PENDIDIKAN ISLAM MENURUT REALISME
Oleh:
Kelompok 5
Nur
Asiah
Wardah
Nurmasyitah
Murniati
DOSPEN : Kamaruddin, S.Pd.I, MA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ALMUSLIM
BIREUEN PROVINSI ACEH
TAHUSN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan diartikan sebagai usaha
manusia untuk mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun
rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan.
Dalam
perkembangannya beberapa lembaga pendidikan mengadakan inovasi dalam
mengembangkan kurikulum yang digunakan agar sesuai dengan tuntunan zaman dan
relevan dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Ada beberapa komponen
yang ada dalam proses pembelajaran, diantaranya yaitu kurikulum, metode, materi
pelajaran, guru dan siswa. Setiap komponen tersebut mempunyai keterkaitan
antara satu dengan yang lainnya.
Filsafat
pendidikan berkaitan dengan penetapan hakekat dan tujuan, alat pendidikan dan
kemudian menerjemahkan prinsip-prinsip ini ke dalam kebijakan-kebijakan untuk
mengimplementasikannya. Filsafat pendidikan berperan dalam memberikan pedoman
kepada para perencana pendidikan dan orang-orang yang terlibat di dalam dunia
pendidikan. Dengan demikian sebagai alternatif acuan dalam merumuskan tujuan
tersebut dapat juga mempertimbangkan dan mengambil salah satu falsafah dalam
aliran filsafat.
Ada banyak
aliran dalam filsafat, salah satunya adalah realisme, yang dasar filosofisnya
adalah objek atau dunia luar adalah nyata. Realisme memandang bahwa kenyataan
berbeda dengan jiwa yang mengetahui objek atau dunia luar tersebut. Dalam
makalah ini akan diuraikan tentang realisme, tokoh-tokohnya serta implikasi
pendidikan realisme yang meliputi tujuan pendidikan, kurikulum, metode, guru
dan siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
Pendididkan Islam Menurut Realisme
A.
Pengertian Realisme
Realisme
adalah paham atau ajaran yang selalu bertolak dari kenyataan. Realisme
merupakan filsafat yang memandang realitas sebagai dualitas, yaitu dunia fisik
dan dunia rohani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek
yang menyadari dan mengetahui dan adanya realita di luar manusia yang dapat
dijadikan objek pengetahuan manusia.[1]
Aliran ini
berbeda dengan Idealisme yang memandang hakekat dunia pada dunia spiritual
semata dan Materialisme yang memandang hakekat kenyataan adalah kenyataan yang
bersifat fisik semata. Realisme memandang dunia ini mempunyai hakekat keduanya,
yaitu dunia fisik dan dunia rohani.
Realisme adalah
filsafat yang timbul pada zaman modern, Realisme memandang bahwa dunia luar
adalah nyata, dan kenyataan itu berbeda dengan jiwa yang mengetahui dunia luar
tersebut. Orang dapat memiliki pengetahuan yang kurang tepat mengenai benda
yang sesungguhnya tetapi sebaliknya dapat memiliki gambaran yang tepat mengenai
apa yang nampak.[2]
B.
Bentuk- Bentuk Realisme
Kneller yang dikutip Uyoh Sadulloh Membagi
realisme menjadi dua bentuk, yaitu realisme rasional dan realisme naturalis.
1. Realisme Rasional
Realisme
rasional juga terbagi atas realisme klasik dan realisme religius. Kedua aliran
ini sepakat bahwa dunia materi adalah nyata dan Tomisme (yang menganut
paham Thomas Aquinas) berpandangan bahwa materi dan jiwa diciptakan oleh Tuhan,
dan jiwa lebih penting dari pada materi karena Tuhan adalah rohani yang
sempurna. Manusia adalah perpaduan kesatuan materi dan rohani dimana badan dan
roh menjadi satu. Manusia bebas dan bertanggung jawab untuk bertindak namun
juga lahir kedunia untuk mencintai dan mengasihi pencipta, karena manusia
mencari kebahagian abadi.
a.
Realisme
Klasik
Realisme
klasik berpandangan bahwa manusia sebenarnya memiliki ciri rasional.
Dengan demikian manusia dapat menjangkau kebenaran umum. Eksistensi Tuhan
merupakan penyebab pertama dan utama realistas alam semesta.
Memperhatikan
intelektual adalah penting bukan saja sebagai tujuan melainkan sebagai alat
untuk memecahkan masalah. Menurut realisme klasik pengalaman manusia penting
bagi pendidikan. Aristoteles, mengungkapkan terdapat aturan moral universal
yang diperoleh dengan akal dan mengikat manusia sebagai mahluk rasional.
Tokoh
Realisme klasik adalah Aristoteles yang hidup pada tahun 384-322SM. Aristoteles
adalah murid Plato (tokoh filosof Idealisme). Dia lahir di kota Stagira,
bapaknya Machaon adalah seorang dokter dan sahabat dari raja Amyntas II
kerajaan Macedonia. Pendidikan kedokteran didapat langsung dari ayahnya dan dia
pun termasuk anggota perhimpunan kedokteran yang bernama asclepiads. [3]
Di Indonesia perhimpunan kedokteran dikenal dengan IDI (Ikatan dokter
Indonesia).
Aristoteles
adalah seorang yang jenius, karena hampir semua ilmu dimasanya dikuasai
disamping ilmu kedokteran, seperti Matematika, astronomi, retorika.
Kecintaannya pada ilmu pengetahuan didukung oleh kekayaan orang tuanya untuk
mengoleksi buku, hingga di rumahnya dibuat perpustakaan dan merupakan
perpustakaan pertama yang ada di kota Athena.
Selama 20
tahun Aristoteles belajar di Akademi Plato. Dan dia pun memendirikan sekolah
sendiri yang diberi nama Lyceum. Ada beberapa hal yang membuat dirinya
berbeda dengan sang guru, walau demikian dia juga tidak terlepas dari pengaruh
gurunya Plato.[4]
Aristoteles
menyatakan bahwa pengalaman bukanlah pengetahuan yang merupakan banyangan
belaka dan bukan tiruan atau semata-mata bayangan dari ide. Ide sama sekali
tidak terlepas dari realitas dan keadaan yang nyata.. Aristoteles membagi
adanya sesuatu kepada bermacam-macam lingkungan seperti fisika, biologi, etika,
politik, dan psikologi. Adanya yang dipelajari dan diketahui adalah
kenyataan-kenyataan yang nampak di dunia nyata.
Realisme
klasik berpandangan bahwa manusia pada hakekatnya memiliki ciri rasional.
Dunia dikenal melalui akal, dimulai dengan prinsip self evident. self
evident merupakan hal yang penting dalam filsafat realisme karena evidensi
merupakan asas pembuktian tentang realitas dan kebenaran sekaligus.self
evident merupakan asas untuk mengerti kebenaran sekaligus untuk membuktikan
kebenaran. self evident juga merupakan asas bagi pengetahuan yang
mempunyai makna bahwa pengetahuan yang benar buktinya ada di dalam kebenaran
pengetahuan itu sendiri.
Pengetahuan
tentng Tuhan, sifat-sifat Tuhan dan eksistensi Tuhan adalah bersifat self
evident .artinya keberadaan Tuhan tidak perlu dibuktikan dengan bukti-bukti
lain. Eksistensi Tuhan merupakan prima kausa, penyebab pertama dan utama
dari segala yang ada, yakni merupakan penyebab dari realitas alam semesta.
Singkatnya keberadaan alam yang nyata ini adalah bukti dari eksistensi Tuhan.
Menurut
Realisme memperhatikan intlektual adalah penting, karena dipergunakan sebagai
alat untuk memecahkan masalah. Sedangkan bahan pendidikan yang esensial bagi
aliran ini adalah pengalaman manusia. Apa yang merupakan penyatuan dan
pengulangan dari pengalaman manusia.
b. Realisme religius
Tokohnya
adalahThomas Aquinas (1225-1274). Dia dilahirkan dekat kota Aquio, dan disebut
Thomas Aquinas, masa mudanya ai menjadi murid Albertus di Paris.
Kemudian ia mengikuti jejak gurunya menjadi pembesar Ordo di Jerman,
sekembalinya di Paris ia menjadi dosen di sana.[5]
Karya-karya
Thomas sangat banyak dan sampai saat ini masih dipelajari bahkan dijadikan
pedoman bagi mereka yang menganut paham ini. Aliran Thomas disebut Tomisme.
Realisme
religius berpendapat bahwa terdapat dua order yang terdiri atas “order
natural” dan “order supernatural”. Kedua order tersebut berpusat
pada Tuhan. Tuhan adalah pencipta semesta alam dan abadi. Pendidikan merupakan
suatu proses untuk meningkatkan diri, guna mencapai yang abadi. Dan tujuan
pendidikan adalah mempersiapkan manusia untuk hidup di dunia sekarang dalam
arti untuk mencapai tujuan akhir yang abadi untuk hidup di dunia akherat.
Mengenai
moral, realisme religius menyetujui bahwa manusia dapat memahami banyak hukum
moral dengan menggunakan akal, namun hukum-hukum moral tersebut diciptakan oleh
Tuhan. Tuhan telah memberkahi manusia dengan kemampuan rasional yang sangat
tinggi untuk memahami hukum moral tersebut.
Sedangkan
tujuan pendidikan menurut aliran ini adalah keselamatan atau kebahagiaan
jasmani dan rohani sekaligus. Anak yang lahir pada dasarnya rohaninya dalam
keadaan baik, jika diberikan pendidikan yang baik ia akan menerima kebaikan dan
menjauhi kejahatan bukan hanya perintah akal melainkan juga karena perintah
Tuhan.
2. Realisme Naturalis
Teori
pengetahuan (epistemologi) realisme natural mengatakan bahwa dunia yang diamati
bukan hasil kreasi akal atau jiwa manusia, melainkan dunia sebagaimana adanya.
Aturan-aturan alam tersebut merupakan penampakan atau penampilan dari dunia
atau alam itu sendiri.[6]
Manusia tidak mengetahui tentang hukum-hukum alam tersebut dan akan dapat
diketahui dan ditemukan tahun demi tahun dengan perantaraan penelitian
instrumental dari ilmu pengetahuan.
Pengetahuan
yang benar adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman empiris dengan
jalan observasi atau penginderaan. Dan teori ini disebut teori pengetahuan
empirisme yaitu, pengalaman merupakan faktor fundamental sehingga merupakan
sumber dari pengetahuan manusia.
Sedangkan
teori kebenaran yang dipergunakan oleh kaum realisme natural adalah teori
korespondensi yaitu, kebenaran itu adalah persesuaian terhadap fakta dengan
situasi yang nyata. Menurut teori ini, pengetahuan baru dikatakan benar apabila
sesuai dengan teori atau pengetahuan terdahulu yang telah ada. Karena teori
yang telah ada tersebut adalah benar, sesuai dengan fakta.
Pandangan
terhadap nilai, kaum realisme berpendapat bahwa kebaikan adalah yang
menghubungkan manusia dengan lingkungannya dan kejahatan adalah yang menjauhkan
manusia dari lingkungannya. Realisme natural juga mengajarkan bahwa baik dan
salah adalah pemahaman manusia tentang alam, bukan dari prinsip-prinsip nilai
agama atau dari luar alam ini. Moralitas dilandasi oleh hasil penelitian ilmiah
yang telah menunjukkan kemanfaatannya pada manusia sebagai spisies tertinggi
dari hewan. Manusia harus meningkatkan kebaikan-kebaikan dengan menggunakan
ukuran-ukuran untuk memperbaiki konstitusi genetik, mengatasi kesejahteraan
dengan perbaikan lingkungan dimana manusia hidup.
Konsep
pendidikan realisme natural mengemukakan bahwa pendidikan berkaitan dengan
dunia di sini dan sekarang. Dunia bukan sesuatu yang eksternal melainkan diatur
oleh hukum alam. Jiwa merupakan produk alam dan bersifaf bilogis, berkembang
dengan cara menyesuaikan diri dengan alam. Dengan demikian pendidikan haruslah
ilmiah dan yang menjadi objek penelitiannya adalah kenyataan dalam alam.
Dalam
memberikan pendidikan di sekolah terlebih dahulu hendaknya memilih dan
menetapkan materi apa yang akan diberikan. Inisiatif dalam pendidikan adalah
guru karena guru yang menyampaikan materi di kelas. Materi atau bahan pelajaran
yang baik adalah bahan pelajaran yang dapat menarik minat dan sesuai dengan
kebutuhan siswa. Dalam hal ini guru harus bisa memvariasikan metode
mengajar agar siswa tidak merasa bosan.
Adapun
tokoh dalam aliran realisme naturalis ini adalah Francis Bacon, Jhon Locke, dan
pada abad keduapuluh tercatat juga Alfred North Whitehead dan Betrand
Russel. Berikut akan diuraikan sedikit biografi tokoh-tokoh tersebutdi
atas.
1. Francis Bacon (1561-1626)
Francis
bacon
adalah seorang negarawan Inggris yang lahir pada tahun 1561. Ia adalah putera
pegawai eselon tinggi masa Ratu Elizabeth I. Selain seorang filosof ia
juga politikus. Karir politiknya dimulai ketika berusia dua puluh tiga tahun,
dia terpilih jadi anggota Majelis rendah. Pada tahun 1603 Ratu Elizabeth wafat,
dan Bacon menjadi penasehat penggantinya, Raja James I.
Masih
menurut sumber media.isnet, pada pemerintahan Raja James I, karir bacon maju
pesat. Tahun 1607 jadi konsultan umun bidang hukum dan tahun 1613 dia menjadi
jaksa agung. Pada tahun 1618 dia ditunjuk jadi ketua Majelis Tinggi, yang
kedudukannya setara dengan hakim agung pada Mahkamah Agung di Amereika Serikat.
Mengenai
pandangan hidup tentang alam, bahwa alam harus dikuasai manusia. Alam tidak
dapat dikuasai kecuali dengan menguasai pengetahuan. Tujuan ilmu adalah
perluasan pengetahuan ras manusia terhadap alam, tetapi hal ini dapat dicapai
hanya dengan pengetahuan yang tepat tentang sebab-sebab yang terkandung dalam
Alam.
Menurut Francis
Bacon, jiwa rasional mempunyai tiga macam daya, yaitu daya ingatan yang
menciptakan sejarah, daya imajinasi menciptakan puisi dan daya pikir
menghasilkan filsafat. Filsafat terdiri atas tiga bagian, yaitu (1) Filsafat tentang
Tuhan atau teologi, (2) Filsafat tentang alam, (3) Filsafat tentang manusia.
2. Jhon Locke (1632-1704)
Jhon Locke
dilahirkan di Wrington, Inggris pada tahun 1632. Dia memperoleh
pendidikan di universitas Oxford memperoleh sarjana muda tahun 1656 dan
gelar sarjana penuh tahun 1658. Anak dari seorang ahli hukum. Ia suka akan
teologi dan filsafat tetapi kondisi yang tidak memungkinkan ketika itu, ia
belajar di kedokteran dan penyelidikan kimia.
Locke
melakukan riset untuk menyelidiki kemampuan pengetahuan manusia, sampai
kemanakah ia dapat mencapai kebenaran dan bagaimanakah mencapainya itu.
Menurutnya seluruh pengetahuan pada hakekatnya berasal dari pengalaman. Apa
yang kita ketahui melalui pengalaman itu bukanlah obyek atau benda yang hendak
kita ketahui sendiri. Melainkan hanya kesan-kesan pada panca indera kita.
Dalam
bukunya An Essay Concerning Human understanding, Locke
berpendapat bahwa ide datang dari dua sumber pengalaman, yaitu pengalaman
lahiriah (sensation) dan pengalaman batiniah (reflection). Kedua
pengalaman ini saling terkait. Locke melukiskan bahwa pikiran sebagai sesuatu
lembaran kosong yang menerima segala sesuatu dari pengalaman. Materi-materi
diperoleh secara pasif melalui pancaindera dan dengan aktivitas pikiran
materi-mteri itu disusun menjadi suatu jaringan pengetahuan yang disebutnya
sebagai reflection.
3. Alfred North Whitehead (1861-1947)
Alferd
NorthWhitehead adalah anak bungsu dari empat orang besaudara, ayah nya
seorang pendeta yang bernama Alferd Whitehead dan ibunya Maria Sarah. Kedudukan
sebagai anak bungsu membuat Alferd kecil mudah sakit dan manja, ini menyebabkan
ia tidak menikmati sekolah dasar dan pendidikan diperoleh lewat ajaran ayahnya
sampai dia berumur 14 tahun.
Ketika
berusia 10 tahun dia belajar bahasa Latin dan pada usia 12 tahun ia belajar
bahasa Yunani dari sang ayah. Pada tahun 1879 Whitehead mendapatkan beasiswa di
Trinity College dan mengharuskannya tinggal di asrama. Di sini Whitehead
mendapat bimbingan dari J.W.L. Glaisher, HM.Taylor dan W.D.Niven. prestasi
akademiknya terus meningkat ketika dia memenangkan perlombaan pada tahun
1884 membahas tentang teori Maxwell tentang teori elektrisiti dan magnetism.
Setelah
mendapat beasiswa, Whitehead menjadi dosen matematika. Whitehead suka
menyendiri dan jarang melakukan komunikasi dengan sesama matematikawan.
Whitehead menjadi professor selama 10 tahun di London sebelum menerima tawaran
menjadi dosen filsafat di Harvard pada tahun 1924, dan terus mengajar hingga
pensiun pada tahun 1937. Semasa menjadi dosen berbagai penghargaan
diperolehnya, antara lain terpilih menjadi anggota Royal Society pada tahun
1903, dan memperoleh medali Sylvester pada tahun 1925. Banyak Universitas
member penghargaan atau gelar kehormatan kepada Whitehead termsuk Manchester, St.Anrews,
Wisconcin, Harvard, Yale dan Montreal.
Whitehead
menjadi filosof melalui matematika, dia berkolaborasi dengan Betrand Russel
dalam menghasilkan karya fenomenal yaitu Trilogi Principia Mathematica
yang terbit pada tahun 1910, 1912 dan 1913.[7]
Karya filsafatnya yang lain adalah Science and the Modern World, dan
pandangannya tentang pendidikan dapat dijumpai dalam buku The Aims of
Education and Other Essays.
4. Betrand Russell (1872-1970).
Betrand
Russell
lahir pada tahun 1872. Beliau lahir dari kalangan bangsawan. Pada usia 2 tahun
ibunya meninggal dan 2 tahun kemudian ayahnya juga meninggal. Russel diasuh
oleh orang tua ayahnya. Kakeknya Lord Jhon Russell merupakan perdana
menteri Britania Raya pada era Ratu Victoria. Russel kecil diasuh sepenuhnya
oleh neneknya Lady Russell.
Russell menempuh pendidikan di bidang ilmu
pasti dan filsafat di Universitas Cambridge, gurunya diantaranya Alfred
North Whitehead dan di Cambridge Beliau bertemu dengan George Edward
Moore yang kemudian menjadi sahabatnya. Selama hidupnya Russell
sangat produktif dalam menulis buku, kurang lebih 71 buku dan brosur, yang
membahas tentang berbagai macam permasalaham mulai dari filsafat, pendidikan
masalah moral, agama, sejarah, dan politik.
Antara
tahun 1911-1915 Russell mengajar di Universitas Cambridge. Karena pada
tahun 1916 Ia keluar dari Cambridge karena Ia dihukum sebab menolak untuk
mengikuti wajib militer, bahkan sampai dipenjara karena Ia mempropagandakan
pasifisme pada tahun 1918. Setelah Ia tidak mengajar lagi di Cambridge sebagai
dosen tetap, Ia selalu menjadi dosen tamu bahkan sampai memberi ceramah-ceramah
di berbagai Universitas di Amerka Serikat.
Russell memang manusia yang penuh dengan
gagasan-gagasan, bahkan gagasan-gagasannya tentang pendidikan coba diterapkan
bersama istrinya dengan mendirikan sekolah yang menganut sistem pendidikan
progresif. Ia juga aktif dalam aksi-aksi melawan persenjataan nuklir. Bahkan Russel
sempat menulis beberapa buku tentang permasalahan nuklir. Menjelang akhir
hidupnya, Ia menerbitkan buku yang mengungkapkan kejahatan perang yang
dilakukan oleh tentara Amerika di Vietnam. Russel juga mendirikan
Pengadilan Internasional untuk mengadili kejahatan-kejahatan perang, salah
seorang anggotanya adalah Jean Paul Sartre.
Pada tahun
1970 Russell meninggal dunia, dan seluruh bukunya diwariskan pada
Universitas McMaster, Hamilton, Ontario, Kanada yang Ia gabungkan sendiri ke
dalam The Collected Papers of Bertrand Russell sebanyak 14 jilid
ditambah Bibliography sebanyak 3 jilid.
Berikut
ini beberapa karya Bertrand Russell lainnya, seperti The Analysis of Mind (1921),
The Analysis of Matter (1927) dan juga Human Knowledge, Its Scope and
Limits (1948). Buku yang juga cukup terkenal adalah A History of Western
Philosophy (1945).
C. Realisme dalam filsafat
pendidikan
1. Tujuan Pendidikan
Realisme
klasik berpendapat bahwa pendidikan bertujuan agar anak menjadi manusia
bijaksana yaitu seseorang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap
lingkungan fisik dan sosial. Sedangkan realisme religius mengemukakan bahwa
tujuan utama pendidikan adalah mempersiapkan individu untuk dunia dan akherat,
dan mendorong siswa memiliki keseimbangan intlektual yang baik, bukan
semata-mata penyesuaian terhadap lingkungan fisik dan sosial saja.
Menurut
Ramayulis & Samsul Rizal. tujuan pendidikan yang pertama adalah
transmisi dari kebenaran universal yang terpisah dari pikiran, pendapat dan
pernyataan intlektual, tujuan kedua adalah transmisi dari pengetahuan Tuhan, pengetahuan
manusia dan masalah alamiah hanya ada jika ada Tuhan, serta tujuan yang ketiga
adalah transmisi nilai atau keunggulan kultural pendidikan seharusnya
menjadikan seseorang sadar terhadap dunia nyata, termasuk nilai dan potensi
kehidupan.[8]
Locke mengemukakan
ada beberapa hal tujuan pendidikan, yakni pertama, pendidikan bertujuan
untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran setiap manusia (bangsa). Oleh
karena itu, sebagai bagian akhir dari pendidikan pengetahuan hendaknya membantu
manusia untuk memperoleh kebenaran, keutamaan dan kebijaksanaan hidup. Kedua,
pendidikan juga bertujuan untuk mencapai kecerdasan setiap individu dalam
menguasai ilmu pengetahuan sesuai dengan tingkatannya. Locke melihat
pengetahuan sebagai usaha untuk membrantas kebodohan dalam hidup masyarakat.
Setiap manusia diarahkan pada usaha untuk mengembangkan potensi-potensi yang
ada dalam dirinya. Ketiga, pendidikan juga menyediakan karakter dasar
dari kebutuhan manusia untuk menjadi pribadi yang dewasa dan bertanggung jawab.
Keempat, pendidikan menjadi sarana dan usaha untuk memelihara dan
membaharui sistem pemerintahan yang ada.
2. Siswa
Konsep
pendidikan pada anak bahwa anak harus diajarkan ukuran moral yang absolut dan
universal karena baik dan benar adalah untuk seluruh umat manusia. Kebiasaan
baik harus dipelajari karena kebaikan tidak datang dengan sendirinya. Anak /siswa dalam tingkat
pendidikan yang paling rendah hendaknya diberikan jenis pendidikan yang sama,
baik itu metode, isi maupun proses pendidikan dan sebaliknya pada tingkat
pendidikan yang paling tinggi.
Menurut
Imam barnadi anak-anak memerlukan tuntunan yang teguh sesuai dengan tujuan
pendidikan yang hendak dicapai. Hal ini diperlukan karena anak harus diangkat
ke atas supaya unsure-unsur serta gerak anak-anak itu selalu berada di atas
bentuk dan tujuannya.
Dalam hal
pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Dalam hal
disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin mental
dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik
3. Guru
Syarat
seorang guru dalam filsafat realisme adalah professional dalam bidangnya,
karena tugas seorang guru terpusat dalam apa yang ia lihat benar kepada murid
secara terus menerus. Sebelum pelajaran mulai guru harus menyiapkan out-line
secara garis besar dari setiap mata pelajaran. Saat ini persiapan mengajar
tersebut dikenal dengan rencana program pengjaran (RPP).
Pada waktu
awal pengajaran guru harus menyiapkan dan menyampaikan informasi tentang
garis-garis besar pelajaran sebelum pelajaran dimulai. Istilah ini disebut
dengan apersepsi. Tujuannya agar guru mengetahui kesiapan anak dalam
menerima palajaran yang akan diberikan.
Seperti
yang dikemukakan di atas bahwa guru harus memiliki syarat kompetensi
professional, bukan hanya dituntut untuk menguasai pengetahuan tapi juga
seorang guru harus terampil dalam teknik mengajar agar hasil prestasi belajar
siswa sesuai dengan apa yang diharapkan.[9]
Apapun
yang dilakukan guru hendaknya membantu untuk pengembangan hakikat
manusia.kepada siswa ditunjukkan kepentingan yang praktis dari setiap sistem
nilai.
4. Kurikulum
Kurikulum
menurut aliran Realisme haruslah bersifat praktis dan membantu siswa. Kurikulum
praktis menurut Jhon Locke seperti membaca, menulis , menggambar, geografi, astronomi, aritmatika,
sejarah, dengan tambahan pelajaran
seperti berkuda, menari, anggar dan hukum. Locke,
menekankan nilai pendidikan bermain dan aktivitas fisik. Locke percaya bahwa anak-anak harus
menghabiskan banyak waktu di udara yang terbuka dan terbiasa dengan panas dan
dingin. Dengan kata lain kurikulum selain memuat materi tentang mental
juga memuat tentang aktivitas fisik.
Selain itu
menurut Locke perkembangan kepribadian yang baik terdiri dari tiga bagian:
kebajikan, kebijaksanaan, dan pendidikan. Kurikulum yang komprehensif mencakup
semua pengetahuan yang berguna. Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan
praktis.[10]
5. Metode
Metode
pengajaran dalam pendidikan realisme tunduk pada prinsip “mempengaruhi dan
menerima”. Realisme menentukan tujuan pendidikannya dengan mempengaruhi dan
memandang realita materi pendidikan yang utama. pendidikan realisme
mengutamakan pendidikan akal (rasio) dan sasaran untuk mendapatkan sesuatu
diperoleh melalui proses berfikir yang didapat melalui metode latihan yang benar.
Oleh karena itu guru berkewajiban untuk menciptakan model-model dalam
pengajaran dengan pendekatan pada kenyataan yang inderawi, kemudian pindah
kepada hal-hal/ materi yang abstrak.[11]
Metode
pengajaran menurut Locke harus membawa para murid kepada praktek
aktivitas-aktivitas kesopanan yang ideal sampai mereka menjadi terbiasa. Locke
tidak sependapat dengan metode pengajaran yang biasa disertai hukuman, karena
tata karma dipelajari melalui teladan dan bahasa dipelajari melalui kecakapan.
Dalam
kegiatan belajar berdasarkan pengalaman baik langsung maupun tidak langsung.
Metode mengajar hendaknya bersifat logis, bertahap atau berurutan. Metode utama
yang digunakan adalah pembiasaan karena aliran realisme juga pengikut
behaviorisme.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Realisme
merupakan filsafat yang memandang realitas sebagai dualitas, yaitu dunia fisik
dan dunia rohani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek
yang menyadari dan mengetahui dan adanya realita di luar manusia yang dapat
dijadikan objek pengetahuan manusia
Realisme
terbagi dua yaitu realisme rasional dan reelisme naturalis. Realisme naturalis
terbagi lagi atas realisme klasik dan relisme religius. Realisme klasik berpandangan
bahwa manusia sebenarnya memiliki ciri rasional. Dengan demikian manusia dapat
menjangkau kebenaran umum. Eksistensi Tuhan merupakan penyebab utama realistas
alam semesta. Tokoh
realisme klasik adalah Aristoteles, sedangkan tokoh realisme religius adalah
Thomas Aquinas, aliran Thomas disebut Tomisme. Realisme naturalis
tokoh-tokohnya adalah Francis Bacon, Jhon Locke, Alfred
North Whitehead dan Betrand Russel.
Tujuan
pendidikan Realisme yaitu penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial. Mengenai
peserta didik, siswa hendaknya diberikan pengetahuan sesuai dengan tujuan
pendidikan dan diterapkan disiplin untuk memperoleh hasil yang baik. Sedangkan
Syarat guru haruslah profesional dibidangnya termasuk trampil dalam teknik
mengajar. Untuk kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna.
Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis. Mengenai metode yang
digunakan berdasarkan pengalaman dan pembiasaan karena realisme juga menganut
behaviorisme
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Hamdan, 1990, Filsafat
Pendidikan,Rineka Cipta, Jakarta
Barnadib,
Imam, 1985, Filsafat Pendidikan Pengantar mengenai sistem dan metode,
IKIP Yogyakarta.
Ozman,
Howard & Samuel M. Craver, 1995, Philosophical foundation of education,
Jersey, Columbus,
Poedjawijatna, 1994, Pembimbing
kearah Alam Filsafat, Rineka Cipta, Jakarta
Ramayulis & Samsul Rizal,
Filsafat pendidikan Islam, 2010, Kalam Mulia, Jakarta
Sadullah , Uyoh, 2003, Pengantar
Filsafat Pendidikan, Alfabeta, Bandung
[2] .
Barnadib, Imam, 1985, Filsafat Pendidikan Pengantar mengenai sistem dan
metode, IKIP Yogyakarta.hal23
0 Response to "PENDIDIKAN ISLAM MENURUT REALISME"
Post a Comment