ACEH (SERAMBI MEKKAH) TERNODAI OLEH #LGBT
Mari Kita... Selamatkan Genersi Aceh...
Aceh, dikenal dengan serambi mekkah daerah yang menerapkan syariat Islam. Kita dikenal sebagai masyarakat yang beradab (taat dan berakidah), namun konstruksi social sangat jauh dari kata taat dan berakidah. Mulai dari berpakaian, tatanan sosial dst. Lalu apakah kita tidak malu kepada Allah?. Saat ini generasi muda atau remaja sudah mulai mengalami Emergency karakter, mereka mulai melupakan nilai norma-norma agama. Beberapa waktu yang lalu kita kedatangan tamu yang tidak terduga dan tidak diharapkan kehadirannya, siapa dia?. Ya, dia adalah seorang tokoh pendiri #Gay Nusantara (Dede Oetomo) mengunjungi Aceh, ada apa seroang tokoh pendiri #Gay mengunjungi aceh? Ada tujuan apa tokoh pendiri #gay mengunjungi Aceh, hidden agenda? Padahal dia sudah tau Aceh adalah daerah yang menerapkan syariat Islam, apakah nilai religiusitas sudah luntur?. Yang menjadi tanda Tanya besar di benak saya, gimana bisa aceh disusupi #LGBT ? gimana bisa generasi muda di Aceh memilih alternatif style menyimpang seperti #LGBT , padahal aceh sangat ketat dalam penerapan syariat Islam, gimana bisa?
Mari Kita... Selamatkan Genersi Aceh...
Aceh, dikenal dengan serambi mekkah daerah yang menerapkan syariat Islam. Kita dikenal sebagai masyarakat yang beradab (taat dan berakidah), namun konstruksi social sangat jauh dari kata taat dan berakidah. Mulai dari berpakaian, tatanan sosial dst. Lalu apakah kita tidak malu kepada Allah?. Saat ini generasi muda atau remaja sudah mulai mengalami Emergency karakter, mereka mulai melupakan nilai norma-norma agama. Beberapa waktu yang lalu kita kedatangan tamu yang tidak terduga dan tidak diharapkan kehadirannya, siapa dia?. Ya, dia adalah seorang tokoh pendiri #Gay Nusantara (Dede Oetomo) mengunjungi Aceh, ada apa seroang tokoh pendiri #Gay mengunjungi aceh? Ada tujuan apa tokoh pendiri #gay mengunjungi Aceh, hidden agenda? Padahal dia sudah tau Aceh adalah daerah yang menerapkan syariat Islam, apakah nilai religiusitas sudah luntur?. Yang menjadi tanda Tanya besar di benak saya, gimana bisa aceh disusupi #LGBT ? gimana bisa generasi muda di Aceh memilih alternatif style menyimpang seperti #LGBT , padahal aceh sangat ketat dalam penerapan syariat Islam, gimana bisa?
Saat ini, masyarakat
Aceh sudah terlalu parsial dalam menanggapi isu/masalah tidak ada lagi
konsistensi dalam berpegang teguh pada keyakinan. Idealisme dan pragmatisme
sudah tergadaikan? Sifat planga-plongo menjadikan generasi muda bermental
budak, apakah sebagai daerah yang beradab dan bermartabat, kita mau menjadi
daerah “keset kaki” yang bisa dijajah oleh siapa saja?
Saat ini Aceh sedang
dihancurkan melalui budaya-budaya yang kita anggap modern, bisa kita lihat dari
tatanan sosial, lifestyle, pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, kriminalitas, dst,
sedang marak di Aceh. Perang akidah menjadi senjata utama jongos (konspirasi
global – yahudi) untuk menghancurkan daerah-daerah yang masih menganut SYARIAT
ISLAM. Semua hal yang saya sebutkan itu tidak menjadi perhatian saya, yang
menjadi perhatian saya adalah isu seksual #LGBT . Kita bahas sedikit!!
Wabah #LGBT sudah ada
sejak masa kenabian dan mulai menyebar ke berbagai penjuru belahan dunia dari
aneka latar belakang, bermacam kalangan, dan semua tempat tidak terkecuali
Aceh. Walau seperti itu, Cuma wakil walikota Banda aceh, yang berani mengakui
ada semarak kaum #LGBT di Aceh tercinta ini. Kita harus mengapresiasi dan
mendukung pemerintah dalam upaya memberantas #LGBT . Beberapa waktu yang lalu
walikota sempat merazia pelaku #LGBT dibeberapa tempat.
Kemunculan #LGBT di
Aceh, bisa disebut sebagai adanya gangguan identitas social (Emergency
karakter) atau identitas gender atau GID; mereka muncul dari berbagai proses
sebelumnya. GID ( gender Identity disorder) seseorang merasa bahwa ia terlahir
dalam keadaan yang salah, wanita merasa seperti laki-laki dan sebaliknya, atau
keadaan psikologis yang merefleksikan perasaan dalam diri seseorang yang
berkaitan dengan keberadaan diri sebagai laki-laki dan perempuan.
Beralih ke sikon banda
aceh yang makin marak kaum #LGBT, agaknya ga bisa disebut bahwa itu terjadi
akibat gender identity disorder (GID) melainkan ada faktor luar yang mendorong
atau menjadikan mereka seperti itu. Menanggapi maraknya kaum #LGBT usia remaja
di banda aceh, saya iseng follow akun facebook beberapa komunitas #Lesbian dan
saya melihat komentar-komentar yang agak menggelikan. Komentar 1; “masa remaja
itu masa yang kritis dan penting, harusnya hal-hal seperti pendidikan seks,
ekplorasi diri, dan berteman dengan teman sebaya (baik sejenis/lawan jenis)
bukan merupakan hal yang tabu; teman sebaya adalah peran yang paling penting
dalam dunia remaja (yang kedua adalah keluarga), pada masa ini mereka mengekplorasi dunianya dan dunia teman
sebaya, masuk dalam grup yang bisa menerima mereka dan mencari jati diri dalam
grup tersebut; jika dalam grupnya hanya berisi teman-teman sejenis dan bukan
lawan jenis, ya bukan hal yang aneh kalau mereka menjadi homoseksual #LGBT .
….”jangan salahkan para remaja yang menjadi homoseksual; salahkan masyarakat
dan hokum daerah yang membatasi eksplorasi remaja dan menganggap “eksplorasi”
adalah tabu……
Komentar 2; seorang ibu
rumah tangga dari banda aceh mengatakan, “…abis kalau jalan sama lawan jenis
bisa kena sanksi, lha kalau jalan sama sejenis ga dicurigai. Begitulah kalau
hanya menerapkan peraturan tanpa mengkaji konteks kekinian jadinya tidak
menyentuh permasalahan, ya hasilnya ya penyimpangan atau kemunafikan, …”
Masih banyak pendapat,
namun semua berkisar pada 2 komentar tersebut; dalam arti kemunculan #LGBT
remaja di banda aceh, bukan karena factor genetis ataupun terbawa sejak dalam
kandungan.
Jika kita ingin menilai
secara objektif,mereka #LGBT remaja tersebut, muncul karena adanya sanksi berat
pada remaja putera-puteri yang kedapatan bersama secara pergaulan sosial,
akibatnya mereka mengalihkan hubungan ke pasangan sejenis. Terlepas dari hal
tersebut, orang tua yang memiliki peranan penting dan bertanggung jawab atas
perilaku anak, lalu peran guru di sekolah juga sangat berpengaruh bagi
pembentukan karakter anak. Jadi kesimpulannya adalah orang tua, guru,
pemerintah dan pihak terkait sangat berpengaruh bagi karakter anak aceh. Apakah
kita akan diam dan membiarkan melihat generasi muda menjadi generasi amoral.
Lindungi generasi muda dari bahaya.
0 Response to " "
Post a Comment