Oleh : Mr. RJ
“pertemuan
pertama menyisahkan rasa penasaran, pertemuan kedua menyisakan rasa rindu, dan
pertemuan ketiga menyisahkan sebuah kenangan baru, dan aku belum ingin untuk dipertemukan dengannya”
Itulah
goresan untaian kata tentang awal dari pertemuan kala itu, pertemuan di alam yang tak nyata menurutku. tak banyak yang
tersirat, hanya saja aku seperti menemukan suatu perbedaan unik dari sosok
gadis yang kusebut si manis km10 tersebut. Parasnya yang anggun, sederhana,
serta prilaku yang welcome membuat dia mudah berteman dan dekat dengan siapa
saja yang baru dikenalnya.
Wajar,
jika setiap yang sedang dekat dan mengenalnya mudah jadi baperan. Bahkan,
mungkin bisa jadi barangkali tak sedikit juga yang ikut menaruh perasaan
padanya, dan itu sah-sah saja. Toh, yang namanya manusia itu ia bersifat baharu
(berubah-ubah) dan jatuh cinta meski lalu belum tentu balik dicintai itu adalah
sebuah kewajaran dan normatifnya sikap seorang manusia.
Karena
jika bicara persolan cinta, bukanlah sebuah ukuran yang dapat didefiniskan
sebagai suatu yang mesti dan harus dimiliki seutuhnya. Melainkan ia hanya
sebuah perasaan yang kadang kala secara spontanitas datang begitu saja tanpa di
undang, lantas ia juga akan pergi dan hilang seenaknya saja tanpa mengenal
batas waktu, usia, jarak dan juga norma-norma moralisme. Sehingga yang menjadi
tolak ukur dari sebuah cinta itu, bukanlah pada berapa lama kita sudah
mencintai lalu dicintai, melainkan ada pada seberapa jauh kita meski terus
sanggup berkomitmen untuk dapat menjaga dan mempertahnkan sebuah cinta tersebut.
Ibarat
kata pepatahnya seorang pujangga cinta “Jangan kau kira cinta datang dari
keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun. Cinta adalah kesesuaian jiwa dan
jika itu tak pernah ada, cinta tak akan pernah tercipta dalam hitungan tahun
bahkan abad. Cinta sejati tak datang begitu saja. Banyak proses yg harus
dilalui bersama, menderita, menangis, dan tertawa bersama, meski terkadang apa
yang kita fikirkan tidak sejalan dengan apa yang kita lalukan. Belajarlah jujur
pada diri sendiri, lakukan apa kata hati, sehingga kamu tidak perlu lagi
menyembunyikan apapun dalan hidupmu” #Khalil gibran.
***
Lantas
, apa yang membuatku melihatnya menjadi Istimewa. Yaa... tentu saja bukanlah
apa yang dilihat banyak orang lain. Sebab, aku bukan hanya sekedar melihat,
melainkan lebih kepada kata memperhatikan. Wajar, jika dari segi makna dan cara
pandang akan berbeda, tapi, Yaa...!!! Itu lumrah dan sangat manusiawi
menurutku.
Meski
awal yang tak berjalan seperti orang biasanya, aku hanya menyimpulkan dengan satu
kata, yang menurutku saat itu pantas untuk “Mengagumi” nya. Sebab bagiku mengagumi
sesuatu bukanlah lahir dan muncul tidak karena atas dasar suatu yang dilengkapi
dengan pengenalan lebih jauh dan mendalam. Tentunya hal itu kuputuskan dengan
berbagai pertimbangan dan juga dasar kenyataan yang ada.
Disatu
sisi ia terlihat biasa saja, tapi disisi lain ia telah mampu meracuni pikiran
dan mata batinku kala itu.
Bahkan
tak banyak juga yang ku ketahui tentang pribadinya, lantas perasaan itu
mengalir begitu mudah dan hari-hari ku pun sempat larut dalam memikirkan dirinya. Aku
mulai banyak menghabiskan waktu untuk sedikit lebih dekat dengannya.
***
Si
Manis KM10, Itu sebutan nama yang kuberi.
Sosok
gadis manis, manja, lugu, sederhana, periang dan mudah bergaul berhasil
membuatku dimabuk kepayang “mengaguminya” sampai berakhir aku mulai jatuh cinta dibuatnya. Disatu sisi
ia termasuk kategori humoris, tapi disisi lain kadang aku menilai sikap
humorisnya adalah bagian dari hal yang membuat setiap orang berada didekatnya
lalu berteman akan sangat mudah menaruh harapan atau berharap lebih, berharap
bisa melebihi teman jelasnya.
Ia
memang bukanlah sosok yang luar biasa sangat cantik rupanya, bukan juga yang
paling cantik diantara gadis-gadis cantik lainnya. tapi ia memiliki satu
keistimewaan akan kepribadian yang ia miliki, istimewa dalam artian aku melihat
sosok si Manis KM10 itu memiliki sisi dimana ia adalah wanita yang bisa dinilai
mandiri. Mandiri dengan kesehariaanya yang tak dimiliki oleh kebanyakan
generasi milenial lainnya disamping sibuk kuliah tapi masi sempat meluangkan
waktu membantu usaha keluarganya dalam mencari nafkah, dan itu sangat luar
biasa bagi generasi Era Milenial ini.
Memang
semenjak aku mengenalnya, tak banyak yang kutahu baik sisi kepribadian bahkan
sisi lainnya secara detail dan menyeluruh akan sosok si Manis KM10. Namun,
setidaknya walau cuma hanya sejenak
saja, aku menyakini kalau ia adalah sosok yang sangat pantas untuk di cintai
meski terkadang harus berakhir dengan mencintai bukan untuk berharap dicintai
kembali, sebab cinta bukanlah sesuatu yang mesti harus dipaksakan untuk
dimiliki.
***
“Assalamualikum”
adalah sapaan awal mula dari kisah perkenalan singkat yang terlewati. Tentunya,
itu akan mengundang banyak persepsi makna dan maksud dari pesan awal kita
berkenalan, tepatnya 22 Januari kala itu aku memulainya dengan komunikasi
chattingan akun media sosial. di awal memang terkesan tak begitu akrab,
pertanyaan singkat yang ikut dibalas jawaban singkat pula terus saja
bermunculan di inbox akun media sosialku. “Ah......., ternyata ia sedikit cuek,
gumanku”.
Lantas,
kemudian suasana pun mulai mencair saat ku coba dengan beberapa pertanyaan
spontan, seolah-olah aku telah lama mengenalnya. Padahal selama ini aku cuma
mencari dan mengumpulkan banyak informasi tentang dia sosok gadis si manis
KM10, disitulah juga muncul secara bersamaan rasa kekagumnaku, semakin hari semakin
aku terperosok akan untaian bualan-bualan kalimat-kalimat aneh bak seorang
pujangga cinta. Hehehehe....
***
Lambat
laun seiring berjaannya waktu, tiga bulan sudah tanpa kusadari itupun mengalir
begitu saja, kami telah saling mengenal satu-sama lain. Namun uniknya diantara
aku dan dia, kita tak pernah satu kali pun berjumpa di dunia nyata. Hal itupun
terjadi dengan sendirinya, kita hanya dekat melalui dunia maya “sosial media”
saja. Meski berada dalam satu kota yang sama dengan jarak yang tak terlalu
jauh, Namun kita terasa sangat berdekatan satu sama lain sebagai seorang teman.
Keakraban yang seolah-olah itu seperti telah banyak melewati keseharian yang
seakan kita sering bertatap muka secara langsung.
Sehingga
setiap apa yang telah terlewati terkesan begitu hambar, tak ada titik terang
akan apa maksud dari semua ini. Hubungan yang diawali secara spontan, tanpa
bertemu, tapi kita terkesan seperti sudah lama berjumpa lalu sudah lama
mengenal. Cerita demi cerita terus saja mengalir setiap harinya akan rutinitas
keseharian ia yang terlihat melalui media sosial, mulai saling berbagi
keluh-kasah, becanda ria, menanyakan kabar, hingga sekali-kali diiringi candaan
gombalangombalan kecil yang tak dianggap begitu serius.
Uniknya,
Aku seperti menemukan satu kenyaman dari kondisi saat itu. entah apa yang telah
kulakukan, memang sangat sulit disadari, bagaimana bisa kenyamanan itu datang
dari sebuah komunikasi di alam tak nyata. Semu rasanya..... “Ah... sepertinya
aku mulai baperan”, Gumanku malam itu.
wajar
tak wajar, itu sudah terjadi. Lantas aku tak berharap banyak, setidaknya aku
menemukan cinta dalam sebuah persahabatan dan kenyamanan dalam berteman, itu
sudah melebihi dari cinta yang sebenarnya.
Aku
kembali berfikir, inilah hidup yang kadang kita sulit menebak apa yang
sebenarnya kita cari dan kita butuhkan. Tapi bagiku mengenalinya adalah suatu
kebetulan dan juga anugerah terindah, saat orang yang ku kagumi mesti tak pernah
bertemu dan tak saling menyayangi, hanya bisa saling mengenali saja sudah
cukup.
Semenjak
itu pula, aku memutuskan bahwa yang namanya cinta bukanlah satu kebetulan, tapi
sebuah perasaan yang kadang kita tak tau kapan ia akan datang dan kapan ia akan
pergi menghilang. Sebab bagiku mengaguminya saja berarti sudah melebihi dari
kata telah mencintainya. Sebab bagiku cinta itu hanya omong kosong belaka, tak
perlu ada kata cinta dalam sebuah hubungan yang kita jalani, lantas jika
berteman itu akan lebih baik, berarti sudah cukup.
Lain
halnya jika bicara untuk hidup bersama, sebab itu adalah urusan jodoh, dan
jodoh sudah ada yang mengaturnya. Kalaupun takdir sudah mengatakan kita
berjodoh pasti ia tak akan lari kemana, sebab yang namanya jodoh pasti akan
datang dan bertemu disaat dalam kondisi dan situasi serta diwaktu yang tepat.
Hidup
dan matinya kita sudah ada yang mengatur, tugas kita hanya merencanakan
pengaturannya. sebab sebaik-baiknya rencana yang kita buat tak akan lebih baik
dari sang penguasa rencana. Biarkan semua saja mengalir seadanya, toh juga tak
ada yang pantas dan bisa dipaksakan dengan kehendak kita semata. Kalaupun itu
baik menurut kita belum tentu baik menurut-Nya. Maka tugas kita sebagai seorang
insan hanya saling menjalin dan menjaga silaturrahmi bukanlah saling membenci
satu sama lain.
Itulah
ia “si manis KM10”, sosok yang sangat kukagumi. Aku mengagumi kesederhanaanya,
mengagumi kepribadiannya, mengagumi keunikannya, dan mengagumi kepolosan yang
ia miliki hingga ia terlihat dan terkesan istimewa dimataku. SESEDERHANA ITU
SAJA...!!!. tak lebih dan tak berharap menjadi lebih.