Romansa “Putri In Aktifis Sketch”

"Senyumnya membuat hati ini seolah-olah luluh lantah. Aku mengaguminya, bahkan sangat terkesaan dengannya. Tapi aku tak tahu? Apakah dia merasakan hal yang sama. Aku tak memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaan ini. Aku takut ia marah. Biarkan aku memendam ini sendiri. dan dia hanya akan menjadi sosok yang teristimewa dihati ini."



Yang paling menyedihkan dalam hidup adalah menemukan seseorang dan jatuh cinta, hanya untuk menemukan bahwa dia bukan untuk kita miliki dan sudah menghabiskan banyak waktu untuk merindui orang yang tidak pernah bisa dekat dengan kita. Kalau dia tidak “worth it” sekarang, bisa jadi dia akan “worth it” setahun lagi ataupun 10 tahun lagi. Lalu tak harus merelakan dia pergi begitu saja. karna takdir dan kuasa tuhan itu lebih nyata.

Mencintai memang mudah, tapi bertahan pada cinta yang ingin mencintai dan tak bisa dicintai itu tidaklah semudah seperti membalikkan telapak tangan. Bukan tidak ada yang mampu melakukan Hanya saja semua itu bisa dilakukan Cuma dengan satu ketulusan. Dan Sakit,, Itu Pasti. Cuma yang namanya cinta sejati itu tidaklah mengenal rasa sakit bahkan disaat sedang merindui. Karena rasa sakit itu hanya ada pada cinta yang dikedepankan oleh hawa nafsu semata.

Hari Itu adalah hari yang sedang ditunggu-tunggu. Saat semua persiapan selama sebulan lamanya dilakukan kini pun tiba pada malam puncak perayaan milad hmi ke-68. Tak hanya disitu tapi ada hal yang paling dinanti-natikan oleh batinku ini yaitu saat diamana kembali aku akan bertemu dengan sosok yang namanya Putri. Bahagia sesaat seakan telah merasuki batin hatiku ini.
Kesedihan dan kerinduan hanya terasa selama yang tak aku inginkan dan menyayat sedalam yang tak  kamu ijinkan. Yang berat bukan bagaimana caranya menanggulangi kesedihan dan kerinduan itu, tapi bagaimana belajar darinya. Disaat hati terus merinduinya.

Semua keluh kesah yang ada pada hari itu telah terobati hanya dengan melihat sosok putri. Bahkan segala kekurangan yang belum teratasi seakan tak lagi menjadi beban dibenak ini. Hingga petang menjelang kami pun bersiap-siap untuk menyambut malam itu datang.


Satu Jam telah berlalu dan  kami semua telah siap menunggu untuk menjau tamu-tamu undangan yang datang pada malam itu. Hingga yang kunanti pun datang bersamaan dengan para semua tamu undangan. Tak ada yang spesial melainkan hanya rasa kekaguman yang kembali datang mengundang. Aku hanya diam tak satu katapun mampu untuk kulayangkan hanya melihat Kerudung hitam yang dipakainya sangat membuatku terkesan.
Lantas Aku Pergi sembari Aku menarik nafas panjang. Jemariku memutar-mutar pulpen secara hati-hati sambil enuliskan untaian kata-kata sambutan untuk pembukaan. Aku tidak ingin pulpen ini jatuh ke lantai  karena jemariku yang masih bergetar. Apalagi ini merupakan malam yang sangat berarti bagiku. Oleh karena itu, aku bertekad akan menikmatinya.
“Bang,” sebuah suara halus perempuan seakan menyapa. Aku berusaha acuh. Tidak mungkin di datang menghampiriku, paling orang lain, batinku.
“Hei,” suara itu terdengar lagi, tetapi kali ini diikuti dengan sebuah tepukan sebuah pulpen di bahuku. Aku kaget. Putaran pulpen di tanganku pun terhenti dan pulpen itu pun jatuh ke lantai. Aku hanya terpana melihat pulpen itu terjun bebas lalu bergulir begitu saja.
“Ups.. Maaf, maaf, maaf. Aku nggak bermaksud ngagetin kamu.” ucapnya dari belakang yang kemudian menyadarkanku. Aku pun membalikkan badan dan terkejut. Seorang perempuan tinggi dan berjilbab sedang menunduk. Dan ternyata itu hanya peserta yang akan  menyanyikan lagu hymne HMI. Aku berpikir itu adalah putri. Karena dalam ingatanku ketika  itu hanya ada nama putri yang tadi kutunggu-tunggu.
Tak lama kemudian Mic pun mulai berbunyi yang langsung diiringi dengan lantunan ayat suci al-quran kemudian diiringi dengan nyanyian Hymne HMI serta sambutan dari panitia hingga berakhir dengan perwakilan bapak bupati.
Selanjutnya masuk pada tahap pembagian piala juara perlombaan. Yang kemudian setelah itu diakhiri dengan penyerahan piagam penghargaan kepada peserta yang telah mengikuti perlombaan. Tidak lama kemudian, Putri datang menghampiri saat aku sedang memegang beberapa piagam. Aku terkesima. Dia mengenakan jilbab warna hitam serasi dengan baju lengan panjang yang juga berwarnah hitam keabu-abuan  garis putih  kehitam-hitaman dan rok hitam yang panjang dan longgar. Senyum sederhana di wajahnya memberi kesan lugu. Ekspresi berbicaranya, yang begitu terlihat, membuat semua orang yang berhadapan dengannya pasti akan mengaguminya.




Lantas Aku bertanya “Dari mana..??? 

Akbid Munawarah Yaaa..??!.

“Iyaa...!!” Jawabnya. 




Kuberikannya Lembaran Piagam yang kemudian Aku tak lagi bertanya Apapun Padanya. Hanya saja Aku Belum berani untuk berbicara dengannya cukup dengan melihatnya aku sudah tak lagi merana. Kerana Aku hanya berpikir mengaguinya tak harus untuk bisa memilikinya.
Dan  Kini Kubiarkan diri ini Menjadi Senja Yang Akan Merindukan Bulan saat cinta itu datang laksana tetesan putihnya salju dalam padang yang gersang rinduku merambat hingga kelangit ketujuh teriring doa dengan percikan air wudhu yang mengharap rahmat dalam harapanku pada-Nya rasa dan rinduku dengan cahaya-Nya dalam takdir cinta kebersujud memohon ampunan-Nya cinta dan rindu iringi aku dalam lembah munajat pengharapanku menggapai cinta Ilahi. gugusan hari-hari dalam hati mensyukuri hari baru penuh dengan sinar Ilahi mengejar cinta-Nya tak peduli kan kuterjang biarpun kutembus padang ilalang mengharap dalam gulitanya malam berada dalam pelukan Allah karena cintaku pada-Nya terukir dalam takdir untuk mencintainya.





   

0 Response to "Romansa “Putri In Aktifis Sketch”"

Post a Comment

Labels

Aceh ( 4 ) ARTIKEL ( 23 ) Bollywood ( 1 ) CERPEN ( 16 ) HABA ( 1 ) Hollywood ( 1 ) INDO ( 2 ) Makalah ( 97 ) Skript ( 1 ) SOSOK ( 10 ) Wisata ( 2 )