By: MR. 46RJ
“Lebih baik mencintai dan tersesat
ketimbang tidak pernah mencintai sama sekali, Kita lebih hidup ketika kita
sedang jatuh cinta, Itu adalah cinta pada pandangan pertama, pandangan
terakhir, dan pandangan selamanya, Meskipun Aku tahu bahwa Aku jatuh cinta
karena pada akhirnya, kenyataan itu lebih manis dari mimpi, dan mimpi itu pun
berakhir hanya sebagai mimpi yang tak akan pernah menjadi kenyataan”
Mungkin
itulah sajak yang menggambarkan betapa hati ini merasakan betapa beratnya saat
jatuh cinta, lalu mencoba untuk mencintai tapi cinta hanya menjadi asa yang
taka akan pernah terpenuhi.
Hari
itu adalah hari yang paling membahagikan bagi diriku. Seteleh sekian lama hati
ini bertahan untuk tidak jatuh dalam pelukan yang namanya “Romance of Love”. Tapi,
malah aku terjebak dengan pandangan yang membuat bisikan kata cinta itu mulai
merasuki batin hati ini.
Aku
dibuat terlena dengan pandangan yang telah menyesatkan disaat pertemuan
pertamaku dengan sosok gadis yang kusebut dan kuanggap “sederhana itu” telah
menghipnotis pikiran dan menutupi mata batin bahwa dia adalah pemilik lain
hati.
Namun
apa nak dikata kalau cinta itu memang membuat mata kita buta, sehingga akupun
terjebak dalam kebutaan itu. Aku lupa dan tak sadar bahwa aku hanyalah ibarat
kapas yang selalu berterbangan kemana angin bertiup.
Tapi
melihatmu saat itu telah membuatku lupa akan se helai kapas yang selama ini
hanya hidup dalam gemuruh gersang alunan tiupan angin yang selalu berterbangan
kesana-kemari. Aku mulai berpikir bahwa hari ini kapas tersebut telah menjadi
sehelai benang yang kuat dan kokoh sebagai ikatan untuk sebuah benda yang akan
selalu menjadi kekuatan dalam menopang setiap hembusan angin yang bertiup untuk
menghancurkan ikatan tersebut.
Aku
mulai lupa kalau kapas itu belumlah menjadi benang yang sudah dapat dijadikan
rajutan dalam setiap ikatan-ikatan benda yang masih goyah dan belum membutuhkan
topangan sehelai benang.
Aku
terus terbuai dengan senyuman demi senyuman manja yang kau lontarkan pada diri
ini seolah memberi pertanda dan harapan bahwa akulah kapas yang engkau angap
sudah menjadi benang yang akan menopang disetiap kelemahan dan keluguan batin
tubuhmu itu. Sehingga aku mengangap bahwa itu adalah akhir dari sebuah
penantian selama ini. Bahwa Tuhan telah mempertemukanku dengan sesosok bidadari
yang memang telah ditakdirkan untukku.
Dengan
lantang aku mulai teriakkan bahwa aku telah jatuh cinta, cinta pada padangan
pertama. Aku mulai menyanyikan bait demi bait nada-nada cinta, hamper disetiap
irama aliran darah nadiku meneriakkan akan kata-kata syair cinta. Hingga
syair-syair itu mulai menyebar sampai pada heningan malam sang putri bidadari
pemilik lain hati itu.
Rasa
gersang gelisah pun mulai menyayat batin ini, disaat aku mendapat kabar bahwa
sebenarnya ia juga menyukaiku, tapi aku bukanlah miliknya. Cintaku boleh untuknya
tidak untuk memilikinya, memiliki batin dan tubuh seutuhnya.
Aku
hanya orang yang sempat menyentuh hatinya, tapi tak untuk memilikinya. Sebab aku
bukanlah pelangi yang akan menyinarinya, menghiasi setiap detik nafas kehidupannya.
Aku hanyalah kapas yang pernah terbang dan sekedar terlintas menghampiri lubuk
hatinya lalu hilang entah kemana.
Karena
Engkau tidak akan memberi tanpa ada rasa cinta, engkau tidak akan bisa mencinta
tanpa memberi. Keputusan yang paling sulit dalam cinta adalah ketika aku harus
memilih antara tetap bertahan atau harus melepaskanmu, sebab Ku tak ingin
pernah membuat mu menangis, karena setitik air matamu adalah sejuta
penyesalanku.
Cinta!
Ya, cinta. Aku bisa tersenyum olehnya, namun gak selamanya aku dibuat senyum
karenanya. Meskipun sekarang aku harus menangis. itu adalah cinta pada
pandangan pertama, pandangan terakhir, dan pandangan selamanya. Karena Kita
lebih hidup ketika kita sedang jatuh cinta. Dan bahkan Cinta adalah ketika
kebahagiaan seseorang lebih penting dari kebahagiaanku.
0 Response to "Setetes ASA untuk Cinta"
Post a Comment