“MAAF” Ku Cinta, Tapi Ku Tak Bisa


By: Agsal RJ



Mencintai bukan semestinya harus memiliki, Ibarat Pepatah Aceh “Jak ube lot tapak, duk ube lot punggong,Ngui beulaku tuboh, pajoh beulaku atra,Jak beulaku linggang, pinggang beulaku ija”.

***

Kalimat itu terus saja mengguluti alam pikir bawah sadar pemuda paruh baya itu, gelap gemuruh setiap tatapan matanya menggambakan seolah ia sedang berputus asa akan sebuah mimpi besar yang membuatnya bimbang dalam mengambil satu kesimpulan kemana selanjutnya ia akan melangkah.

Melihat kebelakang, membuatnya ingin berhenti mengakhiri semua yang sudah dibangun sejak empat tahun sudah terlewati. Melihat kedepan, membuatnya untuk terus berjalan hingga ia sampai disatu tempat dimana titik yang telah ia garis dalam biografi hariaanya empat tahun lalu akan ia capai.

Dikala umur sudah hampir beranjak dua puluh tujuh tahun suda, dihabiskan dalam menikmati proses demi proses disetiap nafas yang berhembus seakan telah sampai dimana ia harus bersikap sedewasa mungkin. Bagi sebagian orang berpikir bahwa tak ada gunanya untuk terlalu bermimpi menjadi orang besar kalau kita tidak mau dihadapkan dengan sebuah pengorbanan yang besar juga.

Aan nama sapaan akrab sang pengelana muda paruh baya itu. ia kini yang sudah melewati berbagai proses dalam menjalani hidupnya sebagai seorang khalifah, terdiam kaku dengan satu persoalan yang terlihat kecil tapi menyanyat batin mata hati sebagai seorang manusiawi.

Jauh dari apa yang sedang ia bangun, tiba-tiba saja ia jatuh dalam buaian yang seharusnya tak perlu untuk terlalu dibawa perasaan hati mendalam. Kala perjumpaannya dengan sosok yang membuat ia terjebak dalam rasa semu, seakan indahnya hidup karena cinta membuatnya menuai petaka. Konflik batin yang menyengat manis dirasa, pahit dijalani.

Apa nak dikata kala cinta datang diwaktu yang kurang tepat niscaya petaka jadilah akibat sang pujangga cinta. Hehehehe....!!! Miris Bukan.

Itulah ia Aan, sang pujangga yang terjebak cinta.

***

Gadis Ayu, lugu nan manja telah berhasil merasuki setiap bualan-bualan kalimat syahdu yang hampir setiap saat ia lontarkan. Seiring berjalannya waktu, ia terus berdendang merdu dalam seribu bait-bait kalimat syahdu yang awalnya hanya sebatas sapaan penyair bisu.

Seminggu sejak pertama bertemu, hubungan yang awalnya terlihat tabu, tapi malah tumbuh dan membeleggu menjadi sebuah ikatan semu.

Caca nama sosok gadis lugu itu.

Setelah sekian lama menunggu kini ia pergi jauh hanya meninggalkan rasa rindu. Rindu akan dimana ketika dulu sempat berharap untuk menyatu.

Sore itu, Kala Aan sedang menikmati sejuknya udara dipantai semenanjung teluk kota seribu Bidadari tiba-tiba ia dikejutkan dengan satu pemandangan yang tak asing dari sejuta ragam manusia yang datang berlibur kesana. Suasana yang awalnya sejuk tiba-tiba berubah gemuruh disaat ia melihat dua orang yang dikenalnya begitu dekat selama ini, Caca dan Angga.

Mereka tiba-tiba saja sedang asik jalan sambil bercerita disambut tawa Caca yang khas dipinggiran pantai sambil sekali-kali saling berlarian kecil sambil bercanda ria melompati gemuruh ombak laut pinggiran pantai. Bahkan tak terlihat sesuatu yang canggung diantara keduanya, mereka malah nampak begitu mesra dan saling ceria satu sama lain.

Sekali-kali Angga menarik tangan caca sambil melempar senyum, caca pun ikut sekali-kali menyandarkan kedua tangannya dipundak sebelah kanan Angga kala sedang bercerita akan indahnya suasana pemandangan sore itu.

Lantas raut wajah Aan pun seketika berubah kusam, ia tak lagi berlama-lama untuk bergegas meninggalkan tempat yang sedang diduduki kala itu. lima menit berlalu Aan memutuskan kembali ke rumah dengan suasana hati gugup, gemuruh, tampak lesu dan wajah kusam.

***

Langit mulai gelap, cahaya mentari mulai hilang. Disambut terangnya rembulan tampak begitu indah dikala ia ditemani sang bintang yang berhamburan. Aan terlihat sedang duduk depan teras jendela kamarnya menatap arah langit, Ia terlihat sedang termenung sendiri hanya ditemani secangkir gelas kopi hangat malam itu.  Sekali-kali ia memegang Album Foto, sambil melihat beberapa lembar foto saat masa-masa ia menjadi pemain Basket di SMA dengan beberapa temannya termasuk Angga.

Tiba-tiba Hp gengaman Aan nada dering panggilan masuk berbunyi atas nama Caca. Aan tak menggubrisnya, ia malah memilih membiarkan tergeletak begitu saja dikamarnya. Berkali-kali nada panggilan dengan contak yang sama pun kembali berbunyi, tapi tetap saja Aan biarkan begitu saja.

“Aan, itu Hp mu bunyi kenapa gak diangkat”, Kata Bunda yang masuk mendatangi kamar Aan.

“Ini udah beberapa kali lho nak, Bunyi Hp mu”, Tegas Bunda. Lalu, bunda pun melihat Nama panggilan masuk yang tertera dilayar Hp nya Aan tertulis Caca.

“Nak, ini dari caca lho, kok gak di Angkat, kasian sudah berkali-kali ia menelpon”, Kata Bunda sambil mendekat ke Aan.

“Emmmm....., kenapa?, kamu lagi ada masalah ya Nak”, Tanya Bunda.

“Gak bun”, Jawabnya.

“Jangan Bohong, Bunda lebih paham dan lebih kenal anak kesayangan Bunda. Bunda merhatiin kok sepertinya kamu lagi memirkan sesuatu”, Sambungnya.

“Emang salah ya Bun, kalau kita suka dan menaruh perasaan kepada seseorang”, Jawab Aan.

“Lho...lho, kok bisa tiba-tiba kamu ngomong betigu?, Jangan-jangan ini ada kaitannya dengan caca, ya Nak?”, Tanya Bunda dengan wajah penasaran dan bingung.

“Gak sih Bun, cuma..... gimana ya, ngomongnya, Aan bingung aja. Kok bisa tiba-tiba aku ngerasa gelisah gtu Bun”, Jawabnya.

“Emmmmmm......., kalau memang kamu lagi ada masalah cerita ke Bunda, siapa tau bunda bisa ngasi solusi. Gak baik lho sebagai seorang pria, kalau kita menyakiti hatinya perempuan, apalagi kalau seandainya ia adalah wanita baik-baik!, tanpa adanya alasan dan kesalahan yang fatal, tentunya”, Jelasnya.

“Gitu!, yaa Bun. Berarti aku gak salah kan kalau tanpa sepengetahuan, karena sudah dekat, sering bercerita, merasa nyaman, lalu aku mulai menaruh perhatian dan memendam rasa suka?”, Tanyanya.

“hehehe..., jadi ini ceritanya anak bunda sedang jatuh cinta yaa?. Siapa dia sosok gadis itu?, apa kamu benar-benar sudah memikirkan semua dengan matang? Lalu apakah ini sudah tepat waktunya untuk kamu melangkah ke situ?”, Tanya Bunda.

Lantas mendengar pertanyaan tersebut Aan terdiam begitu saja, suasana pun berubah menjadi hening. Bunda mendekat sambil tangannya mengusap rambut kepala Aan dari belakang, lalu menunjukkan arah cahaya Bulan yang tampak begitu indah dikelilingi taburan bintang-bintang kala itu dan berkata.

“coba kamu lihat bulan itu, indah bukan?. Lalu, lihatlah disekelilingnya berapa banyak bintang-bintang yang berhamburan ikut menemani?. Lantas adakah dari sekian banyak bintang-bintang tersebut yang tidak berkedip sama sekali?, Tanyanya sambil mencoba menghibur Aan.

“itu pertanda bahwa dalam hidup ini ada saat dimana kita dihadapkan dengan sesuatu yang kadang membuat kita bahagia tapi yang lain belum tentu merasakan hal yang sama. Begitu juga dengan cinta, kadang kala ia bisa datang di waktu yang tepat, kadang kala ia juga datang diwaktu yang tidak tepat. Tapi, Yakinlah yang namanya cinta sejati itu, cepat atau lambatkah ia datang hanya waktu dan masa yang akan menentukan. Sebab, yang namanya jodoh itu, sudah menjadi takdir yang maha kuasa, tinggal kita terus mencari hingga menemukannya. Sejatinya cinta bukanlah disaat kita hanya mampu saling melengkapi satu sama lain, melainkan kita mampu untuk memahami bahwa ketika kita akan memilih untuk menjadi bahagia tak ada satupun hati diantaranya telah merasa tersakiti”.

Malam itu pun berlalu begitu saja. Saat larut tiba Aan kembali masuk ke kamarnya dan Bunda pun melanjutkan untuk beristirahat.

***

Kesesokan harinya, Aan sudah mulai terlihat sedikit ceria, nampaknya nasehat dari ibundanya semalam membuat angga sudah memutuskan untuk memilih satu langkah pasti. Ia mulai bergegas pergi berniat menjumpai Caca sambil berpamitan kepada Bundanya.

“Bun, Aan berangkat dulu yaa”, Pamitnya.

“Iya nak, Oea....... Ingat apa pesan terakhir mendiang Bapakmu dulu, Ibu harap kamu jangan lupakan itu”, Pesan Bunda.

Aan langsung bergegas pergi, hari itu ia berniat untuk menjumpai Caca. Ia mulai mengatur tempat mereka untuk bertemu disebuah kafe kedai kopi tempat pertama kali mereka sempat bertemu. Lima belas menit Aan menunggu, tiba-tiba orang yang ditunggu pun mulai menampakkan batang hidungnya.

“Hai...udah lama menunggu?”Tanya Caca.

“Lumayan sih”, Sahutnya.

“Sorry, tadi ada sedikit urusan yang harus diberesin dulu”, Imbuh Caca.

“Iya gak apa-apa”, Jawab Aan. “Ca, maaf yaa semalam aku ketiduran, jadi gak sempat angkat hp”, Lanjutnya.

“Oooo... ia An, gak apa-apa. Sebenarnya aku pingin ngomongin sesuatu, Cuma Ya sudahlah lupakan aja, sudah gak penting”, Sambungnya sambil tersenyum.

“gtu ya Ca, Maaf yaa aku gak tau soalnya”, Sahut Aan.

“Sebenarnya hari ini aku pengen ngomongin sesuatu sama kamu ca, Cuma yaa, gimana ya bingung mau mulai dari mananya”, Lanjut Aan dengan raut wajah terlihat kaku.

“Emang mau ngomongin apa, kok tiba-tiba bersamaan gini?”, Tanya Caca.

“Aku cuma, pengen jujur ke kamu ca, tentang hubungan ini. Aku merasa bahwa selama ini perasaan ku ke kamu sudah melebihi sebagai seorang teman ca. Jujur aku juga bingung dengan semua rasa ini, selama ini aku tak berani untuk kamu tau dan harus terjadi pada akhirnya berujung seperti ini”, Ungkap Aan mulai terbata-bata.

Caca terdiam dan hanya diam, suasana hening pun mulai teriring.

“kamu tak perlu takut ca, dan kamu juga tak perlu untuk menjawab apa-apa. Karena aku juga sudah tau kalau sebenarnya selama ini, kamu sudah menjalin hubungan dengan orang lain dan dia Angga kawan karibku satu SMA dulu. Aku paham dan mengerti dengan keadaan ini”, Jelas Aan.

“Maaf An, bukan aku tak menghargai perasaan ini, aku yang salah kalau selama ini aku tidak memberitahumu tentang semua ini, seharusnya tidak akan terjadi seperti ini dan kamu juga tak sepenuhnya salah dalam hal ini”, Jawabnya.

“mungkin lebih baik aku harus mengakui dan mengakhiri kalau hubungan ini cuma cukup sampai disini ca. Aku juga akan pergi, biarkan ini menjadi sesuatu yang akan indah untuk kukenang nanti, aku juga tak sanggup untuk terus memendam rasa ini”, Jelas Aan lagi.

“kudoa’kan semoga kau bahagia nanti”, Lanjut Aan.

Lantas, Aan dan Caca beranjak pergi satu sama lain dan saling mengerti untuk memahami. Namum, ada satu hal yang tak sempat dikabari kalau sebenarnya hubungan Caca dan Angga juga sudah terlanjur diakhiri. Meski sebenarnya mereka juga saling menaruh hati satu sama lain. Tapi caca memilih membiarkan Aan pergi, pergi untuk kembali dan berharap mereka bisa saling intropeksi untuk kemudian saling menanti satu sama lain untuk suatu saat nanti.





Labels

Aceh ( 4 ) ARTIKEL ( 23 ) Bollywood ( 1 ) CERPEN ( 16 ) HABA ( 1 ) Hollywood ( 1 ) INDO ( 2 ) Makalah ( 97 ) Skript ( 1 ) SOSOK ( 10 ) Wisata ( 2 )