MAKALAH ADIL DAN JUJUR

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Masalah

Zaman sekarang yang semakin berkembangnya teknologi berdampak pada pola pikir yang serba cepat dan instan. Memang semakin maju dan semakin baik, tetapi disisi lain ada dampak negatif yang sedang melanda negara kita, tentunya Negara Indonesia tercinta. Masalahnya ialah bencana korupsi, kolusi, nepotisme.
Salah satu faktor bencana korupsi tersebut karena tidak adanya sikap berlaku adil dan jujur dari dalam diri para pejabat pemerintahan, yang serba instan membuat sikap tersebut jarang diterapkan.
Menerapkan sikap adil dan jujur sebenarnya tidaklah sulit. Dimulai dengan niat yang sungguh-sungguh dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari, maka sifat itu akan tertanam pada diri kita dengan sendirinya.
Untuk itu, dengan sulitnya sikap adil dan  jujur zaman sekarang karena berbagai faktor, kami akan membahas sedikit tentang “Bersikap Adil da jujur” dengan berbagai sumber-sumber yabg kami peroleh, agar mengetahui lebih dalam tentang sikap berlaku adil dan jujur.

B.     Rumusan  Masalah
1.Apa pengertian Berlaku adil dan Jujur ?
2.Apa keutamaan berlaku adil dan jujur ?
3.Apa Hikmah Berbuat adil dan jujur ?







BAB II
PEMBAHASAN
Berlaku Adil dan Jujur
A.    Pengertian sifat keadilan
Keadilan barasal dari kata adil, artinya dapat meletakkan sesuatu pada tempatnya. Misalnya dalam menetapkan hukum, yang salah disalahkan dan yang benar di benarkan, dengan tidak membedakan yang diadili. Sifat adil artinya, suatu sifat yang teguh, kukuh yang tidak menunjukkan memihak kepada seorang atau golongan. Adil itu sikap mulia dan sikap yang lurus tidak terpengaruh karena factor keluarga, hubungan kasih sayang, kerabat karib, golongan dan sebagainya.
Sesungguhnya ALLAH SWT. maha adil dan ALLAH SWT menetapkan bahwa setiap manusia masing-masing bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain dan tidak memperoleh pahalah selain apa yang diusahakannya sendiri. Terhadap semua hasil seseorang itu, nantinya ALLAH SWT akan membalas dengan yang setimpal dan penuh keadilan.
Sebagaimana dalam firman ALLAH SWT yang artinya :
(yaitu) bahwasanya seorang berdosa tidak akan memikul dosa orang ain dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakan. dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasanm yang paling sempurna dan bahwasanya kepada tuhanmulaqh kesudahan (segala sesuatu).
Sesungguhnya ALLAH SWT menyuruh manusia untuk berlaku adil sebagaimana firmannya yang artinya:
Sesungguhnya ALLAH menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberikan kepada kaum kerabat, dan ALLAH melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Berlaku adil dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu
1.        Berlaku adil kepada ALLAH SWT.
Berlaku adil kepada ALLAH SWT. artinya harus dapat menempatkan ALLAH pada tempat-Nya yang benar, yakni sebagai makhluk ALLAH SWT, dengan teguh melaksanaka apa yang  diwajibkan kepada kita, sehingga benar-benar ALLAH sebagai tuhan kita.
Untuk mewujudkan keadilan kita kepada allah, maka kita wajib beriman kepada ALLAH SWT, tidak menyekutukanNya dengan sesuatu yang lain, mengimani Nabi Muhammad SAW sebagai utusannya. menjunjung tinggi petunjuk dan kebenaran dari padanya, yaitu mengimani Al Qur’an sebagai  wahyu ALLAH, menaati ketentuannya yaitu melaksanakan perintahnya dan meninggalkan larangan-larangannya. Menyembah kepadanya yaitu melaksanakan Shalat, Zakat, Puasa dan sebagainya.
2.        Berlaku adil pada diri sendiri
Artinya menempati diri pribadi pada tempat yang baik dan benar. Untuk itu kita harus teguh, kukuh menempatkan diri kita agar tetap terjaga dan terpelihara daam kebaikan dan keselamatan. Jangan menganiayah diri sendiri dengan mengikuti hawa nafsu, minum-minuman keras, dusta, enggan berbuat baik dan jangan berbuat kemudharatan (keburukan) yang akibatnya akan buruk pula pada kesehatan, jiwa harta dan kehormatan diri. kita harus menjaga dan memelihara agar diri sendiri hidup selamat bahagia didunia dan diakhirat kelak. Kita harus jujur- terhadap diri sendiri, jika diri kita berbuat salah, kita harus berani mengoreksi.
3.        Berlaku adil kepada orang lain
Artinya menempatkan orang lain pada tempat yang sesuai, layak dan benar. Kita harus memberi hak orang lain dengan jujur dan benar, tidak mengurangi sedikitpun hak yang harus diterimah. Tidak boleh menyakiti dan merugikan orang lain, baik berupa material maupun non material. Kalau kita menjadi hakim, putuskanlah perkara yang adil. Kalau menjadi pelayan masyarakat, maka layanilah itu dengan baik dan adeil.
4.        Berlaku adil kepada makhluk lain.
Artinya dapat menempatkan pada tempat yang sesuai, misalnya adil pada binatang, harus menempatkannya pada tempat yang layak menurut kebiasaan binatang tersebut. Jika memelihara binatang harus disediakan tempat dan maka nannya yang memadai. Jika binatang itu akan dimanfaatkan untuk kendaraan atau usaha pertanian, hendaknya dengan cara yang wajar, jangan member beban yang malampaui batas. demikian pua jika hendak dimakan, maka hendaklah disembelih dengan cara yang telah ditentukan oleh ajaran agama, dengan cara yang baik yang tidak menimbulkan kesakitan bagi binatang itu. Menjaga kelestarian lingkungan juga termasuk berbuat adil kepada makhluk lain.
B. Keutamaan Berbuat Adil
Keutamaan berbuat adil adalah
1.        Terciptanya rasa aman, tenang dan tentram dalam jiwa dan ada rasa khawatir kepada orang lain, karena tidak pernah melakukan perbuatan yang merugikan atau menyakiti orang lain.
2.        Membentuk pribadi yang dapat melaksanakan kewajiban dengan baik, taat dan patuh kepada ALLAH SWT, melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya.
3.        Menciptakan ketenteraman dan kerukunan hidup, hubungan yang harmonis dan tertib dengan orang lain.
4.        Dalam memanfaatkan alam sekitar untuk kemasyalatan dan kebaikan hidup di dunia dan di akhirat.[1]
C.Kewajiban Berlaku Adil
wahai manusia bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa Allah ta’ala memerintahkan berbuat adil dan mengabarkan bahwa Ia mencintai orang-orang yang adil. Allah ta’ala berfirman  :”Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat adil dan baik”. (AnNahl : 90) “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang adil”. (AlMaidah :42) Adil adalah sikap tengah-tengah dalam segala sesuatu dan keadilan adalah karakter yang mengharuskan seseorang menjaga diri dari hilangnya kehormatannya. Rasulullah berkata “Orang yang adil di sisi Allah di atas mimbar dari cahaya, mereka adalah orang-orang yang adil dalam hokum dan keluarga”. (HR. Muslim) Sungguh kedudukan adil dalam Islam sangat agung dan pahalanya banyak di sisi Allah. Keadilan itu banyak macamnya dan tiap orang haruslah adil sesuai dengan tanggung jawabnya dalam kehidupan ini. Maka seorang pemimpin wajib adil terhadap rakyatnya. Allah ta’ala berfirman :
* ¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù'tƒ br& (#rŠxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr& #sŒÎ)ur OçFôJs3ym tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# br& (#qßJä3øtrB ÉAôyèø9$$Î/ 4 ¨bÎ) ©!$# $­KÏèÏR /ä3ÝàÏètƒ ÿ¾ÏmÎ/ 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. $JèÏÿxœ #ZŽÅÁt/ ÇÎÑÈ  
Artinya : ” Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menunaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan memerintah kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil, Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.”. (AnNisa :58)
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :”Tujuh golongan yang Allah lindungi dalam naungan ArsyNya pada hari kiamat yang tidak ada perlindungan selain perlindunganNya yaitu :pemimpin yang adil….”. (HR. Muslim) Wajib bagi Hakim adil dalam menghakimi manusia Allah ta’ala berfirman :” Putuskanlah perkara di antara mereka menurut hukum Allah dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka”. (AlMaidah :49) Allah ta’ala berfirman :”Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (pengganti nabi-nabi sebelumnya) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah”. (Shad :26) dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :Hakim itu ada tiga ; dua di neraka dan satu di surga. Hakim yang mengetahui kebenaran (AlQuran dan asSunnah) dan menetapkan dengannya maka ia di surga, Hakim yang mengetahui kebenaran tetapi tidak berhukum dengannya dan ia zhalim dalam menetapkan hukum maka ia di neraka, dan hakim yang tidak mengetahui kebenaran lalu menetapkan hukum di atas kebodohannya maka ia di neraka”. (HR.Abu Dawud dan lainnya, shahih). Akan tetapi apabila seorang hakim berniat adil dan mengikuti kebenaran serta berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkannya maka ia diberi pahala seandainya ia salah karena ia tidak berniat salah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :Jika seorang hakim menetapkan hukum dengan ijtihadnya kemudian benar maka ia mendapatkan dua pahala dan bila menetapkan hukum lalu salah maka ia mendapatkan satu pahala”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Orang tua juga wajib adil kepada semua anaknya dalam pemberiannya apakah lelaki atau perempuan. Ia tidak boleh memberi salah seorang anaknya dan membiarkan anaknya yang lain.Suami diwajibkan adil dalam pemberian nafkah kepada istri-istrinya bila ia mempunyai lebih dari satu istri. Allah ta’ala berfirman :”Dan pergaulilah istri-istri dengan baik”. (alAnam :152) Maka suami wajib menyamakan pembagian nafkah, memberikan rumah dan hak-hak isti lainnya kepada istri-istrinya. Dan bila ia takut tidak bisa berbuat adil maka nikahilah seorang wanita saja. (AnNisa :3)Seorang muslim juga wajib adil dalam berkata. Allah ta’ala berfirman yang artinya: “Dan apabila kamu berkata dan berbuat maka berlaku adillah (pada tiap kondisi) kendatipun kepada kerabatmu:. (AlAnam :152) Yakni jika anda berkata maka haruslah adil jangan zhalim bahkan katakanlah kebenaran walaupun pahit apakah yang berkaitan dengan hak anda atau kewajiban anda, pada orang yang paling dekat dan paling anda cintai sebagaimana kata Allah ta’ala :” Hai orang-orang yang beriman, menjadilah kamu orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil”. (AlMaidah :8)
Allah تَعَالَى memerintahkan kita berbuat adil dalam perkataan dan perbuatan terhadap diri, kerabat dekat dan kerabat jauh. Ia memerintahkan adil untuk semua orang pada tiap waktu dan kondisi. Dan wajib bagi tiap muslim adil walau terhadap musuh-musuh sebagaimana yang Allah تَعَالَى katakana : “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam (pada perang alHudaibiah), mendorongmu melanggar hukum Allah dan mendhalimi kepada mereka di luar batas”. (AlMaidah :2) Yakni janganlah kebencian anda terhadap suatu kaum untuk meninggalkan keadilan, karena adil itu wajib bagi tiap orang muslim pada seluruh kondisi. Dengan keadilan langit-langit dan bumi menjadi tegak, keadilan itu dicintai oleh tiap jiwa, teraturnya kemaslahatan dan manusia aman dari pembunuhan, perampokan dan pelecehan kehormatan. Maka Allah تَعَالَى memerintahkan adil dalam mengqishash, orang yang menzhalimi dihukum sesuai aturan tanpa ditambah. Maka Ia berfirman “Dan balasan kejelekan adalah kejelekan yang setimpal”. (AsySyura :40) “Jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu”. (AnNahl :126) “Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu”.(AlBaqarah :194) dan kaum muslimin wajib mendamaikan di antara dua kelompok yang saling memerangi dengan adil. Allah تَعَالَى berfirman :” Jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah dan rasulNya, mendengar dan taat; jika golongan yang dhalim itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil (sampai golongan yang dhalim tidak berbuat dhalim lagi) dan berlaku adillah dalam semua urusanmu.
 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä šúüÏÜÅ¡ø)ßJø9$# ÇÒÈ  
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. (AlHujurat : 9)

Dan kaum muslimin diperintahkan syariat memerangi para pemberontak sampai mereka kembali menerima hokum Allah ta’ala, bila mereka telah menerima hukum Allah maka kaum muslimin mendamaikan kedua kelompok yang berperang itu dengan adil hingga terjadilah keamanan dan kaum muslimin kembali saling mencintai dalam satu ikatan agama. Barakallahu li wa lakum fi Quranil Azhim, wa nafa’ani wa iyyakum bidzikrihi, innahu huwa sami’ul alim.Inilah agama kita, agama yang tegak di atas keadilan pada semua hukum dan syaritanya. Allah ta’ala berfirman :” Kalimat robmu (Al Qur’an) telah sempurnalah, sebagai kalimat yang benar beritanya dan adil hukumnya”. (AlAnam :115). Islam tidak menetapkan kecurangan dan kezhaliman serta permusuhan serta tidak tergantung oleh seorang pun bahkan ia selalu adil di mana saja ia berada. Ia memerintahkan kita memenuhi janji meskipun dengan orang-orang kafir. Allah ta’ala berfirman yang artinya :” Jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan yang telah kamu adakan perjanjian dengan mereka, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan terang-terangan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat”.(AlAnfal :58) Yakni jika anda takut pada suatu kaum akan menghianati perjanjiannya maka batalkanlah perjanjian itu dengan cara anda mengabarkan pembatalan itu sehingga mereka tidak dalam sangkaan masih dalam perjanjian itu yang menyebabkan penghianatan dari pihak anda. Demikianlah sifat agama Islam, agama yang cocok untuk setiap waktu dan tempat. “Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Yusuf :40) Oleh karena itu orang-orang kafir yang hidup di bawah naungan agama Islam mereka mengakui keadilan, kesempurnaan dan kecocokannya dengan jaman. Maka dengan melihat Islam, di antara mereka ada yang beriman dan ada yang tetap memilih kekafiran setelah jelas kebenaran bagi mereka dikarenakan kesombongan dan penentangan hati. Kisah yang berkaitan dengan hal ini panjang, bagi yang ingin mengetahui dengan jelas maka bacalah buku-buku sejarah Islam yang ditulis para ulam Islam dan lihatlan sebagian pendapat yang benar dari pemikir-pemikir orang- barat tentang Islam.[2]

D. Pengertian Jujur

Kata jujur sudah tidak asing lagi bagi kita, karena hampir setiap hari mendengar kata jujur. Namun belum tentu   tahu makna jujur dan tentunya sudah banyak yang tahu atau mengerti tentang makna jujur, ada juga di kalangan masyarakat kalau ditanya tentang jujur, ia tahu tetapi tidak bisa mengartikan jujur dengan merangkai kata-kata untuk menjadi kalimat yang mendefinisikan tentang jujur.
“Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur tersebut. Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya tahu maknanya secara samar-samar. Berikut saya akan mencoba memberikan pemahaman sebatas mampu saya tetang makna dari kata jujur ini”
Jujur itu merupakan sifat yang tertanam dalam diri manusia antara menyampaikan dengan kenyataan itu sama tanpa ada tambahan atau kurang satu patah kata pun. Maka jika apapun yang terjadi seseorang tersebut talah mengakuinya, entah itu membuat orang lain senang atau justru membuat orang lain tersakiti.
Ada pepatah jawa mengatakan “Jujur ajur” atau dalam bahasa Indonesia “Jujur akan hancur” maksudnya dari kata-kata tersebut ialah jika seseorang bersikap jujur tetapi justru membuatnya hancur dengan apa yang telah menjadi tujuannya. Pepatah tersebut memang mengunutngkan tetapi yang namanya jujur pasti akan ketahuan juga. Maka sebaiknya kita selalu bersikap jujur walaupun itu pahit.
“Jika kejujuran kita membuat resah hati seseorang, jika keterusterangan kita mengganggu tidur malam seseorang, jika apa yang keluar dari suara hati ini menjadikan diri orang lain tersakiti. Maka mohonlah maaf pafanya, atas ketidakkuasaan hati untuk memendam perasaan. Kejujuran memang berat, dan terkadang kita dibuat tidak berdaya dan serba salah dengan kejujuran itu sendiri. Antara ya dan tidak, antara suka dan benci, antara menerima dan menolak, antara mengakui dan menutupi, sulit memang untuk bisa mengatakan “tidak” tanpa harus menyakiti kesucian hati. Kalau penulis sendiri ditanya seperti itu, sementara hati ini belum berpikir ke situ, penulis pun akan.”

Jika tidak sama antara penyampaian dan kenyataan maka dapat dikatakan berdusta atau  bohong. Sebenarnya jika tidak jujur, sama saja tidak percaya dengan kemampuan diri sendiri atau boleh di bilang tidak ada rasa kepercayaan diri, dan telah membohongi diri sendiri dan juga orang lain yang bersangkutan. Hal itu tidak baik untuk kebiasaan sehari hari jika tidak ada  rasa kejujuran, dan hidup ini akan selalu menggantungkan kepada orang lain untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
“Jujur adalah tidak berbohong. Ya benar sekali, jujur adalah tidak berbohong. Sesederhana itu saja. Meskipun dalam prakteknya, kadang sesuatu yang simpel itu tiba tiba berubah menjadi rumit. Penyebabnya macam macam. Dan saya rasa, kita bisa menalarnya sendiri tentang itu”.[3]

E. Bentuk, macam, dan aneka pegelompokan kejujuran
 1. Jujur niat dan kemauan (shidqu an-niyyah wa al-'azm)
Adalah melakukan segala sesuatu dilandasi motivasi dalam kerangka hnaya mengharap ridha Allah swt. Nilai sebuah amal di hadapan Allah swt. sangat ditentukan oleh niat atau motivasi seseorang. Rasulullah saw. dalam sebuah hadits yang sangat populer menyatakan bahwa sesungguh-nya segala amal manusia ditentukan oleh niatnya. Selain itu, seorang muslim harus senantiasa menimbang-nimbang dan menilai segala sesuatu yang akan dilakukan apakah benar dan bermanfaat. Apabila ia sudah yakin akan kebenaran dan kemanfaatan sesuatu yang akan dilakukan, maka tanpa ragu-ragu lagi akania lakukan. Kadang sesuatu yang benar belum tentu bermanfaat di masyarakat tertentu. Demikian juga sesuatu yang bermanfaat belum tentu benar. Oleh karena itu, pertim-bangan benar dan bermanfaat secara bersamaan perlu dikedepankan.

2. Jujur dalam perkataan (shidqu al-lisan)
Jujur dalam bertutur kata adalah bentuk kejujuran yang paling populer di tengah masyarakat. Orang yang selalu berkata jujur akan dikasihi oleh Allah swt. dan dipercaya oleh orang lain. Sebaliknya, orang yang berdusta, meski hanya sekali apalagi sering berdusta maka akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Rasulullah mengingatkan:
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« اضْمَنُوا لِى سِتًّا مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَضْمَنُ لَكُمُ الْجَنَّةَ اصْدُقُوا إِذَا حَدَّثْتُمْ وَأَوْفُوا إِذَا وَعَدْتُمْ وَأَدُّوا إِذَا اؤْتُمِنْتُمْ وَاحْفَظُوا فُرُوجَكُمْ وَغُضُّوا أَبْصَارَكُمْ وَكُفُّوا أَيْدِيَكُمْ

 "Jaminlah kepadaku enam perkara dari dirt kalian, niscaya aku men-jamin bagi kalian surga: jujurlah jika berbicara, pemihilah jika berjanji, tunaikan jika dipercaya, jagalah kemahian kalian, tiinduk-kanlah pandangan, dan tahanlah tangan kalian" (HR. Ahmad)
"Barangsiapa berkata kepada anak kecil, kemari soya beri korma ini, kemudian dia tidak memberinya, maka dia telah melakukan kebo-hongan" (HR. Ahmad) Orang yang sering mengingkari janji juga akan kehilangan kepercayaan orang lain, bahkan akan mendapatkan label munafik, sebagaimana sabda Rasulullah:“Ciri-ciri orang munafik ada tiga, yaitu: jika berkata ia dusta, jika berjanji, ia ingkar, dan jika dipercaya, ia berkhianat” (HR. Bukhari Muslim)
Sementara itu, Allah memberi pujian orang-orang yang jujur dalam berjanji. Dia memuji Nabi Ismail a.s. yang menepati janji-nya sebagai berikut:
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولاً نَّبِيًّا

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ismail di dalam al-Qur 'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang jujur janjinya, dan dia adalah seorang Rasul dan Nabi” (Qs. Maryam: 54)
3. Jujur dalam bermu'amalah (shidq al-mu 'amalah)
Jujur dalam niat, lisan dan jujur dalam berjanji tidak akan sempurna jika tidak dilengkapi dengan jujur ketika berinteraksi atau bermu'amalah dengan orang lain. Seorang muslim tidak pernah menipu, memalsu, dan berkhianat sekalipun terhadap non muslim.

            Ketika ia menjual tidak akan me-ngurangj takaran dan timbangan. Pada saat membeli tidak akan memperberat timbangan dan menambah takaran. Orang yang jujur dalam bermu'amalah juga senantiasa bersikap santun, tidak sombong dan tidak pamer (riya). Jika orang tersebut melakukan atau meninggalkan sesuatu, semuanya da¬lam koridor Allah swt.Ia tidak tamak dan serakah dalam bermu'amalah. Barang siapa yang selalu bersikap jujur dalam bermu'amalah maka dia akan menjadi kepercayaan masya¬rakat. Semua orang akan merasa nyaman dan aman berinteraksi dan bermu'amalah dengannya.

4. Jujur dalam berpenampilan sesuai kenyataan (shidq al-hal)
 Seorang yang jujur akan senantiasa menampilkan diri apa adanya sesuai kenyataan yang sebenarnya. Ia tidak memakai topeng dan baju kepalsuan, tidak mengada-ada dan menampilkan diri secara bersahaja. Rasulullah saw. bersabda:
عَنْ أَسْمَاءَ أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي ضَرَّةً فَهَلْ عَلَيَّ جُنَاحٌ إِنْ تَشَبَّعْتُ مِنْ زَوْجِي غَيْرَ الَّذِي يُعْطِينِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّعُ بِمَا لَمْ يُعْطَ كَلَابِسِ ثَوْبَيْ زُورٍ
“Seorang perempuan bertanya, : Ya Rasulullah, aku mempunyai kebutuhan. Maka apakah aku berdosa jika aku berpura-pura telah dicukupi kebutuhanku oleh suamiku dengan apa yang tidak diberikan kepadaku? Rasul bersabda : orang yang berpura-pura tercukupi dengan apa yang tidak diterimanya sama dengan orang yang memakai dua pakaian palsu” (HR Bukhari) Maksud hadits ini adalah orang yang berhias dengan sesuatu yang bu-kan miliknya supaya kelihatan kaya, ia sama seperti orang yang memakai dua kepribadian. Orang yang memiliki sifat shidq al-hal tidak akan memak-sakan diri untuk memiliki dan menikmati sesuatu yang di luar jangkauan kemampuannya. Dia sudah merasa cukup dan bersyukur dengan apa yang telah dimilikinya sembari berikhtiar untuk menggapai keinginan-keinginan yang diharapkannya .
     F. Hikmah Jujur
1. Jujur adalah tindakan yang mulia.
2. Dengan jujur kita akan dipercaya orang lain. Jika ada orang yang memberi amanah atau tugas kepada kita, kalau kita jujur. Maka orang itu dengan rasa penuh percaya memberikan amanah atau tugas itu kepada kita.
3. Dengan bertindak maupun berkata jujur. Kita tidak akan membohongi diri sendiri maupun orang lain.
4. Dengan jujur hidup kia tidak akan terasa was-was. Karena tidak di tutupi oleh kebohongan.
5. Kalau kita pernah berbohong sekali, maka kita akan berbohong lagi untuk menutupi kebohongan sebelumnya.
6. Orang jujur lebih tinggi kehormatannya dibandingakan dengan orang yang tidak jujur atau berbohong.[4]



















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sifat adil artinya, suatu sifat yang teguh, kukuh yang tidak menunjukkan memihak kepada seorang atau golongan. Adil itu sikap mulia dan sikap yang lurus tidak terpengaruh karena factor keluarga, hubungan kasih sayang, kerabat karib, golongan dan sebagainya.Berlaku adil dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu
1.        Berlaku adil kepada ALLAH SWT.
2.        Berlaku adil pada diri sendiri
3.        Berlaku adil kepada orang lain
4.        Berlaku adil kepada makhluk lain.
Kejujuran merupakan sifat yang tertanam pada diri manusia yang pada dasarnya kemauan pada diri manusia itu sendiri dengan membiasakan diri dan rasa kepercayaan diri yang kuat akan cenderung berdampak positif dari pada negative. Jika menerapkan sikap jujur, secara tidak langsung kita telah melatih kemampuan kita. Sampai dimana kemampuan kita? Itu pernyataan yang akan timbul dan terjawab sendiri dengan hasil yang di peroleh.









DAFTAR PUSTAKA

Soeyoeti, Drs. H Zarkowi.1995/1996.pendidikan agama islam untuk smu.jakarta:direktora jendral Pembina kelembagaan agama islam



1 Response to " MAKALAH ADIL DAN JUJUR "

Labels

Aceh ( 4 ) ARTIKEL ( 23 ) Bollywood ( 1 ) CERPEN ( 16 ) HABA ( 1 ) Hollywood ( 1 ) INDO ( 2 ) Makalah ( 97 ) Skript ( 1 ) SOSOK ( 10 ) Wisata ( 2 )