Agussalim Sitompul, Sosok Sejarawan HMI

SETIAP orang yang membaca Historiografi Himpunan Mahasiswa Islam 1947-1993 yang disusun Agussalim Sitompul paling tidak akan menemukan dua kesan yang mendasar.

Pertama,HMI adalah organisasi mahasiswa terbesar dan tertua sejak Indonesia merdeka. HMI berdiri 5 Februari 1947 di Yogyakarta atas prakarsa Lafran Pane dan kawankawan. Ini organisasi mahasiswa, organisasi kader, dan organisasi perjuangan. Denyut sejarah HMI menyatu dengan denyut nadi sejarah perjuangan umat Islam Indonesia dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. HMI dan para kadernya mengisi tempat penting dalam perjuangan kepemimpinan, dan pembangunan bangsa dari masa ke masa.

Kedua, apresiasi yang mendalam kepada penulisnya, yaitu Agussalim Sitompul.Dari ketekunan dan jerih payah beliau, buku sejarah HMI yang cukup lengkap dan tebal itu bisa terwujud. Sebelumnya tak ada yang menulis secara lengkap, komprehensif dan kronologis tentang perjalanan sejarah HMI. Setiap lembar demi lembar tapak sejarah HMI dicatat dan dihimpun dengan cermat oleh Agussalim.

Kedekatan dan interaksi dengan pendiri HMI Almarhum Lafran Pane menjadi modal penting baginya dalam menyusun dokumentasi sejarah HMI. Dalam menyusun Historiografi HMI, Agussalim Sitompul secara telaten menggunakan sumber-sumber dokumen, wawancara, surat-surat penting, majalah dan buletin, suratkabar harian dan mingguan,dan buku-buku. “Penulisan sejarah HMI belum tuntas karena masa dan waktu,peristiwa demi peristiwa, figur dan tokoh yang masih bergulir terus mengikuti perkembangan zaman dalam era globalisasi,” ungkapnya.
Semangat, komitmen, kecintaan, dan dedikasinya yang total untuk HMI dan umat Islam patut menjadi teladan. Keluarga besar HMI mengenal Agussalim Sitompul sebagai tokoh pengayom organisasi yang tidak mengejar popularitas diri dan ilmuwan sejati yang concern pada dokumentasi sejarah dan kaderisasi HMI.

Dilahirkan pada 12 Desember 1944 di desa Sibulan-bulan, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Agussalim menamatkan Sekolah Dasar dan PGAP Muhammadiyah di Padang Sidempuan, PGAA Muhammadiyah Kauman Yogyakarta, dan Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga. Sejak muda, dia aktif di organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Padang Sidempuan Sumatera Utara. Masuk HMI pada 1963 di Yogyakarta. Sebagai kader HMI, dia pernah menjadi Sekretaris HMI KORKAM IAIN Sunan Kalijaga dan Ketua HMI Cabang Yogyakarta.Sejak pendidikan PGAA Muhammadiyah hingga tutup usia, Agussalim Sitompul berdomisili di Yogyakarta, yang merupakan kota tempat kelahiran organisasi besar Muhammadiyah, HMI, dan juga dahulu Masyumi. Di Yogyakarta, dia menapak karir, mencapai kematangan berorganisasi, membangun keluarga, mengajar di kampus, membina kader HMI, menulis dan menerbitkan karya yang bermanfaat bagi umat dan bangsa.

Sejak 1976 Agussalim Sitompul sebagai dosen IAIN Sunan Kalijaga, sampai menjadi Guru Besar IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Di samping kegiatan sebagai dosen, selama puluhan tahun Agussalim Sitompul mencurahkan waktu, tenaga, pikiran dan juga biaya
untuk mendokumentasikan, melestarikan,dan menulis tentang HMI. Sejarah HMI yang dia himpun dan buku-buku sekitar HMI yang ditulisnya bermanfaat bagi pengkaderan HMI dan bacaan publik. Sampai hari tuanya dia tetap bersedia mengisi kegiatan pengkaderan HMI, yang
disebutnya “nyawa” sebuah organisasi.Sebagai ilmuwan dan dokumentator sejarah,sedikitnya 10 judul buku tentang HMI pernah ditulis oleh Agussalim Sitompul dalam kurun waktu yang panjang.
Buku pertamanya berjudul Sejarah PerjuanganHMI (1976). Tidak berlebihan menyebut beliau “sejarah berjalan” HMI, dan di rumahnya ada ruangan khusus “Pusat Dokumentasi HMI” terlengkap. Agussalim Sitompul menghembuskan napas terakhir Sabtu siang, 18 Mei 2013, dalam perawatan di Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta. Sejarawan yang sederhana itu berpulang ke rahmatullah dalam usia mendekati 69 tahun.

Saya terkesan dengan kalimat Almarhum pada buku Lafran Pane Jejak Hayat dan Pemikirannya (2010) karya Hariqo Wibawa Satria, “Dalam usaha menuju kesempurnaan sebagai manusia, kita mesti belajar dari yang tersirat serta tersurat. Allah SWT mengingatkan: wal tanzhur nafsum ma qoddamad liqhodin; perhatikanlah sejarahmu untuk masa depanmu (QS al-Hasyr/59: 18). Pemahaman atas sejarah menjadikan manusia bertindak lebih cepat, cermat dengan tidak kembali mengulang kesalahan serupa. Sejarah laksana laboratorium kearifan.”Selanjutnya beliau menutup dengan kalimat, “Akhirnya, saya berpesan kepada penulis buku ini agar tidak berhenti belajar dan belajar serta mempraktikkan ilmu yang didapatkan dan terus mengevaluasi diri.

Manfaatkan usia muda sebaik mungkin untuk senantiasa berkarya, mengabdi menggapai rida Allah Swt. Sekali lagi,jangan pernah berhenti sedetik pun untuk belajar, membaca dan merefleksikan realitas. Semoga Allah Swt memberikan petunjuk-Nya.” Pesan ini tidak hanya untuk penulis buku biografi Lafran Pane tetapi ditujukan kepada kita semua, tidak hanya untuk kader HMI, tapi untuk generasi muda Islam di Nusantara.Saat keteladanan dan kesederhanaan pemimpin menjadi suatu yang langka dinegeri ini dan krisis idealisme menggejala di mana-mana, umat Islam dan bangsa Indonesia kembali kehilangan tokoh panutan.Yang berpulang adalah sejarawan,guru, pendidik, instruktur dan Pembina kader umat, pembimbing karya akademik mahasiswa, dan “dokumentator sejarah”yang dipersembahkan HMI untuk bangsa.

Hidup Almarhum dihiasi ketekunan kerja dan perjuangan tak kenal lelah, baik dikampus maupun di lingkungan organisasi HMI yang dicintai dan mencintainya. Kita semua merasa sangat kehilangan. Saya yakin buku-buku Almarhum akan tetap menjadi rujukan sejarah HMI sampai kapan pun, demikian pula karya lain yang ditulisnya. Penghargaan dan penghormatan sepantasnya diberikan bangsa kepada Almarhum Agussalim Sitompul, tokoh yang berintegritas dan mampu menjaga satu kata dengan perbuatan.Sepanjang hayat tidak pernah beliau menduduki jabatan politik dan pemerintahan, tetapi jejak hidup Almarhum akan dikenang abadi sebagai orang baik dan berjasa tidak saja bagi HMI, tetapi bagi Islam di Indonesia. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah dan karya Almarhum.

0 Response to "Agussalim Sitompul, Sosok Sejarawan HMI"

Post a Comment

Labels

Aceh ( 4 ) ARTIKEL ( 23 ) Bollywood ( 1 ) CERPEN ( 16 ) HABA ( 1 ) Hollywood ( 1 ) INDO ( 2 ) Makalah ( 97 ) Skript ( 1 ) SOSOK ( 10 ) Wisata ( 2 )