Tugas
SEJARAH PERTANIAN
BERKELANJUTAN
Oleh:
NAMA :IRWAN
Nim :
1001010070
Prodi :
Agroteknologi
Pel :
Pertanian Berkelanjutan
DOSPEN :Rinnie Fitrie Sp. M.Si
.
UNIVERSITAS ALMUSLIM BIREUEN PROVINSI ACEH
TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Definisi komprehensif bagi pertanian berkelanjutan meliputi komponen-komponen fisik, biologi dan sosial ekonomi, yang direpresentasikan dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah terkendali, dan pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan bahan-bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian.
Salah satu pendekatan pertanian
berkelanjutan adalah input minimal (low input) secara khusus ditulis oleh
Franklin H. King dalam bukunya Farmers of Forty Centuries. King membandingkan
penggunaan input minimal dan pendekatan berkelanjutan pada pertanian daratan
Timur (oriental) dengan apa yang dia lihat sebagai kesalahan metoda yang
digunakan petani Amerika. Gagasan King adalah bahwa sistem pertanian memiliki
kapasitas internal yang besar untuk melakukan regenerasi dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya
internal.
Siapapun
yang bergerak di bidang pertanian seharusnya berbagi kepedulian yang lebih luas
pada masyarakat dalam mendukung lingkungan yang bersih dan nyaman. Selama
sepuluh tahun terakhir, telah terjadi paradigma yang mengangkat masyarakat
pertanian dari kondisi yang mengharuskan produktivitas lebih tinggi menuju
suatu kondisi masyarakat yang peduli pada keberlanjutan. Hal ini dirasakan
sebagai suatu kesalahan bahwa produktivitas yang tinggi dari kegiatan pertanian
konvensional telah menimbulkan biaya kerusakan yang cukup siginifikan terhadap
lingkungan alam dan disrupsi masalah sosial. Dalam usaha mengalihkan
konsekuensi-konsekuensi negatif pertanian konvensional, beberapa format sistem
pertanian berkelanjutan yang berbeda telah direkomendasikan sebagai
alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan sistem produksi pertanian yang
dapat menguntungkan secara ekonomi dan aman secara lingkungan. Tetapi kriteria
yang paling penting untuk kebanyakan petani dalam mempertimbangkan suatu
perubahan usaha tani adalah keingingan memperoleh hasil yang layak secara
ekonomi.
1.2 Tujuan
• Agar kita mengetahui pertanian
berkelanjutan
• Agar kita mengetahui kriteria
sistem pertanian berkelanjutan
• Agar kita mengetahui sifat – sifat
pertanian berkelanjutan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. [1]
Menurut Stevenson (1994), bahan
organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah,
termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan
organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.[2]
Bahan organik memiliki peran
penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika
kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung
produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan
salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan
masalah penting bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung
meningkat tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya
meningkat. Kerusakan tanah secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok utama, yaitu kerusakan sifat kimia, fisika dan biologi tanah.
Kerusakan kimia tanah dapat terjadi karena proses pemasaman tanah, akumulasi
garamgaram (salinisasi), tercemar logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa
organik dan xenobiotik seperti pestisida atau tumpahan minyak bumi.[3]
Terjadinya pemasaman tanah dapat diakibatkan
penggunaan pupuk nitrogen buatan secara terus menerus dalam jumlah besar .[4]
Kerusakan tanah secara fisik dapat
diakibatkan karena kerusakan struktur tanah yang dapat menimbulkan pemadatan
tanah. Kerusakan struktur tanah ini dapat terjadi akibat pengolahan tanah yang
salah atau penggunaan pupuk kimia secara terus menerus. Kerusakan biologi
ditandai oleh penyusutan populasi maupun berkurangnya biodiversitas organisme
tanah, dan terjadi biasanya bukan kerusakan sendiri, melainkan akibat dari
kerusakan lain (fisik dan atau kimia). Sebagai contoh penggunaan pupuk nitrogen
(dalam bentuk ammonium sulfat dan sulfur coatedurea) yang terus menerus selama
20 tahun dapat menyebabkan pemasaman tanah sehingga populasi cacing tanah akan
turun dengan drastis.[5]
Menurut Lal (1995), pengelolaan tanah
yang berkelanjutan berarti suatu upaya pemanfaatan tanah melalui pengendalian
masukan dalam suatu proses untuk memperoleh produktivitas tinggi secara
berkelanjutan, meningkatkan kualitas tanah, serta memperbaiki karakteristik
lingkungan. Dengan demikian diharapkan kerusakan tanah dapat ditekan seminimal
mungkin sampai batas yang dapat ditoleransi, sehingga sumberdaya tersebut dapat
dipergunakan secara lestari dan dapat diwariskan kepada generasi yang akan
datang.[6]
Bahan organik yang ditambahkan ke
dalam tanah menyediakan zat pengatur tumbuh tanaman yang memberikan keuntungan
bagi pertumbuhan tanaman seperti vitamin, asam amino, auksin dan giberelin yang
terbentuk melalui dekomposisi bahan organik.[7]
BAB III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Pertanian Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan
(sustainable agriculture) adalah pertanian yang berlanjut untuk saat ini dan
saat yang akan datang dan selamanya, Artinya pertanian tetap ada dan bermanfaat
bagi semuanya dan tidak menimbulkan bencana bagi semuanya. Jadi dengan kata
lain pertanian yang bisa dilaksanakan saat ini, saat yang akan datang dan
menjadi warisan yang berharga bagi anak cucu kita
Ada pun definisi lain dari pertanian berkelanjutan adalah sebagai alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan sistem produksi pertanian yang dapat menguntungkan secara ekonomi dan aman secara lingkungan.
Berarti
dapat disimpulkan bahwa pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
adalah pertanian yang meliputi komponen-komponen fisik, biologi, sosial
ekonomi, lingkungan dan manusia yang berjalan secara ideal untuk saat ini dan
yang akan datang.
3.2 Kriteria sistem pertanian
berkelanjutan
Keberlanjutan Secara Ekonomi
Pola pertanian yang dikembangkan bisa menjamin infestasi dalam bentuk tenaga dan biaya yang telah dikeluarkan petani, dan hasil yang didapat petani mencukupi kebutuhan keluarganya secara layak. Keberlanjutan ekonomi berarti juga meminimalkan atau bahkan meniadakan biaya eksternal dalam proses produksi pertanian. Dalam poin keberlanjutan ekonomi ini, masih banyak terlihat bahwa petani (dan pertanian) kita belum sustain secara ekonomi dalam pengelolaan pertaniannya. Sebagai contoh, di lapangan penulis banyak menjumpai petani yang harus (terus-menerus) berutang menjelang musim tanam (untuk biaya produksi dan alat). Ketergantungan petani atas input dari luar (terutama pupuk dan pestisida) adalah bukti paling nyata.
Pola pertanian yang dikembangkan bisa menjamin infestasi dalam bentuk tenaga dan biaya yang telah dikeluarkan petani, dan hasil yang didapat petani mencukupi kebutuhan keluarganya secara layak. Keberlanjutan ekonomi berarti juga meminimalkan atau bahkan meniadakan biaya eksternal dalam proses produksi pertanian. Dalam poin keberlanjutan ekonomi ini, masih banyak terlihat bahwa petani (dan pertanian) kita belum sustain secara ekonomi dalam pengelolaan pertaniannya. Sebagai contoh, di lapangan penulis banyak menjumpai petani yang harus (terus-menerus) berutang menjelang musim tanam (untuk biaya produksi dan alat). Ketergantungan petani atas input dari luar (terutama pupuk dan pestisida) adalah bukti paling nyata.
Jadi
kita harus memulai (saat ini juga) memperkenalkan kepada para petani kita
beberapa alternatif model pertanian, semisal LEISA (Low External Input and
Sustainable Agriculture). Dimana dengan LEISA ini kemandirian petani lebih
terjamin, selain itu juga ramah lingkungan. Di beberapa tempat lain, system
pertanian hutan-tani (agroforestry) justru dapat menjadi jalan keluar.
Keberlanjutan Ekologi
Keberlanjutan
ekologis adalah upaya mengembangkan agroekosistem agar memiliki kemampuan untuk
bertahan dalam kurun waktu yang lama melalui pengelolaan terpadu untuk
memelihara dan mendorong peningkatan fungsi sumber daya alam yang ada.
Pengembangan sistem juga berorientasi pada keragaman hayati (biodiversity).
Praktik-praktik budidaya tanaman yang menyebabkan dampak negatif pada lingkungan harus di hindari. Penulis menjumpai di lapangan, bahwa petani sering menyemprot pestisida pabrikan walaupun tidak ada hama. Seolah ada ketakutan yang dalam jika tidak disemprot pastilah akan kena serangan hama. Tanaman melon di Kab Sukoharjo Jateng misalnya, sejak menjelang berbunga hingga menjelang panen, dapat di semprot dengan pestisida hingga tiga kali sehari oleh petani. Saking akrabnya petani dengan pola asal semprot-semprot ini ditunjukkan dengan kebiasaan mereka menyebut pestisida sebagai obat. Padahal pestisida adalah racun (pest=hama sida=racun) bukan obat. Bahkan banyak pula petugas penyuluh yang menyebut pestisida sebagai obat. Padahal sudah banyak ulasan tentang bahaya residu pestisida terhadap petani, lingkungan dan konsumen.
Praktik-praktik budidaya tanaman yang menyebabkan dampak negatif pada lingkungan harus di hindari. Penulis menjumpai di lapangan, bahwa petani sering menyemprot pestisida pabrikan walaupun tidak ada hama. Seolah ada ketakutan yang dalam jika tidak disemprot pastilah akan kena serangan hama. Tanaman melon di Kab Sukoharjo Jateng misalnya, sejak menjelang berbunga hingga menjelang panen, dapat di semprot dengan pestisida hingga tiga kali sehari oleh petani. Saking akrabnya petani dengan pola asal semprot-semprot ini ditunjukkan dengan kebiasaan mereka menyebut pestisida sebagai obat. Padahal pestisida adalah racun (pest=hama sida=racun) bukan obat. Bahkan banyak pula petugas penyuluh yang menyebut pestisida sebagai obat. Padahal sudah banyak ulasan tentang bahaya residu pestisida terhadap petani, lingkungan dan konsumen.
Hal
lain, kebiasaan menyemprot pestisida secara over-dosis ini dapat menyebabkan
tumbuhnya kekebalan pada hama yang selamat. Sehingga generasi hama berikutnya
tidak lagi mempan disemprot dengan dosis yang sama, atau pestisida yang sama.
Di lapangan dijumpai kebiasaan petani meng-oplos berbagai merk pestisida untuk
mendapatkan hasil yang lebih ampuh (dalam banyak kasus, justeru penyuluh
pertanianlah yang mengajarkan petani akan perihal berbahaya ini). Selain
berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan, syarat mutlak sistem pertanian
berkelanjutan adalah keadilan sosial, dan kesesuaian dengan budaya lokal. Yakni
penghargaan martabat dan hak asasi individu serta kelompok untuk mendapat
perlakuan adil. Misalnya adanya perlindungan yang lebih tegas atas hak petani
dalam penguasaan lahan, benih dan teknologi lokal yang sering “dibajak” oleh
kaum pemodal.
Sistem
yang harus dibangun juga menyediakan fasilitas untuk mengakses informasi, pasar
dan sumberdaya yang terkait pertanian. Hal mana harus menjamin “harga keringat
petani” untuk mendapat nilai tukar yang layak, untuk kesejahteraan keluarga
tani dan keberlanjutan modal usaha tani. Khususnya akses atas lahan harus
kembali dievaluasi dalam rangka menegakkan keadilan, dengan tanpa membedakan
jenis kelamin, posisi sosial, agama dan etnis. Contoh adanya ketimpangan
keadilan adalah (dalam konvensi di Indonesia?) bila si istri melakukan
transaksi hak atas tanah, oleh Notaris akan dimintakan surat kuasa dari
suaminya. Sementara itu, budaya pertanian lokal sering kali dilecehkan. Misalnya,
sistem ladang berpindah orang Dayak sering dituduh merusak lingkungan (yang
benar, orang Dayak menggilirkan lahan secara berputar/siklus, bukan berladang
berpindah-pindah). Padahal sistem itu justeru melestarikan lingkungan dan sudah
teruji berabad-abad. Namun kebiasaan orang Dayak menggulirkan siklus lahan ini
dijadikan kambing hitam atas dosa lingkungan dari jaringan penjarah kayu serta
penjarah hutan hak ulayat suku.
Praktik Pertanian Berkelanjutan
Sebenarnya,
dalam ekosistem terdapat komponen biotik, baik flora maupun fauna yang
menyediakan jasa ekologi seperti: Proses dekomposisi bahan organik (daur ulang
unsur hara) guna mempertahankan kesuburan tanah. Alam juga telah menyediakan
pengatur dan pengendali populasi hama dan penyebab penyakit tanaman. Kemudian,
alam menyediakan proses penyerbukan oleh serangga/hewan penyerbuk yang menjaga
keberlanjutan reproduksi tanaman. Kesemua hal di atas itu (anggota penyusun
komponen biotik) berinteraksi sesuai proses evolusi ekosistem. Apabila satu
komponen hilang akan timbul goncangan ekologi yang ditandai pelonjakan salah
satu komponen (misal hama), atau proses perkembangan ekosistem berjalan tidak
normal (Misal: karena input pestisida dan pupuk kimia yang ngawur, tanah
menjadi tidak gembur karena kehilangan mikroba pengurai).
Indikator sukses
Selama
ini indikator sukses pertanian kita adalah sekadar jumlah atau hasil produksi
pertanian, untuk memenuhi permintaan pasar. Dalam pertanian berkelanjutan,
tujuan yang ingin dicapai bukanlah sekadar target produksi jangka pendek,
tetapi lebih ditekankan pada upaya keberlanjutan sistem produksi jangka
panjang. Sehingga inovasi yang dilakukan, dalam pertanian berkelanjutan adalah
dalam rangka peningkatan secara optimal proses-proses biologi dan ekologi dalam
ekosistem. Untuk inilah, kini saatnya (terutama) para penyuluh pertanian untuk
mengajari petani kita (yang sudah lupa) cara-cara mengembangkan kesuburan
tanah, prinsip pengendalian hama alami dan pengoptimalisasi peran musuh alami,
pengelolaan tanaman (memilih jenis, pola tanam, mengatur waktu tanam yang
tepat) guna memanipulasi interaksi musim-tanaman-hama.
Hal lain, harus dipikirkan pula pengembangan jenis-jenis kultiva tanaman yang tidak rakus pupuk dan relative tahan terhadap hama dan penyakit. Pengembangan varietas unggul lokal (yang sudah beradaptasi sesuai dengan kondisi setempat) perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan bibit unggul spesifik lokasi. Kiranya, masih ada harapan di Indonesia, untuk mempertahankan keberadaan ekosistem pertanian, memelihara potensinya untuk jangka waktu lama, tidak berdampak negatif pada lingkungan dan kesehatan, akan dapat memberi keuntungan terus-menerus (jangka panjang dan turun temurun) pula.
Hal lain, harus dipikirkan pula pengembangan jenis-jenis kultiva tanaman yang tidak rakus pupuk dan relative tahan terhadap hama dan penyakit. Pengembangan varietas unggul lokal (yang sudah beradaptasi sesuai dengan kondisi setempat) perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan bibit unggul spesifik lokasi. Kiranya, masih ada harapan di Indonesia, untuk mempertahankan keberadaan ekosistem pertanian, memelihara potensinya untuk jangka waktu lama, tidak berdampak negatif pada lingkungan dan kesehatan, akan dapat memberi keuntungan terus-menerus (jangka panjang dan turun temurun) pula.
3.2 sifat – sifat pertanian
berkelanjutan
• Mampertahankan fungsi ekologis, artinya tidak merusak ekologi pertanian itu sendiri.
• Berlanjut secara ekonomis artinya mampu memberikan nilai yang layak bagi pelaksana pertanian itu dan tidak ada pihak yang diekploitasi. Masing-masing pihak mendapatkan hak sesuai dengan partisipasinya
• Adil berarti setiap pelaku pelaksanan pertanian mendapatkan hak-haknya tanpa dibatasi dan dibelunggu dan tidak melanggar hal yang lain
• Manusiawi artinya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dimana harkat dan martabat manusia dijunjung tinggi termasuk budaya yang telah ada.
• Luwes yang berarti mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini, dengan demikian pertanian berkelanjutan tidak statis tetapi dinamis bisa mengakomodir keinginan konsumen maupun produsen.
Mengapa harus berkelanjutan?
Apa bisa
berlanjut ? merupakan pertanyaan mendasar dan apakah itu mungkin? Jawabannya
adalah mungkin asalkan semua yang berkait dengan pertanian itu sadar dan
melaksanakan prinsip-prinsip pertanian yang berkelanjutan. Salah satu alasan
mengapa harus berlanjut adalah pengalaman selama ini dimana input tinggi telah
menyebabkan degradasi lahan secara nyata. Sebagai contoh penggunaan pestisida
yang berlebihan menyebabkan resurgensi, resistensi dan munculnya hama penyakit
sekunder.
Penggunaan pupuk yang berlebihan malah menyebabkan pertemubuhan vegetatif yang tak diinginkan dan di daerah hilir menyebabkan eutrifikasi (suburnya perairan akibat akumulai hara oleh aliran air). Lahan sebagai penopang utama telah rusak, maka akan sangat mahal biaya yang harus dikeluarkan dan dimasa yang akan datang anak cucu hanya ditinggali barang sisa kurang bermutu. Pada hal harapakn kita semua generasi yang akan datang harus lebih baik dari pada generasi saat ini.
Langkah apa yang bisa dilaksanakan?
Penggunaan pupuk yang berlebihan malah menyebabkan pertemubuhan vegetatif yang tak diinginkan dan di daerah hilir menyebabkan eutrifikasi (suburnya perairan akibat akumulai hara oleh aliran air). Lahan sebagai penopang utama telah rusak, maka akan sangat mahal biaya yang harus dikeluarkan dan dimasa yang akan datang anak cucu hanya ditinggali barang sisa kurang bermutu. Pada hal harapakn kita semua generasi yang akan datang harus lebih baik dari pada generasi saat ini.
Langkah apa yang bisa dilaksanakan?
Langkah
yang bisa ditempuh adalah pertama meningkatkan kesadaran pertanian
berkelanjutan. Kedua setiap pihak yang berkait dengan pertanian melaksanakan
prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan. Ketiga dukungan konsumen yang tidak
mengkonsumsi produk pertanian yang tidak ramah lingkungan. Langkah operasional
yang bisa dilaksanakan adalah : melaksanakan pengolahan tanam minimal, sebanyak
mungkin menggunakan pupuk organik, melaksanakan pengendalian hama penyakit
dengan bahan yang ramah lingkungan.
Memang hal
ini masih menjadi hal yang utopis, tapi sesuai dengan nasehat ulama besar AA
Gym agar mulai dari yang terkecil,mulai sekarang juga dan mulai dari diri
sendiri. Itu memerlukan waktu yang panjang. Marilah kia wujudkan pertanian
berkelanjutan sesuai dengan tupokasi lembaga masing-masing. Muara dari semua
upaya itu adalah meningkatkan kesejahteraan kita semua tanpa kecuali.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Berarti
dapat disimpulkan bahwa pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
adalah pertanian yang seimbang antara ekosistem, ekonomi, lingkungan dan
manusia yang berkelanjutan untuk saat ini dan yang akan datang. Dan sitem
pertanian berkelanjutan juga mempunyai kriteria, prinsip-prinsip, dan
sifat-sifat dalam menjalankan pertanian yang sustainable agar dapat berjalan
dengan seimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, 1990. Bahan Organik. www.wikipedia.com. Diakses tanggal 30 Maret 2011.
Brady, 1990. pemasaman Tanah.www.wikipedia.com. Diakses tanggal 30 Maret 2011.
Djajakirana, 2001.Peranan Bahan Organik.www.wikipedia.com. Diakses tanggal 30 Maret 2011.
Kononova, 1961.Pengertian bahan
Organik.www.wikipedia.com. Diakses tanggal 30 Maret 2011.
Lal, 1995. Pengolahan tanah
berkelanjutan. www.wikipedia.com. Diakses tanggal 30 Maret 2011.
Ma et al., 1990. Kerusakan tanah.
www.wikipedia.com. Diakses tanggal 30 Maret 2011.
Stevenson, 1994. Pengertian bahan
Organik Tanah.www.wikipedia.com. Diakses tanggal 30 Maret 2011.
[2] . Stevenson, 1994. Pengertian bahan Organik
Tanah.www.wikipedia.com. Diakses tanggal 30 Maret 2011
0 Response to "MAKAAH SEJARAH PERTANIAN BERKELANJUTAN"
Post a Comment