“Hari
Itu adalah Hari Mengenang 68 Tahun Lahirnya Laskar Sang Hijau Hitam yang telah
banyak mengukir berbagai peristiwa di negeri ini, dan di hari yang ke-68 ini
juga telah menggores seuntai sejarah baru dengan satu peristiwa yang didalamnya
berbaur romansa “Activists
Failing In love”.
Ketika Dentuman Suara Lembutnya Menggoyahkan Iman dan Menggetarkan Hati Sang
aktifis Kampus Religius Itu”
*****
Mungkin
banyak yang beranggapan bahwa sosok aktifis itu adalah dikenal dengan mahasiswa
yang super sibuk dengan berbagai kegiatan organisasi. Baik yang bersifat intra
kampus maupun ekstra kampus. Dan bahakan yang anehnya, sang aktifis ini
kebanyakan mereka Cuma aktif di berbagai kegiatan lapangan aja tapi tidak aktif
dengan ipk kumulatif di kertas indeks prestasi alias (IPK).... (Itu sih
pendapat beberapa orang yang risih dengan aktifis sempat terdengar dengan tak
sengaja).
Namun
jangan salah juga tak semua pendapat itu sudah benar,melainkan ada beberapa hal
yang harus kita garis bawahi tentang sosok aktifis itu sendiri yang
biasanya org mengenal mereka dengan
sebutan KAKA (Kantinku Kelasku). Karena sosok aktifis itu pada dasarnya adalah
tipe orang yang bersifat “Creative thinking and be doing”
Kreatif berpikir lalu berbuat. Hanya saja mereka itu terkadang bosan dengan
yang namanya teory materikulasi jangka panjang. Inilah yang membuat sang
aktifis jarang dibangku kelas kuliah. Dan lebih memilih bersibuk diri dengan
berbagai kegiatan yang bersifat membangun meskipun tak digaji dan mampu
bersibuk diri tanpa memikirkan kepentingan pribadi termasuk masalah hati
sekalipun. Makanya mereka dijuluki Agenf Of Change.
Tapi,
Bukan Berarti juga mereka tak bisa jatuh lemah dan galau disaat hati sudah
terpikat dengan yang namanya “Cinta”.
Cinta??? Apa sich? Pernah suatu
ketika saya ditanya tentang apa sich pacaran itu? Spontan aja aku
langsung tertawa.
Ketika saya ditanya tentang
pandangan saya tentang pacaran atau cinta, saya sempat bepikir sejenak. Karena
apa? Menurut saya, saya bukanlah orang yang terlalu memikirkan tentang apa
itu pacaran. Saya sempat merasa kebingungan mendefinisikan arti pacaran
atau cinta itu sendiri. Tetapi ketika dipaksa untuk memberikan pendapat saya
akan mencoba untuk menjelaskannya. Ehm, sebelumnya saya minta maaf jika
pendapat saya ini agak GJ (ga’ jelas maksudnya.......he he).
Sebelum saya
mendefinisikan pacaran, saya akan terlebih dahulu mencoba untuk mendefinisikan
tentang cinta. Cinta? Yupz.. cinta adalah sebuah rasa yang dimiliki oleh
seseorang yang mengaku bahwa dirinya manusia. Cinta hanya dapat dirasakan, bisa
dirasa tapi tak dapat dilihat. Seperti kata pujangga, bahwa cinta dapat
mengubah dunia menjadi surga, dapat mengubah racun menjadi madu, hitam menjadi
putih, pahit menjadi manis dan hal-hal lain yang serba indah-indah( He he, itu
kata pujangga lho!)
Menurut saya sendiri, cinta itu dinamis. Cinta yang seperti apa yang dimaksud?
Sebagai makhluk ciptaan Allah, kita tidak boleh mencintai sesuatupun itu
melebihi cinta kita pada Allah. Tetapi, sebagai manusia yang diberi
nafsu, kita pasti pernah merasakan apa itu cinta. Setiap manusia berbeda-beda
dalam mendefinisikan cinta. Ada yang mendefinisikan bahwa cinta itu timbul dari
mata turun ke hati. Kalau cinta yang dimaksud adalah cinta terhadap sesama
manusia (terhadap lawan jenis), menurut saya itu adalah sah-sah saja dan itu
adalah sebuah anugerah yang terindah. Karena di dalam Al Quran, Allah telah
menerangkan bahwa kita manusia diciptakan berpasang-pasangan, dan kita
diperintahkan untuk saling mengenal satu sama lain. Jadi, menurut saya, setiap
orang pasti pernah merasakan cinta.
Sedangkan pacaran, menurut saya adalah adanya hubungan yang special
antara seorang cowok dengan seorang cewek tanpa ada status ikatan
resmi(pernikahan). Dari pengamatan yang saya lakukan di lapangan ( ehm,
bahasanya sok ilmiah,,nie), saya melihat bahwa seseorang yang tidak mempunyai
pacar dikatakan tidak laku, gak berarti saya yaa...!!! wkwkwk. ( he he emangnya
barang apa?). Ada pula yang mengatakan bahwa pacaran adalah proses penjajakan
atau proses pengenalan. Menurut saya, pacaran bukanlah sesuatu yang
diharuskan. Bukannya menolak dengan pacaran, tetapi di dalam agama saya yaitu
Islam, bahwa pacaran dalam Islam itu tidak ada. Lalu bagaimana dengan mereka
yang mengatakan bahwa pacaran adalah proses penjajakan atau proses pengenalan
sebelum ke jenjang pernikahan? Sebelum menjawab ini, alangkah lebih baiknya
jika kita melihat fakta-fakta yang ada saat ini. Dimana banyak remaja yang
menjadikan pacaran sebagai mainan. Tidak jarang pula, banyak dari mereka yang
putus terlebih dahulu sebelum ke tahap pernikahan dan mencari pacar lagi. Jadi
dengan ini dapat disimpulkan bahwa pacaran bukanlah merupakan proses yang
tepat. Dalam agama Islam sendiri ada sebuah tahap pengenalan sebelum ke tahap
pernikahan, yaitu ta’aruf. Melalui proses ini seseorang dapat mengenal
calon suami/istrinya lebih jauh. Dalam proses ini ditentukan batas waktunya.
Yaitu ketika seseorang diberikan pilihan untuk meneruskan hubungan atau tidak.
Jika iya maka dilanjutkan ke jenjang pernikahan dan jika tidak maka tidak
diteruskan. Serta berakhir dengan jalan baik-baik. Jadi dapat disimpulkan,
bahwa saya lebih memilih untuk melakukan ta’aruf daripada pacaran.
Karena saya yakin bahwa sesuatu itu indah pada waktunya. So, apakah yang
terjadi ketika aktivis ini lagi Galau, ingatlah bahwa GALAU itu walaupun
menyakitkan tapi terkadang juga menyenangkan lho...!!! Hehehe.
Akhir-akhir
ini memang virus gelisah tengah melanda golongan remaja, apalagi mahasiswa.
Baik galau karena tugas kuliah yang belum selesai, atau mungkin lagi tak punya
uang dan yang bahkan paling ngetrend adalah GALAU karena menyangkut tentang
perasaan. Perasaan ini identik dengan rasa yang berada di hati. Tapi, bagaimana
kalau galau itu menyerang aktivis??? Pernahkah Anda membayangkan di saat
dituntut untuk mengerjakan suatu kegiatan, tiba-tiba aktivis galau??? Hah???
Harus profesional dong, mungkin itulah salah satu jawaban yang ada. Tetapi ini
berbeda. Ini menyangkut tentang hati kawan. Atau mungkin sang aktivis lagi
jatuh cinta??? Apa yang mesti dia lakukan?
Profesional
terhadap hati? (emangnya bisa?). Coba tanya kembali kepada hati Anda, mungkin
Anda adalah salah satu aktivis yang lagi galau ini. Sekali lagi tanyakan pada
hati Anda? Jika tak mampu bicara, renungkan, apa yang menimpa saat ini. Kalau
perlu definisikan galau itu. Apakah Galau itu karena Anda sedang Jatuh Cinta?
Upz.....jatuh cinta? Aktivis sangat sensitif kalau disinggung masalah yang satu
ini, apalagi kalau itu adalah seorang aktivis sejati. Sebisa mungkin mereka
menjaga ukhuwah yang telah terjaga selama ini, apalagi menjalin hubungan
(Pacaran).
Kerena
Pacaran Itu Bukan satu Hal yang harus dipenuhi oleh sosok sayang aktifis. Melainkan
itu hanya sebagai rasa yang hadir karena kodrat kita manusia sebagai hamaba
yang mempunyai fitrah (Rasa Ingin Mencintai dan Dicintai). Berat memang ketika
rasa cita itu datang dan melanda di hati sang aktifis apalagi kalau itu adalah
cinta pada pandangan pertama. Woow., sungguh Menyesakkah Dada....!!!.
Gelisah...???!!!,
Iyaa... memang gelisah disaat cinta itu datang menimpa hati ini, tapi apa boleh
buat menjadi aktifis itu bukanlah sebah pilihan tapi adalah panggilan jiwa. Disaat
mata ini yang melihat hati yang membisikkan dan posisi yang menuntut untuk
harus terus berbuat maka jiwa dan raga pun siap dikorbankan, bukan mencari sensasi
tapi datang dan hadir disetiap kendala untuk memberi solusi.
Dalam hidup
memang kita selalu dihadapkan dengan berbagai pilihan yang sulit. Dan kita
harus memilih. Apalagi ini menyangkut hati. Terkadang Cinta membuat kita bahagia dan sedih. Itulah uniknya
cinta. Secara diam-diam aku memndam Rasa pada Putri, bahkan aku telah jatuh dan
mulai mencintainya karena sejak pertemuan pertama di waktu itu. Aku mencintainya dan selama ini aku tak pernah
mendekatinya dan menyatakan cinta itu, aku simpan rapat-rapat dalam relung
hatiku terbungkuskan harapan untuk suatu hari jika memang Allah Mengizinkan aku
akan datang mengkhitbahnya. Hingga saat ini aku masih memendamnya dan tak
pernah satu orangpun aku katakan perasaan ini bahkan pada dirinya. Aku ingin
cinta ini tetap suci hingga jika memang kami disatukan dalam ikatan yang halal maka
aku akan datang padanya tapi harapan itu kini hanyalah sebuah angan yang
bergelantungan pada langit dunia.
Sudah
lama aku tidak pernah lagi melihat Putri bahkan keberadaannya tak kutahu lagi.
Pertemuanku di Auditerium kampus saat
lomba milad tersebtu merupakan pertemuan pertama dan terakhirku dengan dirinya.
Menurut informasi, Putri adalah anak yang baik dan rajin kuliah. Dia pun adalah
sosok yang sangat bersemangat dalam segala hal.
Semenjak
kejadian itu ada perasan hilang dalam hidupku yang menyergap hari-hariku
semenjak pertemuan pertama dan terakhirku dengannya. tapi aku berusaha memahami
setiap kejadian yang kualami. Menyelami akan arti kehidupan dan mengambil sirat
makna dibalik semua yang telah berlaku. Kembali kudesain hidupku, kembali
menuliskan mimpi-mimpi baru yang kuprioritaskan yang harus kugapai. Menuliskan
misi sebanyak-banyaknya dan bertekad untuk menyiapkan diri melanjutkan kuliah
menjadi Magister Manajemen Pendidikan Islam dan Akan menjadi Mahasiswa terbaik yang
lulus dengan hasil cumlude.
Menghiasi
hari-hariku dengan berbagai aktivitas padat. Mulai dari persiapan diri untuk
melanjutkan kuliah nantinya sampai kembali eksis dan menjadi kader militan
dalam organisasi. Walaupun bayangan Putri sesekali melintas dalam benakku,
namun secepat itu juga kutepis bayangan wajahnya. Aku harus lebih menggunakan logika.
Bahwa Putri Itu Adalah Masih Harapan Kosong Semata Sebelum Datang Ijin Dari-Nya
Allah Swt.
Esok
Harinya Hembusan angin membelai wajahku. Hari berganti hari, Minggu berganti Mingu
telah Berlalu seiring dengan silih bergantinya siang dan malam kehidupanku
terus kulalui hingga takdir membawaku pada keadaan statis nantinya dengan masa
depan yang cerah.
0 Response to "Sosok PUTRI In 68 HMI Anniversary"
Post a Comment