Makharijul Huruf, Sifatul Huruf, Dan Tafsir Surat
Al- Falaq
Oleh:
NAMA
:Al fazri
Afdhal
Hasnidar
Nurhayati. A
Nurhadiah
DOSPEN :Hasbi Husen S.Pd.I,MA
.
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ALMUSLIM
BIREUEN PROVINSI ACEH
TAHUSN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-quran sebagai kitab yang berisi firman-firman Allah SWT. Sebagai umat
islam sudah seharusnya kita menjaga kitab yang menjadi pedoman umat islam.
Al-qur’an merupakan kalamullah maka dalah segi pembacaannya mempunyai tatacara
membacanya dalam arti kata kita mengetahui ilmunya agar tidak terjadi salah
arti dalam membaca Al—Qur’an serta bacaannya haruslah tartil. Atas dasar
tersebut para ulama menciptakan sebuah disiplin ilmu dalam membaca Al-Qur’an
yatu Ilmu Tajwid.
Ilmu tajwid di dalamnya
menerangkan hukum-hukum bacaan yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dalam ilmu tajwid
juga di bahas mengenai makhorijul huruf agar dalam segi pembacaannya ada
perbadaan dalam semua huruf hijahiyah. Huruf hijahiyah mempunyai sifatul huruf dan
sifat itulah yang membedakan masing-masing huruf hijahiyah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian Makharijul Huruf ?
2. Apa
pengertian Sifatul Huruf ?
3. Bagaimana
Tafsir surat Al- Falaq ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Makharijul Huruf
Ayat-ayat Al-Qur’an tidak terlepas dengan namanya
huruf-huruf hijaiyah. Di dalam membaca Al-Qur’an kita harus fasih dan benar
dalam hal pelafalan dan tajwidnya. Berbicara mengenai pelafalan huruf hijaiyah
sudah tentu kita harus mengetahui apa itu yang dimaksud “Makhorijul Huruf”.
Makhorijul Huruf adalah tempat-tempat keluarnya
huruf pada waktu huruf itu dibunyikan. Di dalam membaca Al-Qur’an kita harus membunyikan huruf sesuai dengan
makhrajnya. Karena jika terjadi suatu kesalahan dalam pelafalan huruf, itu bisa
menimbulkan arti baru. Dalam hal ini jika dilakukan dengan sengaja akan
menimbulkan kekafiran. Maka dari itu belajar makhorijul huruf ini sangat
penting bagi kita.
Makhorijul
huruf dibagi menjadi 5 tempat, yaitu :
1. Al-Jauf (rongga mulut)
Huruf
yang keluar dari jauf yaitu : alif, wawu, ya’
2.
Halaq (tenggorokan)
a. Asyqal Halqi (pangkal tenggorokan),
yaitu hamzah ( ء ) dan ha’) هـ )
b. Wasthul Halqi (pertengahan tenggorokan),
yaitu ha’( ح ) dan ‘ain (
ع )
c. Adnal Halqi (ujung tenggorokan), yaitu
ghoin ( غ ) dan kho’ ( خ )
3.
Lisan (lidah)
Bunyi
huruf hijaiyah dengan tempat keluarnya lidah ada 18. Dikelompokkan menjadi 10
makhraj, yaitu :
a. Pangkal lidah dan langit-langit mulut
bagian belakang
Yaitu
huruf qof ( ق ) bunyinya keluar dari
pangkal lidah dekat dengan kerongkongan yang dihimpitkan ke langit-langit mulut
bagian belakang.
b. Pangkal lidah bagian tengah dan
langit-langit mulut bagian tengah
Yaitu
huruf kaf ( ك ) bunyinya keluar dari pangkal lidah di depan makhroj huruf qof
yang dihimpitkan ke langit-langit bagian mulut bagian tengah.
c. Tengah-tengah lidah
Yaitu
huruf jim ( ج ), syin (
ش ), dan ya’ ( ي )
bunyinya keluar dari tengah-tengah lidah serta menepati langit-langit mulut
yang tepat di atasnya.
d. Pangkal tepi lidah
Yaitu
huruf dho’ ( ض ) bunyinya keluar dari tepi lidah (boleh tepi
lidah kanan atau kiri) hingga sambung dengan makhrojnya huruf lam, serta
menepati geraham.
e. Ujung tepi lidah
Yaitu
huruf lam ( ل ) bunyinya keluar dari
tepi lidah (sebelah kiri atau kanan) hingga penghabisan ujung lidah serta
menepati dengan langit-langit mulut atas.
f. Ujung lidah
Yaitu
huruf nun ( ن ) bunyinya keluar dari ujung lidah setelah
makhrojnya lam, lebih masuk sedikit ke dasar lidah serta menepati dengan
langit-langit mulut atas.
g. Ujung lidah tepat
Yaitu
huruf ro’ ( ر ) bunyinya keluar dari
ujung lidah tepat setelah makhrojnya nun dan lebih masuk ke dasar lidah serta
menepati dengan langit-langit mulut atas.
h. Kulit gusi atas
Yaitu
huruf dal ( د ), ta’ (
ت ), tho’ ( ط )
bunyinya keluar dari ujung lidah serta menepati dengan pangkal gigi seri yang
atas.
i. Runcing lidah
Yaitu
huruf shod ( ص ), sin ( س
), za’ ( ز ) bunyinya keluar dari ujung lidah serta
menepati ujung dua gigi seri yang bawah.
j. Gusi
Yaitu
huruf dho’ ( ظ ), tsa’ (
ث ), dzal ( ذ )
bunyinya keluar dari ujung lidah serta menepati dengan ujung dua gigi seri yang
atas.
4. Asy-Syafatain (dua bibir)
Yang
termasuk huruf syafatain yaitu :
a. Fa’ (
ف ) keluar dari dalamnya bibir
yang bawah serta menepati dengan ujung dua gigi seri yang atas.
b. Wawu (
و ), ba’ ( ب ),
mim ( م
) keluar di antara dua bibir (antara bibir atas dan bawah). Hanya saja
untuk wawu bibir membuka, sedangkan untuk ba’ dan mim bibir membungkam.
5.
Al-Khaisyum (pangkal hidung)
Adapun
huruf-hurufnya yaitu huruf-huruf ghunnah mim dan nun dengan ketentuan :
a. Nun bertasydid
b. Mim bertasydid
c. Nun sukun yang dibaca idghom bighunnah,
iqlab dan ikhfa’ haqiqi
d. Mim sukun yang bertemu dengan mim atau
ba’
Bab
Makhorijul huruf ini adalah salah satu
bab yang sangat penting dalam ilmu tajwid.
B.
Pengertian
Sifatul Huruf
Menurut bahasa:
ماقام بالشئ من المعانى
كالعلم والسواد
Berarti suatu arti atau makna yang berada pada sesuatu, seperti ilmu
Menurut istilah:
كيفية عارضة للحرف عند
حصوله فى المخرج من الجهر والرخاوة والهمس والشدة ونحوها
Artinya: Cara baru yang ada pada huruf yang di
hasilkan ketika mengucapkan huruf tersebut pada makhrojnya,
misalnya jahar, rikhwah,
hams, syiddah dan lain-lain.
Ahli qiraat berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah
sifat-sifat huruf hijaiyah. Sebagian menetapkan sebanyak 19 sifat, dan sebagian
lagi menetapkan 18 sifat, 17 sifat, 16 sifat 14 sifat, dan bahkan ada yang
menetapkan 44 sifat. Dari sifat-sifat huruf yang ada, maka tiap-tiap huruf
hijaiyah dalam Al-Qur’an paling sedikit mempunyai 5 sampai 7 sifat. Pada
kesempatan ini kita bicarakan sebanyak 19 sifat-sifat huruf yang lebih umum
dibicarakan oleh ahli qiraat. Kita bagi menjadi dua kelompok, yaitu :
I.
Sifat-sifat huruf yang berlawanan sebanyak 5 sifat ditambah lawannya 5 sifat,
sehingga seluruhnya menjadi 10 sifat, yaitu :
1.
جَهْرٌ (JAHAR) = Jelas, 2. هَمْسُ (HAMAS) = Samar
3.
شِدَّةٌ (SIDDAH) = Kuat 4. رَخَاوَةٌ (Rakhawah) = Lunak
5.
اِسْتِعْلاَءٌ (ISTI’LA’)= Terangkat 6.اِسْتِفَالٌ (ISTIFAL) = turun
7.
اِطْبَاقٌ (ITHBAQ) = Tertutup
8. اِنْفِتَاحٌ(INFITAH) = Terbuka
9.
اِصْمَاتٌ (ISHMAT)= Diam 10
اِذْلاَقٌ (IDZLAQ) = Lancar
URAIAN
10 SIFAT-SIFAT HURUF
1.
جَهْرٌ (JAHAR) = Jelas. Maksudnya ialah membunyikan huruf dengan tidak berdesis
dan nafas tertahan, sehingga bunyi terdengar lebih jelas dan bersih. Hurufnya
ada 19 yaitu : عَظُمَ وَزْنُ قَارِئٍ ذِيْ غَضٍّ جِدٍّ طَلَبَ
2.
هَمْسُ (HAMAS) = Samar. Maksudnya ialah membuinyikan huruf dengan berdesis dan
nafas terlepas, sehingga bunyi huruf terdengar agak samar. Hurufnya ada 10
yaitu : فَحَثَّهُ شَخْصٌ سَكَتَ
3.
شِدَّةٌ (SIDDAH) = Kuat. Maksudnya ialah membunyikan huruf dengan suara
tertahan dan lebih kuat tertahannya ketika mati atau waqaf. Hurufnya ada 8
yaitu : اَجِدُ قِطَّ بَكَتْ
4.
رَخَاوَةٌ (Rakhawah) = Lunak. Maksudnya ialah membunyikan huruf dengan suara
terlepas, berlalu /berjalan beserta huruf itu. Hurufnya ada 16 yaitu :
خُذْ
غَثَّ حَظَّ فّضَّ شُوْصٍ زَيَ سَاهٍ
5.
اِسْتِعْلاَءٌ (ISTI’LA’)= Terangkat. Maksudnya ialah membunyikan huruf dengan
mengangkat pangkal lidah ke langit-langit mulut, sehingga bunyi huruf menjadi
lebih tinggi, tebal dan berat. Hurufnya ada 7 yaitu : خُصَّ ضّغْطٍ قِظْ
6.اِسْتِفَالٌ
(ISTIFAL) = turun. Maksudnya ialah membunyikan huruf dengan menurunkan pangkal
lidah ke dasar lidah, sehingga bunyi huruf menjadi rendah, tipis dan ringan.
Hurufnya ada 22 yaitu : ثَبَتَ عِزُّ مَنْ يُجَوِّدُ حَرْفَهُ اِنْ سَلَّ شَكَا
7.
اِطْبَاقٌ (ITHBAQ) = Tertutup. Maksudnya ialah membnyikan huruf dengan
melengkungkan keliling lidah ke langit-langit mulut, sehingga bunyinya lebih
besar dan berat. Hurufnya ada 4 yaitu : صَضْطَظَ
8.
اِنْفِتَاحٌ (NFITAH ) = Terbuka. Maksudnya ialah membunyikan huruf dengan
pertengahan lidah terbuka (tidak melengkungkan keliling lidah ke
langit-langit), sehingga bunyi huruf lebih kecil dan ringan. Hurufnya 25 yaitu:
مَنْ
اَخَذَ وَجَدَ سَعَةً فَزَكَا حَقٌّ لَهُ شُرْبُ غَيْثٍ
9.
اِصْمَاتٌ (ISHMAT)= Diam atau menahan. Maksudnya ialah membunyikan huruf dengan
berat dan tertahan. Hurufnya ada 23 yaitu :
جَزُّ
غِشَّ سَاخِطٍ صَدَّ ثِقَةٍ اِذْوَعَظَهُ يَحُضُّكَ
10
اِذْلاَقٌ (IDZLAQ) = Lancar, ujung atau tajam. Maksudnya ialah membunyikan
huruf dengan ringan dan lancar. Hurufnya ada 6 yaitu : فَرَّ مِنْ لُبٍّ
II.
Sifat-sifat huruf yang tidak berlawanan sebanyak 9 yaitu : 1. تَوَسُّطٌ
(TAWASSUTH) = Pertengahan antara Syiddah dan Rakhawah. 2. لَيِّنٌ (LAYYIN) =
Lunak 3. اِنْحِرَافٌ (INHIRAF) = Condong. 4.تَكْرِيْرٌ (TAKRIR) =
Mengulang-ulang. 5. صَفِيْرٌ (SHAFIR) = Siul/Seruit. 6. تَفَشِّيْ (TAFASY-SYI)
= Menyebar. 7. قَلْقَلَةٌ (QALQALAH) = Goncang. 8. اِسْتِطَالَةٌ (ISTITHALAH) =
Memanjang. 9. غُنَّةٌ (GHUNNAH) = Berdengung.
URAIAN
9 SIFAT-SIFAT HURUF
11.
تَوَسُّطٌ (TAWASSUTH) = Pertengahan antara Syiddah dan Rakhawah. Maksudnya
ialah membunyikan huruf
12.
لَيِّنٌ (LAYYIN) = Lunak. Maksudnya ialah membunyikan huruf dengan lunak, lemah
dan lembut, ketika huruf itu mati dan jatuh sesudah harakat fathah. Hurufnya
ada 2 yaitu : _َوْ _َ يْ = خَوْفٌ - سَوْفَ - كَيْفَ - اِلَيْكَ -
13.
اِنْحِرَافٌ (INHIRAF) = Condong. Maksudnya ialah membunyikan huruf condong ke
ujung lidah dengan sedikit melenturkan (melengkungkan) lidah. Hurufnya ada 2
yaitu : ل ر
14.
تَكْرِيْرٌ (TAKRIR) = Mengulang-ulang. Maksudnya ialah membunyikan huruf dengan
lidah bergetar tidak lebih dari dua getaran. Apabila getarannya sampai tiga
kali, maka tercelalah. Dan apabila sampai empat getaran, berarti huruf itu
telah menjadi dua huruf. Hurufnya ada satu yaitu : ر
15.صَفِيْرٌ
(SHAFIR) = Siul atau seruit. Maksudnya ialah membunyikan huruf dengan berdesir
bagaikan suara seruling. Hurufnya ada tiga, yaitu : ص ز س
16.
تَفَشِّيْ (TAFASY-SYI) = Menyebar. Maksudnya ialah membunyikan huruf dengan
angin tersebar di mulut. Hurufnya ada satu, yaitu : ش
17.قَلْقَلَةٌ
(QALQALAH) = Goncang. Maksudnya ialah membunyikan huruf dengan concangan pada
makhrajnya, sehingga terdengar pantulan suara yang kuat pada sat mati atau
dimataikan karena berhenti (waqaf) Hurufnya ada lima, yaitu : قُطْبُ جَدٍ
Qalqalah
terbagi menjadi dua, yaitu :
a.
قَلْقَلَةٌ صُغْرَى (QALQALAH SHUGHRA), yaitu pantulan suara huruf qalqalah agak
lebih kecil, karena huruf qalqalahnya itu mati asli berada di tengah-tengah
kata atau kalimat. Contoh : يَقْبَلُ – يَطْبَعُ – يَدْخَلُ – يَجْعَلُ – يَبْتَغُ
b.
قَلْقَلَةٌ كُبْرَى (QALQALAH KUBRA), yaitu pantulan suara huruf qalqalah agak
lebih besar, karena huruf qalqalahnya itu sebenarnya hidup, tapi dimatikan
ketika waqaf (menghentikan bacaan). Copntoh :
قُلْ
هُوَ اللهُ اَحَدٌ - اَللهُ الصَّمَدُ- لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ- وَلَمْ يَكُنْ
لَّه كُفُوًااَحَدٌ
قُلْ
اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ- مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ- وَمِنْ شَرِّالنَّفَّاثَاتِ فِى
الْعُقَدِ-وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ
18.
اِسْتِطَالَةٌ (ISTITHALAH) = Memanjang. Maksudnya ialah membunyikan huruf
dengan memanjang di salah satu tepi pangkal lidah sampai ke depan. Hurufnya ada
satu, yaitu : ض
19.
غُنَّةٌ (GHUNNAH) = Berdengung. Maksudnya ialah membunyikan huruf dengan suara
berdengung yang keluar dari pangkal hidng. Hurufnya ada dua, yaitu : م ن[1]
C.
Tafsir
Surat Al- Falaq
ö@è% èqããr& Éb>tÎ/ È,n=xÿø9$# ÇÊÈ `ÏB Îh° $tB t,n=y{ ÇËÈ `ÏBur Îh° @,Å%yñ #sÎ) |=s%ur ÇÌÈ `ÏBur Ìhx© ÏM»sV»¤ÿ¨Z9$# Îû Ïs)ãèø9$# ÇÍÈ `ÏBur Ìhx© >Å%tn #sÎ) y|¡ym ÇÎÈ
(yang artinya) :
1. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh,
2. dari kejahatan makhluk-Nya,
3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul ,
5. dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”.
1. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh,
2. dari kejahatan makhluk-Nya,
3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul ,
5. dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”.
Pengenalan
Surat ini dan surat sesudahnya
(surat An Naas) diturunkan secara bersamaan sebagaimana dikatakan oleh Al
Baihaqi dalam Dalailin Nubuwwah. Oleh karena itu, kedua surat ini dinamakan Al
Maw’izatain. Surat ini merupakan surat Makkiyyah (turun sebelum hijrah) dan ada
juga yang mengatakan bahwa surat ini adalah surat Madaniyyah. Surat ini turun
sesudah surat Al Fiil. (Aysarut Tafasir, hal. 1503; At Ta’rif bi Suratil Qur’anil
Karim)
Asbabun Nuzul
Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam disihir oleh orang Yahudi yang bernama Labid bin Al A’shom di Madinah,
Allah Ta’ala menurunkan Al Maw’izatain (surat Al Falaq dan An Naas). Lalu
Jibril ’alaihis salam meruqyah (membaca kedua ayat tersebut) kepada Nabi
shallallahu ’alaihi wa sallam. Berkat izin Allah, Nabi shallallahu ’alaihi wa
sallam sembuh. (Aysarut Tafasir, hal. 1503) [Namun, riwayat sabab nuzul untuk
surat Al falaq dan An Naaas dinilai dhaif oleh Syaikh Muqbil dalam as Shahih al
Musnad min Asbab anNuzul, lihat juga penjelasan Ibnu Katsir]
Tafsir Ayat Pertama
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1)
1. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai
subuh,
Yang dimaksud dengan ‘Robbil
Falaq’ adalah Allah. Al Falaq berasal dari kata ‘falaqo’ yang berarti membelah.
Dalam ilmu shorof ‘Al Falaq’ bermakna isim maf’ul sifat musyabbahah yang
berarti terbelah.
Lebih khusus ‘Al Falaq’ bisa
bermakna Al Ishbah (pagi/shubuh) karena Allah membelah malam menjadi
pagi.
Secara umum ‘Al Falaq’ bermakna
segala sesuatu yang muncul/keluar dari yang lainnya. Seperti mata air yang
keluar dari gunung, hujan dari awan, tumbuhan dari tanah, anak dari rahim
ibunya. Ini semua dinamakan ‘Al Falaq’.
Perhatikan ayat-ayat berikut. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللّهَ فَالِقُ الْحَبِّ
وَالنَّوَى
“Sesungguhnya Allah yang menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan
dan biji buah-buahan.” (QS. Al An’am [6] : 95).
Allah juga berfirman,
فَالِقُ الإِصْبَاحِ
“Dia menyingsingkan pagi.” (QS. Al An’am [6] : 95) (Tafsir
Juz ‘Amma, 294; Ruhul Ma’ani)
Pengertian Ta’awudz
Ta’awudz (isti’adzah) adalah meminta perlindungan kepada
Allah subhanahu wa ta’ala agar terhindar dari marabahaya. (I’anatul Mustafid;
Mutiara Faedah Kitab Tauhid, 95)
Meminta Perlindungan (Isti'adzah) adalah
Ibadah
Meminta perlindungan (isti’adzah)
merupakan ibadah. Karena menghilangkan marabahaya dan kejelekan tidak ada yang
mampu melakukannya selain Allah subhanahu wa ta’ala. Segala sesuatu yang tidak
ada yang mampu melakukannya kecuali Allah, maka hal yang demikian tidaklah
boleh dilakukan (ditujukan) kecuali pada Allah semata. Apabila hal semacam ini diminta kepada selain
Allah, termasuk perbuatan syirik.
Ayat yang menunjukkan bahwa meminta perlindungan hanya boleh kepada Allah (karena Dia-lah yang mampu) dan bukan pada selain-Nya adalah firman Allah Ta’ala,
Ayat yang menunjukkan bahwa meminta perlindungan hanya boleh kepada Allah (karena Dia-lah yang mampu) dan bukan pada selain-Nya adalah firman Allah Ta’ala,
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ
الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka
mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fushshilat [41] : 36)
Allah juga memerintahkan kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta perlindungan kepada-Nya sebagaimana
pada awal surat Al Falaq dan An Naas. Dan perintah untuk Rasulullah berarti
juga perintah untuk umatnya karena umatnya memiliki kewajiban untuk meneladani
beliau.Allah juga menyatakan bahwa meminta perlindungan kepada selain Allah
termasuk kesyirikan sebagaimana pada ayat,
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ
الْأِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقاً
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara
manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka
jin-jin itu menambah bagi mereka rasa takut.” (QS. Al Jin [72] : 6)
Maksudnya adalah Allah akan menambahkan
kepada manusia rasa takut. Oleh karena itu, ini adalah hukuman dari
perbuatan mereka sendiri yang meminta perlindungan pada jin. Dan hukuman pasti
diakibatkan karena dosa. Maka ayat ini menunjukkan celaan bagi manusia semacam
ini karena telah meminta perlindungan kepada selain Allah.
Qotadah dan ulama salaf lainnya mengatakan bahwa makna ’rohaqo’ dalam ayat ini adalah ’itsman’ (dosa).
Qotadah dan ulama salaf lainnya mengatakan bahwa makna ’rohaqo’ dalam ayat ini adalah ’itsman’ (dosa).
Oleh karena isti’adzah berakibat
dosa, maka isti’adzah termasuk ibadah dan bernilai syirik jika ditujukan kepada
selain Allah yang mati dan ghoib. (I’anatul Mustafid; At Tamhid li Syarhi
Kitabit Tauhid)
Tafsir Ayat Kedua
مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2)
2. dari kejahatan makhluk-Nya,
Ayat ini mencakup seluruh yang Allah
ciptakan baik manusia, jin, hewan, benda-benda mati yang dapat menimbulkan
bahaya dan dari kejelekan seluruh makhluk. (Taysir Al Karimir Rahman;
Aysarut Tafasir).Ibnu Katsir mengatakan bahwa ayat ini berarti berlindung dari
kejelekan seluruh makhluk. Tsabit Al Bunani dan Al Hasan Al Bashri menafsirkan
berlindung dari jahannam dan iblis serta keturunannya. (Tafsir Al Qur’an Al
‘Azhim)Ayat ini juga mencakup meminta perlindungan pada diri sendiri.
Ingatlah, nafsu selalu memerintahkan pada kejelekan. Allah Ta’ala
berfirman,
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ
بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي
“Karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. Yusuf [12] :
53).
Maka setiap kali seseorang
mengucapkan ayat ini, maka yang pertama kali tercakup dalam ayat tersebut
adalah dirinya sendiri. Jadi dia berlindung dari kejelekan dirinya
sendiri, yang mungkin sering ujub (berbangga diri) atau yang lainnya.
Sebagaimana yang terdapat dalam khutbatul hajjah:
نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا
“Aku berlindung kepada Allah dari kejelekan diriku sendiri.”
(HR. At Tirmidzi. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if
Sunan At Tirmidzi no. 1105) (Tafsir Juz ‘Amma, 294-295)
Tafsir Ayat Ketiga
وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (3)
3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
Ghosiq dalam ayat ini adalah Al Lail
(malam) dan juga ada yang mengatakan Al Qomar (bulan). Sedangkan Idza Waqob
bermakna apabila masuk (Tafsir Juz ‘Amma, 295; Adhwaul Bayan).Mujahid
mengatakan bahwa ‘ghosiq’ adalah Al Lail (malam) ketika matahari telah
tenggelam sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Ibnu Abi Najih. Demikianlah
yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Muhammad bin Ka’ab Al Qurtubhy, Adh Dhohak,
Khushoif, dan Al Hasan. Qotadah mengatakan bahwa maksudnya adalah malam apabila
telah gelap gulita. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim)Syaikh Asy Syinqithi mengatakan
bahwa pendapat yang kuat adalah tafsiran yang pertama (ghosiq adalah malam)
sebagaimana didukung dengan tafsiran Al Qur’an.
أَقِمِ الصلاة لِدُلُوكِ الشمس إلى
غَسَقِ الليل
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam.” (QS. Al Israa’ [17] : 78)
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam.” (QS. Al Israa’ [17] : 78)
Sedangkan bulan merupakan bagian
dari malam. Dan di malam harilah setan serta manusia dan hewan yang suka
berbuat kerusakan bergentayangan ke mana-mana (Adhwaul Bayan). Kepada Allah-lah
kita meminta perlindungan dari kejahatan dan kejelekan seperti ini.
Tafsir Ayat Keempat
وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4)
4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang
menghembus pada buhul-buhul,
Mujahid, Ikrimah, Al Hasan, dan
Qotadah mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah sihir. Mujahid mengatakan,
”Apabila membaca mantera-mantera dan meniupkan (menyihir) di ikatan tali”
(Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim).Dalam ayat ini disebut dengan ’An Nafatsaat’
yaitu tukang sihir wanita. Karena umumnya yang menjadi tukang sihir
adalah wanita. Namun ayat ini juga dapat mencakup tukang sihir laki-laki dan
wanita, jika yang dimaksudkan adalah sifat dari nufus (jiwa atau ruh) (Ruhul
Ma’ani; Tafsir Juz ’Amma, 295)
Namun perlu diingat bahwa dalam syari’at ini terdapat pula penyembuhan penyakit dengan do’a-do’a yang disyari’atkan yang dikenal dengan ruqyah. Dari Abu Sa’id, beliau menceritakan bahwa Jibril pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Lalu mengatakan,”Ya Muhammad, apakah engkau merasa sakit?” Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengatakan,”Iya”. Kemudian Jibril meruqyah Nabi dengan mengatakan,
Namun perlu diingat bahwa dalam syari’at ini terdapat pula penyembuhan penyakit dengan do’a-do’a yang disyari’atkan yang dikenal dengan ruqyah. Dari Abu Sa’id, beliau menceritakan bahwa Jibril pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Lalu mengatakan,”Ya Muhammad, apakah engkau merasa sakit?” Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengatakan,”Iya”. Kemudian Jibril meruqyah Nabi dengan mengatakan,
بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ مِنْ كُلِّ
شَىْءٍ يُؤْذِيكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ اللَّهُ يَشْفِيكَ
بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ
”Bismillah arqika min kulli sya-in yu’dzika, min syarri
kulli nafsin aw ’aini hasidin. Allahu yasyfika. Bismillah arqika [Dengan
menyebut nama Allah, aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang menyakitimu, dari
kejelekan (kejahatan) setiap jiwa atau ’ain orang yang hasad (dengki). Semoga
Allah menyembuhkanmu. Dengan menyebut nama Allah, aku meruqyahmu].” (HR. Muslim
no. 2186. Ada yang berpendapat bahwa kejelekan nafs (jiwa) adalah ’ain, yakni
pandangan hasad).
Tafsir Ayat Kelima
وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5)
5. dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”.
Hasad adalah berangan-angan hilangnya
nikmat yang ada pada orang lain baik agar pindah kepada diri kita ataupun tidak
(Aysarut Tafasir).
Allah menutup surat ini dengan hasad, sebagai peringatan bahayanya perkara ini. Hasad adalah memusuhi nikmat Allah.
Allah menutup surat ini dengan hasad, sebagai peringatan bahayanya perkara ini. Hasad adalah memusuhi nikmat Allah.
Ahli Hikmah mengatakan bahwa hasad itu dapat
dilihat dari lima ciri :
Pertama, membenci suatu nikmat yang nampak pada orang lain;
Pertama, membenci suatu nikmat yang nampak pada orang lain;
Kedua, murka dengan pembagian nikmat
Allah;
Ketiga, bakhil (kikir) dengan karunia
Allah, padahal karunia Allah diberikan bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya;
Keempat, tidak mau menolong wali Allah
(orang beriman) dan menginginkan hilangnya nikmat dari mereka;
Kelima, menolong musuhnya yaitu Iblis. (Al
Jaami’ liahkamil Qur’an)
Salah satu
dari bentuk hasad adalah ’ain (pandangan hasad). Apabila seseorang
melihat pada orang lain kenikmatan kemudian hatinya merasa tidak suka, dia
menimpakan ’ain (pandangan mata dengan penuh rasa dengki) pada orang lain. ’Ain
ini dapat menyebabkan seseorang mati, sakit atau gila. ’Ain ini benar adanya
dengan izin Allah Ta’ala.
Allah memerintahkan kepada kita
untuk berlindung kepada-Nya dari malam apabila gelap gulita, dari sihir yang
ditiupkan pada buhul-buhul, dan dari orang yang hasad apabila dia hasad, karena
ketiga hal ini adalah perkara yang samar. Banyak kejadian pada malam hari yang
samar yang dapat memberikan bahaya kepada kita. Begitu juga sihir adalah suatu
hal yang samar, jarang kita ketahui. Dan begitu juga hasad dari orang lain, itu
adalah hal yang samar. Dan ketiga kejelekan (kejahatan) ini masuk pada keumuman
ayat kedua,
`ÏB Îh° $tB t,n=y{ ÇËÈ “dari kejahatan
makhluk-Nya.” (Tafsir Juz ’Amma, 296)
Lalu bagaimana jalan keluar agar terbebas dari tiga kejelekan (kejahatan) ini
Lalu bagaimana jalan keluar agar terbebas dari tiga kejelekan (kejahatan) ini
Pertama, dengan bertawakkal pada
Allah, yaitu menyerahkan segala urusan kepada Allah Ta’ala.Kedua, membaca wirid-wirid (dzikir-dzikir) yang dapat
membentengi dan menjaga dari segala macam kejelekan. Perlu diingat bahwasanya
kebanyakan manusia dapat terkena sihir, ’ain, dan berbagai kejelekan lainnya
dikarenakan lalai dari dzikir-dzikir. Ingatlah bahwa bacaan dzikir merupakan
benteng yang paling kokoh dan lebih kuat daripada benteng ’Ya’juj dan Ma’juj’.
Namun, banyak dari manusia yang melupakan hal ini. Banyak di antara mereka yang
melalaikan dzikir pagi dan petang, begitu juga dzikir ketika hendak tidur.
Padahal dzikir-dzikir tersebut mudah untuk dihafalkan dan dibaca. (Tafsir Juz
’Amma, 296)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Makhorijul Huruf adalah tempat-tempat keluarnya
huruf pada waktu huruf itu dibunyikan. Di dalam membaca Al-Qur’an kita harus membunyikan huruf sesuai dengan
makhrajnya. Karena jika terjadi suatu kesalahan dalam pelafalan huruf, itu bisa
menimbulkan arti baru. Dalam hal ini jika dilakukan dengan sengaja akan
menimbulkan kekafiran. Maka dari itu belajar makhorijul huruf ini sangat
penting bagi kita.
Makhorijul
huruf dibagi menjadi 5 tempat, yaitu :1.
Al-Jauf (rongga mulut),2. Halaq (tenggorokan),3. Lisan (lidah),4. Asy-Syafatain (dua bibir),5. Al-Khaisyum
(pangkal hidung). dan Sifatul
huruf adalah karakter sebuah huruf, apakah sebuah huruf bernuansa tebal atau
tipis, dengung atau tidak, keluar nafas atau tidak, dan sebagainya.
Seperti misalnya huruf kha dan kĥo. Dua- duanya memiliki tempat keluar suara (makhroj) yang sama namun berbeda sifat. Tanpa membedakan sifatnya, arti dan maknanya bisa rancu.
Seperti misalnya huruf kha dan kĥo. Dua- duanya memiliki tempat keluar suara (makhroj) yang sama namun berbeda sifat. Tanpa membedakan sifatnya, arti dan maknanya bisa rancu.
Surat
al-Falaq terdiri dari lima ayat dan tergolong makkiyyah (diturunkan
sebelum hijrah). Bersama surat an-Nas, ia disebut al-Mu’awwidzatain.
Disebut demikian karena keduanya mengandung ta’widz
(perlindungan). Keduanya termasuk surat yang utama dalam Al-Qur’an.
Keutamaan surat al-Falaq selalu disebut bersamaan dengan surat an-Nas.
Kita memohon perlindungan hanya kepada Allah dari semua kejahatan secara
umum, dan beberapa hal secara khusus karena lebih sering terjadi, lebih samar
atau karena mengandung bahaya yang lebih.
Mewaspadai kejahatan malam, tukang sihir dan pendengki.
Sihir dan ‘ain adalah perkara yang hakiki.
Kesempurnaan agama Islam yang mengajarkan cara melindungi diri dari
berbagai kejahatan.
Kekurangan sebagian umat Islam dalam memahami, mengamalkan dan
menghayati ajaran Isla
DAFTAR PUSTAKA
Ustaz
Ismail Tekan ,2006,Tajwid Al Qur’anul Karim ,Jakarta :PT Pustaka
Al Husna Baru
Tafsir Juz ‘Amma, Website Syaikh Muhammad
bin Shalih al-’Utsaimin.
0 Response to "Makharijul Huruf, Sifatul Huruf, Dan Tafsir Surat Al- Falaq"
Post a Comment