JANJI "LEO"

By: Mr. RJ


Seperti kata pendahulu, "Cinta Ibarat Mata Air Abadi, Yang Selalu Mengalirkan Kesegaran Bagi Jiwa-jiwa dahaga. Bagaikan Anggur Nikmat, Yang Manis dibibir Menghangatkan Badan, Tetapi Tidak Jarang Juga Memabukkan", - Khalil Gibran.

                                                                                            ***

"Leo" Begitu sepaan akrab, yang sering dilontarkan teman-teman sejawatnya Leonard saat ketika ia masih mengeyam pendidikan tinggi disalah satu universitas ternama kota Madani tempat dimana ia lahir dan dibesarkan disana.

Sebagai seorang remaja yang tangguh, Leo termasuk salah satu diantara beberapa teman-temanya memiliki salah satu kepiawan dalam menunggangi Kuda. Wajar, jika itu menjadi keahliannya karena ia tumbuh besar dari anak seorang ayah sang penggembala sapi milik salah satu pengusaha ternama di kota tempat ia tinggal bersama mendiang keluarganya kala itu. Bahkan semenjak kecil, Leo selalu menghabiskan waktu bersama mendiang sang Ayah yang hampir setiap hari diajak menunggangi Kuda sambil diajarkan bagaimana cara mengembala dan menunggangi Kuda.


Bahkan disela-sela Leo menemani sang Ayah mengembala, pasti ada satu nasehat yang selalu disampaikan kepadanya. Wajar, karena dari tiga bersaudara Leo merupakan salah satu anak laki-laki yang memiliki dua saudara perempuan kakak dan adik bungsunya. Hingga disaat-saat terakhir kepergian mendiang sang Ayah Leo masih sempat berjanji untuk selalu mengingat satu pesan isyarat dan selalu diingatnya,  bahwa kelak kalau ia telah tumbuh besar nanti, sejatinya seorang lelaki, ia adalah pemimpin, dan mereka wajib selalu bertanggung jawab terhadap amanah apa yang telah dibebankan atasnya, termasuk dalam urusan menghormati dan melindungi kaum wanita (terutama dua saudara perempuan sekandungmu).

***

Waktu terus berjalan, saat ini Leo telah tumbuh dan besar menjadi seorang remaja. Tak ada yang terlalu nampak berubah dari seorang Leo, dari semenjak lima belas tahun lalu ia ditinggal pergi oleh mendiang Ayahnya. Hanya saja Leo yang sekarang telah tumbuh besar disamping kesehariannya menjadi Mahasiswa ia juga pernah berprofesi sebagai seorang atlit salah satu cabang olahraga paling digemari dikotanya yaitu pacuan kuda, dan Leo sang joki (penunggang kuda) juara bertahan menjadi idola banyak orang dicabang olahraga tersebut.

Bukan tanpa alasan, kenapa Leo berhasil menjadi sang juara dan diidolakan banyak orang. Hal itu dikarenakan semenjak kecil ia telah tumbuh besar dan belajar menunggangi kuda disaat dalam keseharian menemani sang Ayah, bahkan keputusannya menjadi seorang atlit pacaun kuda bukan tanpa alasan. Keputusan itu diambil sebagai bentuk mengenang masa-masa ia selalu mendapat nasehat dari sang Ayah dan juga sebagai bentuk penghormatan dari mantan sang majikan mendiang ayahnya, disaat beliau meninggal selain disekolahkan, ia diberikan seekor kuda tersebut karena dianggap Leo sangat senang bermain menunggangi Kuda.

Bahkan semenjak Leo menjadi mahasiswa, ia kerap dilirik oleh banyak kaum hawa meskipun hal itu sangatlah mengganggu bagi sosok Leo yang memiliki kepribadian agak pendiam, cuek dan tak terlalu suka keramaian. Tak ada yang dapat menapik hal itu terjadi karena selain memiliki ketenaran sebagai sang juara joki pacuan kuda, ternyata ia juga memiliki bakat sebagai seorang penyair dalam menulis sajak-sajak romantisme karya sastra anak remaja. Banyak tulisan-tulisan yang kerap ia tulis tersebut dimuat dalam beberapa buletin kolom cerita anak remaja, bahkan rupanya ia sering menghabiskan waktu disela-sela berkuda dengan berbagai coretan puitis menyoal romansa kehidupan sekitar.

***

Hingga suatu ketika Leo dipertemukan dengan sosok gadis yang membawanya terhanyut dalam kekaguman akan sosok permaisuri perasuk kalbu. Keanehan yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan, kali ini Leo sontak saja dibuat jatuh dan kemudian hanyut jauh terbuai masuk dalam kehidupan sang gadis tersebut.

Sebut saja namanya Lia, sosok yang bernama lengkap "Mawar Eva Adelia Reynata", ia adalah anak salah seorang diplomat terkemuka kala itu. Awalnya mereka dipertemukan pada salah satu acara pertunjukan pameran seni dan budaya populer di kota tempat Leo tinggal, tak berlangsung lama Leo dan Lia hanya berjumpa sekilas disela-sela acara berlangsung dan tak pernah saling sapa. 

Wajar, jika Leo dan Lia tak saling menegur, dikarenakan Lia kala itu ia datang untuk mendampingi sang Ayah, dan kehadiran Leo disana hanya sebagai salah satu tamu undangan dari unsur pegiat dan penikmat seni budaya lokal.

Namun, ada satu momen dimana Leo dibuat penasaran akan kehadiran sosok Lia disana, Karena wajah anggun bersahaja dibaluti gaun putih bercorak riasan bunga dilengkapi jaket merah bulu sontak mengundang perhatian banyak orang. Lemparan senyum menawan pada lawan bicaranya membuat pandangan Leo tak berkedip lama, ia masih penasaran dengan sosok tersebut yang tak terlalu asing dari apa yang sedang ia lihat dan amati. Gerak-gerik, tutur kata, lemparan senyum menawan dengan sesama teman ngobrolnya dan sesekali ia memandang kearah Leo dari kejauhan tampak ia merasakan kalau Leo sedang memperhatikannya.

Lantas malam hari itu, berlalu begitu saja dan Leo bergegas pulang kerumahnya namun mulai dihantui rasa penasaran akan pandangan pertamanya.

***

Keesokan harinya, Leo seperti biasa ia selalu menghabiskan separuh waktu keseharian di lingkungan kampus. Tapi, hari itu berbeda dengan hari-hari sebelumnya, ia kembali dipertemukan dengan sosok Lia rupanya mereka kuliah disatu universitas yang sama hanya saja fakultas yang berbeda.

Sejak hari itu, tak berselang waktu lama, akhirnya Leo bisa dekat dan mengenal Lia si gadis anggun yang sempat lama pernah diidaminya dan keputusan untuk dilupakan. Mading kampus adalah medium "Jitu" yang tanpa rencana dan skenario apapun, tiba-tiba karena campur tangan takdir yang kuasa, dimana Leo dipertemukan langsung bersentuhan jabat tangan awal perkenalannya dengan Lia. Ternyata Lia adalah salah satu ketua tim UKM pengelola buletin dan ragam jenis yang menyangkut dengan informasi seputar kegiatan mahasiswa di Universitas tempat mereka menimba ilmu.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, kampus mereka selalu memuat karya tulis sastra dan beberapa rubrik kolom cerita sosok inspiratif yang akan dimuat dalam bentuk buletin pada penerbitan setiap awal bulannya. Sontak saja nama Leo kali ini muncul dalam daftar salah satu Narasumber yang akan masuk pada lembar buletin tersebut.

Lalu, Lia dan leo dipertemukan dalam beberapa hari kedepannya. 

***

 "Cklikkk...Tit..tuut", Suara getar pesan wa masuk di Hp Leo dari nomer tanpa Nama.

 "Assalamualaikum, siang Bang. Maaf mengganggu, ini Lia ketua tim Mading dari buletin kampus" SMS singkat dari Lia.

 "Waalaikum salam, wr.wb,. Ada yang bisa dibantu Lia?", Balas Leo.

 "Jam berapa bisa ketemu, rencana kami mau wawancara abang terkait buletin kampus?", Lanjut Lia.

 "Hari ini boleh, jam 14.00 wib. dikantin kampus", Jawab Leo.

 "Oke, sip. Sampai ketemu disana", Lanjut Lia.

 "Kringg...kringg...kringgg", Bunyi suara alarm jam menunjukkan pukul 14.00. Lia ditemani Karin sahabatnya bergegas menuju kantin kampus menemui Leo yang sudah menunggu kedatangannya disana.

 "Permisi,  Leo yaa...?!" Tanya Lia.

 "Iya Dek", Jawab Leo.

 "Saya Lia dan Karin", Timpalnya Ngenalin diri sambil menyodorkan tangan bersalaman. 

 "Iya, Silakan duduk Lia", Sahut Leo.

Pertemuan itu pun berjalan lancar dan awal yang harmonis, mereka larut dalam pembicaraan panjang yang dimulai dari saling bercerita mengenali latar belakang diri satu sama lain sambil ditemani kopi. Dilanjutkan dengan cerita persoalan maksud dan tujuan Lia dan Karin untuk mewawancarai Leo sebagai narasumber yang akan dimuat dibuletin kampus, sesekali terlihat dari raut wajah Leo yang terkesan salah tingkah dalam berinteraksi dengan Lia. Tak jarang sesekali Lia melempar senyum khasnya yang anggun membuat Leo terbuai salah fokus, hingga tak terasa hari menjelang sore dan hari itu menjadi saat istimewa bagi Leo yang memulai awal dari pertemuannya berkenalan dengan Lia, dan mereka membubarkan diri masing-masing meninggalkan kantin kampus.

Leo secara diam-diam sempat mulai mencari-cari tau tentang sosok Lia layaknya seorang laki-laki yang menaruh harapan pada seorang perempuan dan kadangkala tak jarang juga selalu dilanda harap cemas dan takut akan harapan semu tak akan pernah kesampaian. Walaupun suatu ketika, ia juga mulai pernah sempat mencoba bertanya-tanya kepada teman-teman satu fakultas sebelahnya untuk mengumpulkan segenap informasi yang berkaitan dengan Lia, gadis sang penakluk hati pengagum jiwa, bahkan seketika, Lia juga mulai terlihat punya ketertarikan dengan sosok Leo yang Apa-adanya itu.

Sejak saat itu, Leo mulai dekat dengan Lia, bahkan tak jarang mereka sering terlihat bersama dikampus. Hari-hari Leo sepertinya mulai sedikit berwarna kala itu, kehadiran Lia membuat Leo seakan telah menemukan arah hidup dimasa mendatang tentang masa depan dua insan yang saling melengkapi satu sama lain. Bahkan Lia adalah termasuk salah satu sosok spesial bagi Leo sebagai wanita pertama yang pernah diajaknya ketempat dimana Leo seringkali menghabiskan waktu menikmati kesendirian disaat berkuda dan mencari inspirasi dalam mengurai kegemaran menulis sajak-sajak sastra romantisme kehidupan dan tempat tersebut memiliki nilai filosofis sejarah paling berharga dalam kehidupan Leo saat masih bersama sang mendiang Ayahnya dulu.

Seketika, hari menjelang senja, tampak terang langit yang mulai meredup angin sepoi-sepoi mulai merasuki pori-pori kulit dua insan yang sedang asik bercengkrama satu sama lain. Tiba-tiba sambil menatap arah langit Leo berkata.

"Lia, kamu percaya cinta?, dan kamu tau kenapa disaat orang-orang sedang merasa jatuh cinta kadang ia kerap terlihat bodoh. Itu Karena dalam kehidupan ini kita diciptakan berbeda satu sama lain bukan untuk saling membenci, melainkan saling melengkapi. Seperti siang malam yang selalu hadir silih berganti dan senja hanya hadir untuk melengkapi", Ujar Leo.

Sontak Lia sedikit tercengang. Lantas, iya hanya menjawab dengan tatapan kagum sambil melempar satu senyum khasnya.

"Sama halnya seperti kedekatan kita saat ini, tak ada yang pernah menebak, dan tak akan ada yang tau akan seperti apa ini kemudian hari. Mungkin aku tak pernah berjanji untuk sebuah perasaan, namun hanya bisa berjanji untuk sebuah kesetiaan", Timpal Leo.

Lia adalah Leo dan Leo adalah Lia, itulah yang tampak terlihat dimata orang-orang sekeliling mereka saat ini. Kedekatan mereka ibarat kopi dan gula kalau salah satunya tak ada maka kurang maka terasa lengkap dan belum bisa dikatakan lengkap karena saling melengkapi.

***

Pada suatu ketika, Leo dipertemukan dengan sebuah dilematis yang akhirnya Leo dan Lia tak lagi pernah terlihat bersama. Entah apa yang terjadi diantara keduanya, hanya saja terdengar kabar konon katanya Leo menghilang begitu saja tanpa sebuah kejelasan akan status hubungan dan juga kelanjutan kedekatan mereka seperti Apa. Bukan tanpa alasan yang jelas, meski sebelumnya sempat terbesit dipikiran Leo karena kekhawatiran akan kehidupan Lia, jika terus bersamanya kelak pasti akan sulit menemukan kebahagiaan apa yang pernah Lia ceritakan padanya. 





Pikiran itu muncul disaat Leo sadar akan kehidupan Lia yang kala itu, ia bercerita banyak tentang pengalaman kisah hidup idaman dimasa depan, dan berharap kalau suatu saat hendak menikah nanti, Lia mendapatkan sang pendamping yang akan memberikan kebahagiaan dan menghapus segala kesedihan disetiap detik yang ia rasakan selama ini. Wajar karena Lia semenjak dari lahir ia telah duluan ditinggal pergi orang tuanya disebuah Panti Asuhan, dan Bapak yang sekarang bersama dengannya ialah hanya sebagai bapak angkat Lia yang telah mengadopsi sejak Lia berumur lima tahun.

Memang tak ada yang terlalu terkesan istimewa dan serius dari obrolan tersebut. Namun, karena Leo adalah anak yang hidup semenjak dari masih di bangku sekolah telah di tinggal pergi Ayahnya. Ia tau persis apa maksud hati dari setiap ucapan seorang anak, dari situ Leo memutuskan berjanji pada dirinya sendiri untuk memastikan bahwa Lia akan mendapatkan kehidupan yang layak dan kelak ia akan bersanding dengan orang yang tepat dimasa mendatang. Leo hanya meninggalkan sepucuk surat yang berisikan tentang sebuah perasaannya selama ini.

Semua perihal diciptakan sebagai batas

Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain

Hari ini membelah membatasi besok dan kemarin

Besok batas hari ini dan lusa

Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara, dan kantor wali kota, juga rumahku dan seluruh tempat di mana pernah ada kita

Taman Kota dan Segala cerita tentang kita.

Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi dipisahkan kata

Begitu pula rindu. Antara pulau dan seorang petualang yang gila

Seperti penjahat dan kebaikan dihalang ruang dan undang-undang

Seorang ayah membelah anak dari ibunya dan sebaliknya

Atau senyummu dinding di antara aku dan ketidakwarasan

Persis segelas kopi tanpa gula pejamkan mimpi dari tidur

Apa kabar hari ini?

Lihat tanda tanya itu jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.

  

Sepuluh tahun, adalah penentuan waktu dimana Leo berharap Lia tak lagi menunggu kedatangannya kembali dan menuntaskan apa yang belum pernah dituntaskan dimasa lalu mereka bersama.

0 Response to "JANJI "LEO""

Post a Comment

Labels

Aceh ( 4 ) ARTIKEL ( 23 ) Bollywood ( 1 ) CERPEN ( 16 ) HABA ( 1 ) Hollywood ( 1 ) INDO ( 2 ) Makalah ( 97 ) Skript ( 1 ) SOSOK ( 10 ) Wisata ( 2 )