BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kontak dunia Islam dengan peradaban
Yunani.Internasionalisasi imperium Sassaniyah.Transfer pengetahuan yang pesat
pada masa Abbasiyah, terutama masa Al-Ma’mun dan Harun al-Rasyid. Konversi
agama dari kalangan Kristiani ke IslamMigrasi orang-orang Kristiani ke dunia
Muslim. Relasi filsafat dengan perkembangan ilmu-ilmu sains, sehingga mendorong
Muslim untuk mempelajari filsafat Yunani/Helenistik
Kaitan antara Filsafat, Qur’an dan Hadist Qur’an dan Hadis menjadi sumber inspirasi bagi filosuf Islam dalam mengembangkan kajiannya. Para filosuf Muslim dalam argumentasinya selalu menggunakan konsep-konsep filosofis yang tertera dalam Qur’an dan Hadis.
Kaitan antara Filsafat, Qur’an dan Hadist Qur’an dan Hadis menjadi sumber inspirasi bagi filosuf Islam dalam mengembangkan kajiannya. Para filosuf Muslim dalam argumentasinya selalu menggunakan konsep-konsep filosofis yang tertera dalam Qur’an dan Hadis.
Secara substansial maupun historis, filsafatlah yang menjadi
cikal bakal atau yang melatar belakangi kelahiran ilmu pengetahuan, terutama
ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui ketajaman panca indera dan ketajaman
akal manusia. Dalam proses perkembangannya, filsafat dan ilmu pengetahuan tetap
menjadi dua hal yang tak terpisahkan. Kelahiran ilmu pengetahuan tidak terlepas
dari peranan filsafat dan sebaliknya, perkembangan ilmu pengetahuan semakin
memperkuat keberadaan atau eksistensi filsafat.
Fakta sejarah juga
telah membuktikan bahwa kemajuan dan perkembangan peradaban Islam tidak
terlepas dari pengaruh masuknya filsafat ke dalam dunia Islam.
Makalah
ini akan membahas tentang perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di dunia
Islam. Karena luasnya perbincangan mengenai filsafat Islam.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
Pengertian Filsafat Islam ?
2. Bagaimana
Sejarah dan Perkembangan Filsafat Islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
Arti Filsafat
Filsafat berasal dari kata Yunani,
yaitu philosophia, kata berangkai dari kata philein yang berarti mencintai dan
shopia berarti kebijaksanaan. Philoshopia berarti cinta akan kebijaksanaan.
Dilihat dari segi praktisnya filsafat berarti alam pikiran atau alam berpikir. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat adalah hasil kerja berpikir dalam mencari hakikat segala sesuatu secara sistematis, radikal dan universal. Filsafat adalah ilmu yang membahas tentang hakikat sesuatu baik yang bersifat teoritis (etika, estetika maupun metafisika) atau yang bersifat praktis yakni pengetahuan yang harus diwujudkan dengan amal baik.
Arti Filsafat Islam itu sendiri adalah hasil pemikiran filsuf tentang ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam yang disinari ajaran Islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis.
Dilihat dari segi praktisnya filsafat berarti alam pikiran atau alam berpikir. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat adalah hasil kerja berpikir dalam mencari hakikat segala sesuatu secara sistematis, radikal dan universal. Filsafat adalah ilmu yang membahas tentang hakikat sesuatu baik yang bersifat teoritis (etika, estetika maupun metafisika) atau yang bersifat praktis yakni pengetahuan yang harus diwujudkan dengan amal baik.
Arti Filsafat Islam itu sendiri adalah hasil pemikiran filsuf tentang ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam yang disinari ajaran Islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis.
Ahmad Fuad al-Ahwani
mendefinisikan Filsafat Islam sebagai pembahasan tentang Allah dan alam
semesta, wahyu dan akal, agama dan filsafat. Sedangkan menurut Mustofa Abdur
Razik, filsafat Islam adalah filsafat yang tumbuh di negeri Islam dan di bawah
naungan negara Islam, tanpa memandang agama dan bahasa-bahasa pemiliknya.
Ruang Lingkup Filsafat Islam Cakupan
filsafat Islam meliputi segala aspek ilmu-ilmu yang terdapat dalam khasanah
pemikiran keislaman. Seperti yang dikemukakan oleh Muhammad ‘Athif al-‘Iraqy,
Filsafat Islam secara umum ialah meliputi di dalamnya Ilmu Kalam, Ilmu Ushul
Fiqh, Ilmu Tasawuf, dan ilmu pengetahuan lainnya yang diciptakan oleh ahli
pikir Islam.
Obyek filsafat adalah menelaah hakikat
tentang Tuhan, manusia dan tentang segala realitas yang nampak dihadapan
manusia.. dan bisa ditambahkan dengan pengetahuan itu sendiri, cara-caranya,
dan syarat-syarat kebenaran atau salahnya. Filsafat Islam diwarnai oleh
nilai-nilai Islami. Kebebasan pola pikirnya dibatasi oleh nilai etis yakni yang
didasarkan pada kebenaran ajaran yaitu Islam.[1]
Secara sederhana karakteristik
filsafat Islam dapat dirangkum menjadi tiga.
Filsafat Islam membahas apa yang telah menjadi bahasan oleh filsafat Yunani dan lainnya seperti ketuhannan, ruh, dan roh. Bahkan lebih dari itu, filsafat Islam senantiasa melakukan inovasi di dalamnya.
Filsafat Islam membahas apa yang telah menjadi bahasan oleh filsafat Yunani dan lainnya seperti ketuhannan, ruh, dan roh. Bahkan lebih dari itu, filsafat Islam senantiasa melakukan inovasi di dalamnya.
Filsafat Islam membahas masalah yang
belum pernah dibahas filsafatÂ
sebelumnya seperti filsafat kenabian (al-nazhariyyat al-nubuwwat) yang
pembahasan lebih lanjutnya akan lebih gamblang dijelaskan oleh tulisan makalah
berikutnya.
Dalam filsafat Islam terdapat pemaduan
antara agama dan filsafatÂ
(sebagaimana yang dilakukan oleh Al Kindi), antara akidah dan hikmah, antara
wahyu dan akal. Poin ke-tiga ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Ahmad
Zainul Hamdi dalam lima karakteristik para fulusuf Islam yang ia cantumkan
yaitu salah satunya adalah mereka “filosuf Muslim” mempunyai kesamaan dalam
melihat kebenaaran Al Qur’an, dan ajaran Islam sehari-hari. Tidak seorang pun
dari para filsuf ini yang berani meragukan kebenaran Al Qur’an, atau
menyimpang dari ajaran pokok Islam—barangkali hanya ar-Razi (yang tidak
mengakui kenabian dan kemukjizatan Al-Qur’an. tetapi ini pun masih diperdebatkan.[2]
B. Sejarah Perkembangan Filsafat Islam
Ketika filsafat datang ke Timur
Tengah pada abad IV SM. Alexander Yang Agung (Iskandar Zulkarnain) murid
Aristoteles, membawa bukan hanya kaum militer tetapi juga kaum sipil tujuannya
bukanlah hanya meluaskan daerah kekuasaannya keluar Masedonia tetapi juga
menanamkan budaya Yunani di daerah-daerah yang dimasukinya. Untuk itu ia adakan
pembauran antara orang Yunani yang dibawanya dengan penduduk setempat. Dengan
jalan menganjurkan prajuritnya dan para intelektual mengawini penduduk setempat
sehingga mereka betah hidup di tempat yang dikuasai., sehingga berkembanglah
falsafat dan ilmu pengetahuan Yunani di Timur Tengah dan timbullah pusat-pusat
peradaban Yunani seperti Iskandariah (dari nama Alexander) di Mesir, Antakia di
Suria, Selopia serta Jundisyapur di Irak dan Baktra (sekarang Balkh) di Iran.
Perkembangan peradaban dan filsafat Yunani di luar kawasan Yunani
disebut Hellenisme. Hellenisme inilah yang mempengaruhi masuknya filsafat dalam
Islam. Karena, ketika sahabat nabi Muhammad menyampaikan dakwah Islam ke
daerah-daerah tersebut terjadi peperangan antara kekuatan Islam dan kekuatan
kerajaan Bizantium di Mesir, dan kekuatan kerajaan Persia di Iran. Dengan
menangnya kekuatan Islam dalam peperangan tersebut, maka daerah tersebut jatuh
ke bawah kekuasaan Islam. Tetapi pada waktu itu di wilayah-wilayah tersebut
sudah maju oleh peradaban Yunani.
Para penduduk tidak dipaksa untuk memeluk agama Islam. Namun dari warga negara yang non muslim ini timbullah satu golongan yang tidak senang dengan kekuasaan Islam dan oleh karena itu mereka menyerang agama Islam dengan memajukan argumen-argumen berdasarkan filsafat yang mereka peroleh dari Yunani
Para penduduk tidak dipaksa untuk memeluk agama Islam. Namun dari warga negara yang non muslim ini timbullah satu golongan yang tidak senang dengan kekuasaan Islam dan oleh karena itu mereka menyerang agama Islam dengan memajukan argumen-argumen berdasarkan filsafat yang mereka peroleh dari Yunani
Dari pihak umat Islam timbul satu
golongan yang melihat bahwa serangan itu tidak dapat ditangkis kecuali dengan
memakai argument filosofis pula, untuk itu mereka pelajari falsafat dan ilmu
pengetahuan Yunani. Kedudukan akal yang tinggi dalam pemikiran yunani mereka
jumpai sejalan dengan kedudukan akal yang tinggi dalam al-Qur’an dan sunnah
Nabi. Dengan demikian timbullah di panggung sejarah pemikiran Islam teologi
rasional yang dipelopori oleh kaum mu’tazilah.
Teologi rasional mu’tazilah inilah,
dengan keyakinan akan kedudukan akal yang tinggi, kebebasan manusia dalam
berpikir, berbuat serta adanya hukum alam ciptaan Tuhan, yang membawa pada
perkembangan Islam, bukan hanya falsafat, tetapi juga sains, pada masa antara
abad ke VIII dan ke XIII M. Filosof pertama yang dikenal adalah al-Kindi
(796-873 M) satu-satunya filosof arab dalam Islam. Ia menyatakan dengan tegas
bahwa antara falsafat dengan agama tidak ada pertentangan. Falsafat ia artikan
sebagai pembahasan yang benar, agama juga dalam hal itu menjelaskan yang benar.
Maka kedua-duanya membahas yang benar.selanjutnya falsafat dalam pembahsannya
memakai akal dan agama, dan tentang penjelasan yang benar juga memakai
argument-argument rasional. Menurut pemikiran falsafat kalau ada yang benar
maka mesti ada yang pertama “yang benar pertama”. Yang benar pertama itu dalam
penjelasan al-Kindi adalah Tuhan. Falsafat dengan demikian membahas tentang
Tuhan dan agama. Falsafat yang termulia dalam pendapatnya adalah falsafah
ketuhanan atau teologi.
Memurnikan tauhid merupkan hal
penting dalam teologi dan falsafat. Islam. Dalam hal ini al-Farabi (870-950 M)
turut berkontribusi dengan falsafah emanasinya. Begitu pula dengan Ibn Sina.
Pada masa pemerintahan Islam terutama pada masa al-Ma’mun, Harun Al-Rasyid, dan
al-Amin berusaha mengembangkan tradisi tersebut dengan memberikan dorongan dan
intensif yang cukup besar bagi perkembangan filsafat dan ilmu. Para penerjemah
buku-buku Yunani dihargai sangat besar bahkan mereka mendirikan fasilitas
seperti perpustakaan Bait al-Hikmah dan Laboratorium peneropong bintang
Namun, kemudian muncul kritikan
al-Ghazali (1058-1111 M) terhadap pemikiran mereka. Setelah al-Ghazali,
lahirlah aliran baru yaitu al-As’ariyah yang berkembang di dunia Islam bagian
Timur. Dan dengan teologi tradisional yang dianutnya, tidak mendorong pada
berkembangnya pemikiran ilmiah dan filosofis. Tidak mengherankan kalau sesudah
al-Ghazali, ilmu dan falsafat tidak berkembang lagi di Baghdad.
Di dunia Islam bagian barat yaitu
Andalusia atau spanyol Islam sebaliknya pemikiran filosofis masih berkembang
sesudah serangan al-Ghazali tersebut, Ibn Bajjah (1082-1138) dalam bukunya
Risalah AL-wida’ kelihatannya mencela al-Ghazali, dan Ibn Thufail malah
mendukung pendapat mu’tazilah. Tapi Ibn Rusydlah yang mengarang kitab Tahufut
al-Tahafut sebagai jawaban terhadap kritik-kritik al-Ghazali dalam Tahafut
al-Falasijah.
Tak lama sesudah zaman ibn Rusyd umat Islam di Spanyol mengalami kemunduran besar dan kekuasaan luas Islam sebelumnya hanya tinggal di sekitar Granada di tangan banu Nasr. Pada tahun 1492 dinasti ini terpaksa menyerah kepada raja Ferdinand dari Castilia. Dengan hilangnya Islam dari Andalus, Spanyol, hilang pulalah pemikiran rasionaldan ilmiah dari dunia Islam bagian barat.[3]
Tak lama sesudah zaman ibn Rusyd umat Islam di Spanyol mengalami kemunduran besar dan kekuasaan luas Islam sebelumnya hanya tinggal di sekitar Granada di tangan banu Nasr. Pada tahun 1492 dinasti ini terpaksa menyerah kepada raja Ferdinand dari Castilia. Dengan hilangnya Islam dari Andalus, Spanyol, hilang pulalah pemikiran rasionaldan ilmiah dari dunia Islam bagian barat.[3]
Di dunia Islam bagian timur kecuali
kalangan syiah, teologi tradisional al-Asy-ariyah dan pendapat al-Ghazali bahwa
jalan tasawuf untuk mencapai kebenaran adalah lebih meyakinkan daripada jalan
falsafat, terus berkembang. Hilanglah pemikiran rasional, filosofis dan ilmiah
dari dunia Islam dikejutkan oleh kemajuan Eropa dalam bidang pemikiran,
falsafat dan sains. Hal demikian berkembang di barat atas pengaruh berfikir Ibn
Rusyd yang disebut avverroisme. Semenjak itu pemikiran rasional mulai
ditimbulkan oleh pemikir-pemikir pembaharuan seperti al-Afghani, Muhammad Abduh,
Sayyid Ahmad Khan dan lain-lain.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Filsafat Islam adalah sebagai pembahasan tentang Allah dan alam semesta,
wahyu dan akal, agama dan filsafat. Sedangkan menurut Mustofa Abdur Razik,
filsafat Islam adalah filsafat yang tumbuh di negeri Islam dan di bawah naungan
negara Islam, tanpa memandang agama dan bahasa-bahasa pemiliknya
P erkembangan
filsafat Islam, pada mulanya terwariskan dari karangan-karangan filosof Yunani,
kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Latin, dan berpengaruh bagi ahli-ahli
fikir Eropa sehingga ia diberi gelar penafsir (comentator), yaitu
penafsir filsafat Aristoteles.
Perkembangan filsafat Islam,
hidup dan memainkan peran signifikan dalam kehidupan intelektual dunia Islam. Jamal al-Dīn al-Afgani, seorang murid Mazhab Mulla Shadra
saat di Persia, menghidupkan kembali kajian filsafat Islam di Mesir. Di Mesir,
sebagian tokoh agama dan intelektual terkemuka seperti Abd. al-Halim Mahmud,
Syaikh al-Azhar al-marhum, menjadi pengikutnya.
Filsafat Islam di Persia, juga
terus berkembang dan memainkan peran yang sangat penting meskipun terdapat
pertentangan dari kelompok ulama Syi’ah. Tetapi patut dicatat bahwa Ayatullah
Khoemeni, juga mempelajari dan mengajarkan al-hikmah (filsafat Islam)
selama berpuluh puluh tahun di Qum, sebelum memasuki arena politik, dan juga
Murtadha Muthahhari, pemimpin pertama Dewan Revolusi Islam, setelah revolusi
Iran 1979, adalah seorang filosof terkemuka. Demikian pula di Irak, Muhammad
Baqir al-Shadr, pemimpin politik dan agama yang terkenal, adalah juga pakar
filsafat Islam.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad
Zainul Hamdi, Tuju Filsuf Muslim pembuka pintu gerbang filsafat barat modern,
Yogyakarta : Pustaka Pesantren. 2004.
Sirajudin
Zar,M.A, Filsafat Islam, Jakarta Rajawali Press, 2004.
Dr.Hasyim
Syah Nasution, M.A, Filsafat Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta,1999.
[2] .
Ahmad Zainul Hamdi, Tuju Filsuf Muslim pembuka pintu gerbang filsafat barat
modern, Yogyakarta : Pustaka
Pesantren. 2004.hal:2, 37-40.
0 Response to "Makalah Filsafat"
Post a Comment