam hubungannya dengan doktrin keagamaan satu persatu,
dan mengungkapkan kontradiksi dalam filsafat itu sendiri maupun kekurangannya
ditinjau dari segi agama. Tetapi dasar yang paling krusial dari ketidakpuasan
ortodoksi ialah menyangkut sifat agama itu sendiri.
Dengan demikian ketegangan antara peemikiran
filsafat dan theologi dogmatis berlanjut terus selama berabad-abad, bahkan
dalam tubuh Islam ortodoks sendiri. Tetapi ketegangan antara para tradisionis
(aahl al-hadits) tetap tinggal mendasar dan permanen.
Agama
Filosofis
Tradisi filosofis baru ini bermula dengan karya
Syihabud-din as-Suhrawadi, yang ‘syahid’ (dihukum mati pada th 587 H/1191 M di
Allepo), pendiri ‘iluminasi filosofis’, yang sangat dipengaruhi oleh pemikiran
Sufi Ibnu al-Arabi (w.1050 H/1640 M) yang berjudul ‘empat perjalanan’, yang
belum pernah dipelajari sepenuhnya. Doktrin fundamental dari tradisi ini adalah
prinsip “tingkatan-tingkatan wujud”, yaitu suatu doktrin pantheisme
yang di bnagun diperinci di atas dasar teori Neoplatonik tentang emansai
(summber tunnggla paling penting yang mereka pergunakan adalah apa ynag
disebut “Theologi Aristoteles” yan terdiri dari pasasi-pasasi Enneads-nya
Plotinus dengan komentar Neoplatonis).
Ini menandakan bahwa sebenarnya filsafat dalam Islam
tidaklah mati dengan serangan ortodoksi al-Ghazali, sebagaimana diduga oleh
para sarjana modern.
2.
DOKTRIN DAN PRAKTEK SUFI
Kebangkitan dan Perkembangan Awal
Sufisme
Pengalaman
mistik sebenarnya telah dimulai sejak masa Nabi Muhammad saw, yang telah
disinggung dalam al-Qur’an. Apa yang secara umum ditanamkan oleh umat
Islam kepada pengikut-pengikutnya yang awal, dalam tingkatan-tingkatan yang
berbeda, adalah perasaan yang mendalam pada pertanggungjawaban di hadapan Pengadilan
Tuhan. Abu Dzar al-Ghifari yg menjadi inti kesalehan Madinah apsca Nabi yang
kemudian manjadi aksetisisme yang berkembang selama akhir abad ke-1 H/7 M dan 2
H/8M.
Hingga
kemudian disusul Hasan al-Bashrah (w. 110/728 M), Robi’ah al Adawiyyah (w. 185
H/801 M). Satu keyataan yang tegas yang menonjol dalam kehidupan Nabi
bahwa beliau mempraktekkan realisme yang keras dengan (dan kita percaya bahwa
ini adalah dikarenakan oleh) kehidupan spiritual yang mendalam.
Permulaan Kelembagaan Sufisme
Selama dua
abad yang pertama, Sufisme tetap merupakan fenomena individual yang spontan
tetapi dengan berkembangnya disiplin fomal Hukum Islam dan theologi, dan
bersama dengan itu bermunculan gradual kelas utama, maka dengan cepat ia
berkembang menjadi suatu lembaga dengan daya tarik massa yang besar. Kegiatan
mereka yang kemudia disebut masyarakat sebagai ‘kaum petapa’ (zuhhad),
‘pembaca-pembaca’ (Qurra’), dll
Kaum Syi’ah
tengah kedua abad ke-1 H/7 M ttelah mengembangkan ide tentang ‘al-mahdi yang
ditunggu-tunggu’. Diantara aliran ortodoks atau Syiah Duabelas. Tokoh pertama
dari aliran ini adalah Harits al-Muhasibi (w. 243 H/857 M) yang mengalami
konvensi moral dari theologi rasiona ke sufisme, lalu mengebddikan dirinya
untuk menegakkan paham agama yang ortodoks dengan disertai kesadaran dan
kehidupan batin yang mendalam.
Jalan sufi
Doktrin
mengenai tahapan-tahapan (maqamat) jalan sufi ini pada umumnya dinyatakan dalam
terminologi religio-moral, yang dipinjam seluruhnya dari al-Qur’an (biasanya
mencakup istilah-istilah seperti ‘taubat’, ‘abstinensi’, ‘sabar’’, ‘syukur’,
‘tawakkal’, dan ‘ridha’ (dalam kehendak Tuhan).
Munculya Sufisme Ortodoks
Munculnya
suatu gerakan peembaharuan sufi yang bertujuan untuk mengintegrasikan kesadaran
mistik dengan Syi’ah Nabi, bermula dari sufisme sendiri dan di mulai pada
pertengahan abad ke-3 H/9 M dengan kegiatan tokoh-tokoh seperti al-Kharraz dan
Junaid. Al-Kharraz mengembangkan konsep ‘subsistensi’ atau ‘survival
(kelanggengan, baqa’) untuk memperbaiki dan memperluas doktrin Bisthami tenteng
‘annihilasi’ (fana’).
Walaupun
para Sufi tidak mampu merumuskan secara eksplisit suatu hubungan organis antara
kategori-kategori dialektis mereka, namun doktrin mereka secara material
memberikan sumbangan kepada penyelamatan hubungan mereka dengan ortodoksi dan
disiplin-disiplin yang mewakilinya. Gerakan ini mencapai puncaknya pada tokoh
monumental al-Ghazali.
Theosofi Sufi
Apabila
kesalehan asketis yang awal, dengan penekanannya pada interiorisasi motive,
adalah reaksi terhadap perkembangan eksternal hukum, maka selama abad ke-3 H/9
M dan 4 H/10 M Sufisme mengembangkan suatu doktrin ma’rifah (gnosis), mengenai
pengetahuan eksperimental batin yang secara progresif kemudian dipertentangkan
dengan pengetahuan intelektual (‘ilm) theologi yang berkembang pada masa yang
sama. Dengan demikian, kaum Sufi segera sampai pada ide, yaang sangat mungkin
digalakkan oleh pengaruh dari luar, bahwa hanya Tuhan sajalah yang benar-benar
berwujud, dan dari sini mereka sampai pada doktrin bahwa Tuhan adalah satu-satunya
realitas dari segala sesuatu.
Organisasi Sufi
Sebagaimana
halnya doktrin dan praktet Sufisme muncul dari paham dan sikap kesalehan serta
kegiatan para pengkhotbah, maka demikian pula gerakan agama populer, yang sejak
abad ke-5 H/11 M hingga seterusnya, berkembang dengan kecepatan yang
mencengangkan menjadi ordo-ordo sufi diseluruh penjuru dunia Islam, dan
langsung berhubungan dengan doktrin-doktrin aliran sufi. Pada pertengahan abad
ke-3 H/9 M Sufisme mulai diajarkan secara terbuka di Baghdad dan tempat-tempat
lain. Daya tariknya begitu kuat pada masyarakat awam mesti diterangka dengan
beberapa faktor; agama, sosial, dan politik.
0 Response to "RESUME BUKU “ISLAM” FAZLUR RAHMAN"
Post a Comment